TUGAS MAKALAH FISIOLOGI HEWAN TENTANG KELAINAN PADA GINJAL DAN PENYEBABNYA
1. PROTEINURIA
Proteinuria adalah adanya protein di dalam urin manusia
yang melebihi nilai normalnya yaitu lebih dari 150 mg/24 jam atau pada
anak-anak lebih dari 140 mg/m2.Dalam keadaan normal, protein didalam
urin sampai sejumlah tertentu masih dianggap fungsional.
Biasanya proteinuria baru dikatakan patologis bila kadarnya diatas
200mg/hari.pada beberapa kali pemeriksaan dalam waktu yang berbeda. Ada yang
mengatakan proteinuria persisten jika protein urin telah menetap selama 3
bulan atau lebih dan jumlahnya biasanya hanya sedikit diatas nilai normal.Dikatakan
proteinuria massif bila terdapat protein di urin melebihi 3500
mg/hari dan biasanya mayoritas terdiri atas albumin.
Dalam keadaan normal, walaupun terdapat sejumlah protein
yang cukup besar atau beberapa gram protein plasma yang melalui nefron setiap hari,
hanya sedikit yang muncul didalam urin.Ini disebabkan 2 faktor utama yang
berperanyaitu:
1.Filtrasi glomerulus
2.Reabsorbsi protein tubulus
Patofisiologi
Proteinuria(penyebab
penyakit dilihat dari sisi fisiologi)
Proteinuria dapat meningkatkan melalui salah satu cara
dari ke-4 jalan yaitu:
1.Perubahan permeabilitas glumerulus yang mengikuti
peningkatan filtrasi dari protein plasma normal terutama abumin.
2.Kegagalan tubulus mereabsorbsi sejumlah kecil protein
yang normal difiltrasi.
3.Filtrasi glomerulus dari sirkulasi abnormal,Low Molecular Weight Protein (LMWP)
dalam jumlah melebihi kapasitas reabsorbsi tubulus.
4.Sekresi yang meningkat dari mekuloprotein uroepitel dan
sekresi IgA dalam respon untuk inflamasi.
Derajat proteinuria dan komposisi protein pada urin
tergantung mekanisme jejas pada ginjal yang berakibat hilangnya
protein.Sejumlah besar protein secara normal melewati kapiler glomerulus tetapi
tidak memasuki urin.Muatan dan selektivitas dinding glomerulus mencegah
transportasi albumin, globulin dan protein dengan berat molekul besar lainnya
untuk menembus dinding glomerulus.Jika sawar ini rusak, terdapat kebocoran
protein plasma ke dalam urin (proteinuria glomerulus).Protein yang lebih kecil
(<20 kDal) secara bebas disaring tetapi di absorbsi kembali oleh tubulus
proksimal.Pada individu normal ekskresi kurang dari 150 mg/hari dari protein
total dan albumin hanya sekitar 30 mg/hari sisa protein pada urin akan
diekskresi oleh tubulus atau sejumlah kecil β-2 mikroglobulin, apoprotein,
enzim dan hormon peptida.
Dalam keadaan normal glomerulus endotel membentuk barier
yang menghalangi sel maupun partikel lain menembus dindingnya.Membran basalis
glomerulus menangkap protein besar (>100 kDal) sementara foot processes dari epitel/podosit akan
memungkinkan lewatnya air dan zat terlarut kecil untuk transpor melalui saluran
yang sempit.Saluran ini ditutupi oleh anion glikoprotein yang kaya akan
glutamat,aspartat, dan asam silat yang bermuatan negatif pada pH fisiologis.Muatan
negatif akan menghalangi transpor molekul anion seperti albumin.
Mekanisme lain dari timbulnya proteinuria ketika produksi
berlebihan dari proteinuria abnormal yang melebihi kapasitas reabsorbsi
tubulus.Ini biasanya sering dijumpai pada diskrasia sel plasma (mieloma
multipel dan limfoma) yang dihubungkan dengan produksi monoklonal imunoglobulin
rantai pendek.Rantai pendek ini dihasilkan dari kelainan yang disaring oleh
glomerulus dan di reabsorbsi kapasitasnya pada tubulus proksimal.Bila ekskersi
protein urin total melebihi 3,5 gram sehari, sering dihubungkan dengan
hipoalbuminemia, hiperlipidemia dan edema (sindrom nefrotik).
2. GLOMERULONEFRITIS
Glomerulonefritis
merupakan penyebab utama terjadinya gagal ginjal tahap akhir dan tingginya
angka morbiditas baik pada anak maupun pada dewasa. Terminologi
glomerulonefritis yang dipakai disini adalah untuk menunjukkan bahwa kelainan
yang pertama dan utama terjadi pada glomerulus, bukan pada struktur ginjal yang
lain.
Glomerulonefritis
merupakan penyakit peradangan ginjal bilateral. Peradangan dimulai dalam
gromleurus dan bermanifestasi sebagai proteinuria dan atau hematuria. Meskipun
lesi utama pada gromelurus, tetapi seluruh nefron pada akhirnya akan mengalami
kerusakan, sehingga terjadi gagal ginjal. Penyakit yang mula-mula digambarkan
oleh Richard Bright pada tahun 1827 sekarang diketahui merupakan kumpulan
banyak penyakit dengan berbagai etiologi, meskipun respon imun agaknya
menimbulkan beberapa bentuk glomerulonefritis.
Glomerulonefritis juga
disebut dengan glomerulonefritis akut post sterptokokus (GNAPS) adalah
suatu proses radang non-supuratif yang mengenai glomeruli, sebagai akibat
infeksi kuman streptokokus beta hemolitikus grup A, tipe nefritogenik di tempat
lain. Penyakit ini sering mengenai anak-anak.
Glomerulonefritis
akut (GNA) adalah suatu reaksi imunologis pada ginjal terhadap bakteri atau
virus tertentu.Yang sering terjadi ialah akibat infeksi kuman streptococcus.
Glomerulonefritis merupakan suatu istilah yang dipakai untuk menjelaskan
berbagai ragam penyakit ginjal yang mengalami proliferasi dan inflamasi
glomerulus yang disebabkan oleh suatu mekanisme imunologis. Sedangkan istilah
akut (glomerulonefritis akut) mencerminkan adanya korelasi klinik selain
menunjukkan adanya gambaran etiologi, patogenesis, perjalanan penyakit dan
prognosis.
Sebenarnya bukan sterptokokus yang menyebabkan kerusakan pada ginjal. Diduga
terdapat suatu antibodi yang ditujukan terhadap suatu antigen khsus yang
merupakan unsur membran plasma sterptokokal spesifik. Terbentuk kompleks
antigen-antibodi didalam darah dan bersirkulasi kedalam glomerulus tempat
kompleks tersebut secara mekanis terperangkap dalam membran basalis.selanjutnya
komplomen akan terfiksasi mengakibatkan lesi dan peradangan yang menarik
leukosit polimorfonuklear (PMN) dan trombosit menuju tempat lesi. Fagositosis
dan pelepasan enzim lisosom juga merusak endothel dan membran basalis
glomerulus (IGBM). Sebagai respon terhadap lesi yang terjadi, timbu proliferasi
sel-sel endotel yang diikuti sel-sel mesangium dan selanjutnya sel-sel epitel.
Semakin meningkatnya kebocoran kapiler gromelurus menyebabkan protein dan sel
darah merah dapat keluar ke dalam urine yang sedang dibentuk oleh ginjal,
mengakibatkan proteinuria dan hematuria. Agaknya kompleks komplomen
antigen-antibodi inilah yang terlihat sebagai nodul-nodul subepitel pada
mikroskop elektron dan sebagai bentuk granular dan berbungkah-bungkah pada
mikroskop imunofluoresensi, pada pemeriksaan cahaya glomerulus tampak
membengkak dan hiperseluler disertai invasi PMN.
Kompleks-kompleks
ini mengakibatkan kompelen yang dianggap merupakan mediator utama pada cedera.
Saat sirkulasi melalui glomerulus, kompleks-kompleks ini dapat tersebar dalam
mesangium, dilokalisir pada subendotel membran basalis glomerulus sendiri, atau
menembus membran basalis dan terperangkap pada sisi epitel. Baik antigen atau
antibodi dalam kompleks ini tidak mempunyai hubungan imunologis dengan komponen
glomerulus. Pada pemeriksaan mikroskop elektron cedera kompleks imun, ditemukan
endapan-endapan terpisah atau gumpalan karateristik paa mesangium, subendotel,
dan epimembranosa. Dengan miskroskop imunofluoresensi terlihat pula pola
nodular atau granular serupa, dan molekul antibodi seperti IgG, IgM atau IgA
serta komponen-komponen komplomen seperti C3,C4 dan C2 sering dapat
diidentifikasi dalam endapan-endapan ini. Antigen spesifik yang dilawan oleh
imunoglobulin ini terkadang dapat diidentifikasi.
Pola
respon jaringan tergantung pada tempat deposit dan jumlah kompleks yang
dideposit. Bila terutama pada mesangium, respon mungkin minimal, atau dapat
terjadi perubahan mesangiopatik berupa ploriferasi sel-sel mesangial dan matrik
yang dapt meluas diantara sel-sel endotel dan membran basalis,serta menghambat
fungsi filtrasi simpai kapiler. Jika kompleks terutama terletak subendotel atau
subepitel, maka respon cenderung berupa glomerulonefritis difusa, seringkali
dengan pembentukan sabit epitel. Pada kasus penimbunan kronik komplek imun
subepitel, maka respon peradangan dan proliferasi menjadi kurang nyata, dan
membran basalis glomerulus berangsur- angsur menebal dengan masuknya
kompleks-kompleks ke dalam membran basalis baru yang dibentuk pada sisi epitel.12,13
Mekanisme
yang bertanggung jawab terhadap perbedaan distribusi deposit kompleks imun
dalam glomerulus sebagian besar tidak diketahui, walaupun demikian ukuran dari
kompleks tampaknya merupakan salah satu determinan utama. Kompleks-kompleks
kecil cenderung menembus simpai kapiler, mengalami agregasi, dan berakumulasi
sepanjang dinding kapiler do bawah epitel, sementara kompleks-kompleks
berukuran sedang tidak sedemikian mudah menembus membran basalis, tapi masuk ke
mesangium. Komplkes juga dapat berlokalisasi pada tempat-tempat lain.
Jumlah
antigen pada beberapa penyakit deposit kompleks imun terbatas, misal antigen
bakteri dapat dimusnahkan dengan mekanisme pertahanan penjamu atau dengan
terapi spesifik. Pada keadaan demikian, deposit kompleks-kompleks imun dalam
glomerulus terbatas dan kerusakan dapat ringan danberlangsung singkat, seperti
pada glomerulonefritis akut post steroptokokus.
Hasil
penyelidikan klinis – imunologis dan percobaan pada binatang menunjukkan adanya
kemungkinan proses imunologis sebagai penyebab. Beberapa penyelidik mengajukan
hipotesis sebagai berikut :
1.
Terbentuknya kompleks antigen-antibodi yang melekat pada membrana basalis
glomerulus dan kemudian merusaknya.
2.
Proses auto-imun kuman Streptococcus yang nefritogen dalam tubuh menimbulkan
badan autoimun yang merusak glomerulus.
3.
Streptococcus nefritogen dan membran basalis glomerulus mempunyai komponen
antigen yang sama sehingga dibentuk zat anti yang langsung merusak membrana
basalis ginjal.
3. ANURIA
Penyakit Anuria adalah istilah medis untuk tidak adanya air seni, atau
ketidakmampuan untuk lulus lebih dari 50 mililiter (beberapa sumber mengatakan
100 mililiter) air seni setiap hari. Anuria biasanya merupakan tanda dari
gagal ginjal atau penyakit. Anuria merupakan penyakit akibat adanya
kerusakan pada glomerulus.
Anuria arti sesungguhnya adalah suatu
keadaan dimana tidak ada produksi urine dari seorang penderita. Dalam pemakaian
klinis diartikan keadaan dimana produksi urine dalam 24 jam kurang dari 100 ml.
Anuria akut,
dimana penurunan produksi urin berlangsung dengan cepat, umumnya adalah sinyal
obstruksi atau gagal ginjal akut. gagal ginjal akut bisa dikarenakan oleh
faktor-faktor yang tidak terkait dengan ginjal, layaknya gagal jantung,
infeksi, serta situasi lain yang mengakibatkan ginjal dapat kekurangan aliran
darah.
menurut pemicu berlangsungnya, anuria bisa dikelompokkan dalam 3 golongan yakni : sebab-sebab pre-renal, sebab-sebab renal serta sebab-sebab post-renal.
menurut pemicu berlangsungnya, anuria bisa dikelompokkan dalam 3 golongan yakni : sebab-sebab pre-renal, sebab-sebab renal serta sebab-sebab post-renal.
Anuria prerenal
contohnya berlangsung pada situasi hipoperfusi layaknya disebabkan dehidrasi,
combustio, perdarahan, trauma yang massive atau sepsis. anuria pre-renal ini
bisa juga dikarenakan oleh obstruksi arteri renalis contohnya oleh disebabkan
emboli ( fibrilasi atrium ), thrombus ( atherosclerosis ), serta trauma arteri
renalis bilateralis. bendungan ke-2 vena renalis bisa juga mengakibatkan
penurunan produksi urine, contohnya disebabkan kelainan koagulasi, atau
penyebaran tumor.
Anuria renal
diperoleh pada nekrosis tubuler akut, glumerulonefritis akut, serta pada
sebagian situasi glumerulopati.
4. GAGAL GINJAL AKUT
Gagal ginjal akut
(GGA) merupakan suatu sindrom yang ditandai oleh adanya penurunan drastic pada
glomerular filtration rate (jam sampai hari), retensi limbah metabolisme
nitrogen, dan gangguan volume ekstraseluler dan homeostasis asam-basa. Oliguria
dibagi atas 3 kategori.
(1).
Penyakit yang menyebabkan hipoperfusi pada ginjal tanpa kerusakan integritas
dari parenkim ginjal (GGA prerenal, prerenal azotemia)
(2)
Penyakit yang secara langsung melibatkan parenkim renal (GGA renal, renal
azotemia) dan
(3) Penyakit yang berhubungan dengan sumbatan pada
saluran kemih (GGA postrenal, postrenal azotemia)
PATOFISIOLOGI
A. GGA PRERENAL (PRERENAL AZOTEMIA
GGA prerenal adalah
bentuk paling sering dari GGA dan memberikan respon fisiologik berupa
hipoperfusi renal ringan sampai sedang. GGA prerenal dapat reversible
dengan cepat melalui restorasi aliran darah ginjal dan tekanan ultrafiltasi
glomerulus. Jaringan parenkim ginjal tidaklah rusak; dengan demikian, ginjal
dari individu dengan GGA prerenal berfungsi baik ketika dicangkok ke dalam para
penerima dengan fungsi kardiovasculer yang normal. Hypoperfusion yang lebih
berat dapat menyebabkan trauma iskemik dari parenkim ginjal dan Renal GGA (
lihat di bawah). Jadi, GGA prerenal dan GGA renal akibat ischemia menjadi bagian
dari suatu spektrum hypoperfusion ginjal. GGA Prerenal dapat mempersulit
penyakit apapun yang mempengaruhi hypovolemia, berhubungan dengan cardiac
output yang rendah, vasodilatasi sistemik, atau vasokonstriksi selektif
intrarenal.
Hypovolemia
akan menyebabkan penurunan tekanan arterial sistemik, dimana dideteksi
sebagai berkurangnya regangan arterial dan cardiac baroreseptor. Baroreceptor
yang aktif memicu suatu respon neurohormonal yang dirancang untuk mengembalikan
volume darah dan tekanan arterial. Ini meliputi pengaktifan dari sistem
simpatik renin-angiotensin-aldosterone dan pelepasan arginine vasopressin (AVP;
dahulu dikatakan sebagai Antidiuretik Hormone). Norepinephrine, angiotensin II,
dan AVP berkolaborasi dalam usaha untuk menjaga perfusi otak dan jantung dengan
merangsang vasokonstriksi pada sirkuit vaskuler "nonesensial",
seperti musculocutaneous dan peredaran splanchnic, mencegah pelepasan natrium
yang menghambat melalui keringat, merangsang haus, dan dengan memicu retensi
natrium dan air. Perfusi glomerulus, tekanan ultrafiltrasi, dan tingkat
filtrasi selama hypoperfusion yang ringan dijaga melalui beberapa mekanisme
kompensasi. Reseptor regangan dalam arteriol afferent, sebagai respon atas
suatu pengurangan tekanan perfusion, mencetuskan vasodilatasi arteriol afferent
melalui suatu refleks myogenik lokal ( autoregulasi). Biosynthesis dari
vasodilator prostaglandins ( e.g., prostaglandin E2 dan prostacyclin) juga
ditingkatkan, dan campuran ini cenderung melebarkan arteriol aferen. Sebagai tambahan,
angiotensin II cenderung menyebabkan vasokonstriksi arteriol eferen. Sebagai
hasilnya, tekanan intraglomerular terjaga, fraksi plasma yang mengalir melalui
kapiler glomerular yang tersaring akan ditingkatkan ( fraksi filtrasi), dan
glomerular filtration rate (GFR) dipertahankan. Pada keadaan hypoperfusion yang
lebih berat, respon kompensasi ini dapat gagal dan GFR menurun, dan mengarah
kepada GGA prerenal
Autoregulasi dari
dilatasi arteriol afferent maksimal pada tekanan arterial sistemik setinggi ~
80 mmHg, dan hipotensi di bawah angka ini berhubungan dengan suatu kemunduran
yang drastis dari GFR. Derajat hipotensi yang lebih rendah dapat menimbulkan
GGA prerenal pada orang tua dan pada pasien dengan penyakit yang mempengaruhi
integritas arteriol afferent (misal, hypertensive nephrosclerosis, vasculopathy
diabetik). Sebagai tambahan, obat yang mempengaruhi respon adaptif pada
microsirkulasi ginjal dapat merubah hypoperfusion ginjal terkompensasi menjadi
GGA prerenal yang jelas atau memicu GGA prerenal menjadi GGA ischemic
intrarenal. Obat-obat inhibitor dari baik biosintesis renal
prostaglandin [ penghambat cyclooxygenase ; nonsteroidal antiinflamation
drugs( NSAIDS)] atau inhibitor angiotensin-converting enzim (ACE Inhibitor) dan
reseptor angiotensin II blockers adalah penyebab yang utama dan harus digunakan
secara hati-hati pada keadaan yang dicurigai dapat terjadi hipoperfusi ginjal.
NSAIDS tidak mempengaruhi GFR pada individu yang sehat tetapi dapat mempercepat
GGA prerenal pada pasien dengan penurunan volume cairan atau pada
insufisiensi renal kronis dimana GFR terjaga oleh hiperfiltrasi yang dimediasi
prostaglandin oleh nefron fungsional yang terisa. penghambat ACE harus
digunakan dengan bijaksana pada pasien dengan stenosis arteri ginjal bilateral atau
stenosis unilateral dimana hanya satu ginjal yang berfungsi. Pada keadaan ini,
perfusi dan filtrasi glomerular sangat dipengaruhi oleh angiotensin II.
Angiotensin II memelihara tekanan filtrasi glomerular distal ke stenosis dengan
peningkatan tekanan arterial systemic dan dengan mencetuskan konstriksi
selektif pada arteriol. Penghambat ACE dapat memperlambat respon ini dan
mempercepat GGA, namun umumnya reversibel, pada ~30% kasus.
Hepatorenal Syndrome
ini adalah suatu bentuk agresif dari GGA, dengan banyak bentuk dari GGA
prerenal, yang sering mempersulit kegagalan hepatik akibat cirrhosis atau
penyakit hati berat lainnya, mencakup keganasan, reseksi hepatik, dan obstruksi
bilier. Pada sindrom hepatorenal yang berat, GGA berkembang walaupun telah terjadi
optimisasi hemodinamika sistemik dan memiliki tingkat kematian sebesar
>90%.
B. GGA
INTRINSIC RENAL (INTRINSIC RENAL AZOTEMIA)
GGA
renal dapat mempersulit beragam penyakit berbeda pada parenkim ginjal itu
sendiri. Dari sudut pandang klinikopathologis, dapat berguna untuk membagi
penyebab GGA renal ke dalam (1) penyakit dari pembuluh darah besar ginjal, (2)
penyakit dari mikrosirkulas ginjal dan glomeruli, (3) GGA ischemic dan akibat
nephrotoxic, dan (4) radang tubulointerstitial. GGA renal paling sering
dicetuskan oleh ischemia ( GGA yang ischemic) atau nephrotoxins ( GGA yang
nephrotoxic), yang secara sederhana menimbulkan acute tubular necrosis ( ATN).
Maka, pada umumnya penggunaan istilah GGA dan ATN dapat dipertukarkan pada
keadaan seperti ini. Bagaimanapun, sebanyak 20 sampai 30% dari pasien dengan
GGA ischemic atau nephrotoxic tidak mempunyai tanda klinis atau
bukti morphologis dari nekrosis tubuler, menggarisbawahi peran dari trauma
sublethal pada epithelium tubuler dan kerusakan lain pada sel ginjal yang lain
( misal,sel endothelial ) pada pathophysiology dari sindrom ini.
C. GGA iskemik .
GGA prerenal dan GGA
iskemik menjadi bagian dari spektrum bentuk hipoperfusi ginjal. GGA iskemik
berbeda dengan GGA prerenal dalam arti bahwa hipoperfusi memicu trauma ischemic
pada sel parenkim ginjal, terutama epithelium tubuler, dan penyembuhan biasanya
memerlukan 1 sampai 2 minggu setelah normalisasi perfusi ginjal sebagaimana
diperlukan regenerasi dan perbaikan sel ginjal. Dalam bentuk paling ekstrim
nya, ischemia mengarah kepada bilateral nekrosis korteks renal dan gagal ginjal
irreversibel. GGA iskemik terjadi paling sering pada pasien yang menjalani
operasi kardiovasculer besar atau menderita trauma yang berat, perdarahan,
sepsis, dan/atau kekurangan cairan tubuh. GGA iskemik dapat juga mempersulit
bentuk ringan hypovolemia yang nyata atau penurunan efektifitas volume arterial
darah jika terjadi bersamaan dengan trauma lainnya (misal, nephrotoxins
atau sepsis) atau pada pasien dengan mekanisme pertahanan autoregulator yang
menurun atau dengan riwayat penyakit ginjal sebelumnya.
Keadaan GGA iskemik
ditandai oleh tiga fase: inisiasi, pemeliharaan, dan tahap penyembuhan. Tahap
inisiasi ( jam sampai hari) adalah periode awal dari hipoperfusi ginjal terjadi
selama trauma iskemik sedang berkembang. GFR merosot sebab (1) tekanan
ultrafiltrasi glomerular dikurangi sebagai konsekwensi dari rendahnya aliran
darah ginjal, (2) aliran saringan glomerulus di dalam tubulus dihalangi oleh
serpihan-serpihan yang terdiri atas sel epithelial dan bekas limbah nekrotik
yang berasal dari tubulus dan epithelium, dan adanya kebocoran
filtrasi glomerular melalui luka epithelium tubuler. Trauma iskemik adalah
paling sering pada bagian terminal meduler dari proximal tubule ( Segmen S3, pars
recta) dan bagian meduler dari ascending loop of Henle. Kedua segmen mempunyai
tingkat transpor aktif larutan dan konsumsi oksigen yang tinggi dan terletak
pada area ginjal yang rentan ischemic, meski dalam kondisi-kondisi basal,
oleh pengaturan aliran balik yang unik pada vasculatur meduler.
Iskemik seluler mengakibatkan satu rangkaian perubahan transpor ion dan
integritas membran yang pada akhirnya mengarah pada trauma sel dan, jika berat
dapat menyebabkan apoptosis dan nekrosis sel
Perubahan ini meliputi
penghabisan ATP, inhibisi pengangkutan sodium aktif dan transpor larutan
lainnya, kerusakan dari regulasi sel dan pembengkakan sel, gangguan
cytoskeletal dan hilangnya polaritas sel, pemasangan matriks-sel dan sel-sel,
akumulasi kalsium intracellular, perubahan metabolisme phospholipid,
pembentukan radikal oksigen bebas, dan peroxidasi membran lipids. Sangat
penting trauma ginjal dapat diatasi dengan pengembalian alirah darah ginjal
selama periode ini.
Tahap
inisiasi dilanjutkan oleh suatu tahap pemeliharaan ( biasanya 1 sampai 2
minggu). selama sel ginjal yang trauma dibentuk kembali, GFR menstabilkan pada
titik terendah nya (umumnya 5 sampai 10 mL/min), keluaran urin paling rendah,
dan komplikasi uremik muncul. Alasan mengapa GFR tetap rendah selama tahap ini
walaupun dengan koreksi dari hemodinamika sistemik belum dapat dijelaskan.
Mekanisme yang dipercayai meliputi vasoconstriction intrarenal persisten dan
ischemia meduler dicetuskan oleh pelepasan mediator vasoaktif yang tidak
teregulasi akibat kerusakan sel endothelial ( e.g., penurunan nitritoxide,
peningkatan endothelin-1, adenosine, dan platelet-activating factor), kongesti
pembuluh darah meduller, dan trauma reperfusion yang dipicu oleh sejenis
oksigen reaktif dan mediator lain yang berasal dari leukocytes atau sel
parenkim ginjal. Sebagai tambahan, sel epithelial yang cedera per se dapat
berperan dalam vasokonstriksi persiten melalui suatu proses yang disebut umpan
balik tubuloglomerulal. Sel epitel khusus pada daerah macula densa pada tubulus
distal mendeteksi peningkatan transport natrium yang terjadi sebagai
konsekuensi dari kerusakan reabsorbsi dari segmen proximal nefron. Sel macula
densa kemudian merangsang konstriksi dari arteriol aferen sekitar dengan
mekanisme yang kurang dimengerti dan kemudian mengurangi perfusi glomerular dan
filtrasinya, sehingga memperparah keadaan. Fase penyembuhan ditandai dengan
perbaikan dan regenerasi dari sel parenkim ginjal, terutama sel epitel tubuler
dan secara perlahan GFR menjadi normal atau kembali pada kadar premorbid. Fase
penyembuhan ini dapat dipersulit oleh adanya peningkatan fase diuretik akibat
eksresi dari natrium , air, dan larutan lain yang tadinya tertahan, penggunaan
lanjut dari diuretic, atau terlambatnya fungsi sel epitel (untuk reabsorbsi larutan
dan air)
D.
GGA
Nephrotoksik
GGA renal intrinsic
akut dapat terjadi akibat paparan berbagai agen farmakologik. Paling banyak
yaitu nephrotoxins, insiden GGA meningkat pada lanjut usia dan pasien dengan
insufisiensi ginjal kronis, hypovolemia nyata atau papararan terhadap toxin
yang lain
Vasokonstriksi intrarenal merupakan kejadian awal pada GGA yang dipicu oleh
radiocontrast, siklosporin, dan tacrolimus. Sehubungan dengan patofisiologi
ini, agen tersebut memicu GGA yang memiliki kemiripan dengan GGA prerenal:
yaitu penurunan akut dari aliran darah ginjal dan GFR2,
sedimen urin yang relatif ringan, dan eksresi natrium yang rendah. Kasus berat
dapat memperlihatkan bukti klinis atau patologik dari adanya ATN(3).
Nefropati toksik akibat zat kontras umumnya memperlihatkan peningkatan akut
(onset 24-48 jam) dari BUN dan kreatinin namun reversibel (resolusi dalam 1
minggu) dan paling umum terjadi pada individu dengan insufisensi renal kronik,
DM, CHF, hipovolemik, atau myeloma multipel. Sindrom ini sepertinya terkait
dengan dosis dan insidennya sedikit berkurang pada individu resiko tinggi
dengan memakai agen kontras yang lebih mahal, nonionik kontras
Toksisitas langsung terhadap sel epitel tubuler dan atau obstruksi
intratubuler adalah kejadian patofisiologis utama pada GGA yang disebabkan oleh
antibiotik dan antikanker. Zat yang sering merusak adalah agen antimicrobial
seperti acyclovir, foscarnet, aminoglikosida, amphotericin B, dan pentamidini,
dan agen kemoterapi seperti cisplatin, carboplatin, dan ifosfamide.
GGA terjadi pada 10 sampai 30% penggunaan aminoglikosida walaupun dengan
kadar terapeutik. Amfoterisin B menyebabkan GGA- terkait dosis melalui
vasokonstriksi intrarenal dan toksisitas langsung pada epitel tubulus.
Cisplatin dan carboplatin seperti aminoglikosida terkumpul oleh sel tubulus
proksimalis dan memprovokasi GGA setelah 7 hingga 10 hari dari paparan dengan
cara merusak mitokondria, inhibisi dari aktivitas ATPase, transpor larutan,
trauma yang dimediasi radikal bebas terhadap membran sel, apoptosis, dan
nekrosis
Nephrotoxin endogen
yang paling umum adalah kalsium, myoglobin, hemoglobin, urat, oxalate, dan
myeloma rantai ringan. Hyperkalsemia dapat menurunkan GFR, kebanyakan dengan
memicu vasokonstriksi intrarenal. Deposisi kalsium fosfat didalam ginjal juga
berkontribusi. Rhabdomyolisis dan hemolisis dapat memicu GGA, umumnya pada
pasien dengan hipovolemik atau asidosis. Myoglobinuric GGA terjadi kurang lebih
30% kasus dari rhabdomyolisis. Kasus umum ini termasuk cedera trauma
tabrakan, iskemia otot akut, kejang, olahraga berlebihan, heat stroke,
atau gangguan metabolisme. GGA akibat hemolisis biasanya jarang dan
diperlihatkan dari reaksi pada transfuse darah yang massif. Telah menjadi
postulat bahwa myoglobin dan hemoglobin atau komponen lain yang dilepaskan oleh
otot atau sel darah merah menimbulkan GGA melalui efek toksik pada sel epitel
tubuler, dengan mempromosi stress oksidatif pada intrarenal dan dengan memicu
pembentukan serpihan padat intratubuler. Hipovolemia atau asidosis dapat
berkontribusi pada patogenesis GGA dalam keadaan ini dengan pembentukan
serpihan padat intratubuler.
Sebagai tambahan,
hemoglobin dan myoglobin adalah penghambat yang kuat dari bioactivitas
nitrit-oxide dan dapat mencetuskan vasokonstriksi intrarenal dan inskemik pada
pasien dengan hypoperfusion ringan. Serpihan padat intratubuler ini mengandung
immunoglobulin rantai ringan dan protein lainnya, termasuk Tamm-Horsfall
protein yang diproduksi oleh sel thick ascending limb , yang merupakan pemicu
utama terjadinya GGA pada pasien dengan multiple (myeloma cast nephropathy).
Sebagai tambahan, rantai ringan dapat secara langsung menjadi racun untuk sel
epithelial tubuler. Obstruksi intratubuler juga merupakan sebab penting
terjadinya GGA pada pasien dengan hyperuricosuria atau hyperoxaluria.
Nephropati asam urat akut biasanya muncul pada pengobatan gangguan
lymphoproliferative atau myeloproliferative namun lebih sering terjadi akibat
hyperurisemia jika urin terkonsentrasi.
E.
GGA
Iskemik
Gambaran patologis
klasik dari GGA iskemik yaitu nekrosis fokal dari epitel tubuler dengan adanya
pelepasan dari membran dasarnya dan oklusi lumen tubulus oleh serpihan padat
yang terbentuk dari sel epitel yang degenerasi, debris seluler, Tamm-Horsfall
mucoprotein, dan pigmen. Akumulasi lekosit juga sering telrihat pada vasa
recta, namun morphologis dari glomeruli dan vasculature ginjal biasanya normal.
Necrosis paling parah terlihat pada bagian pars recta dari tubulus proksimalis
namun dapat juga terdapat pada bagian meduler dari thick ascending limb
pada loop of Henle.
Pada GGA
nephrotoksik, perubahan morfologis cenderung terlihat jelas baik pada
convoluted dan pars recta tubulus proksimalis. Nekrosis sel tubuler lebih
jarang terlihat dibandingkan GGA iskemik.
F.
GGA
POSTRENAL
Prevalensi bstruksi
saluran kemih sebagai penyebab GGA kurang dari 5% kasus GGA. Hal ini
dikarenakan ginjal mempunyai kapasitas klirens untuk mengeksresi produk limbah
nitrogenous setiap harinya, GGA akibat obstruksi hanya terjadi jika terdapat
sumbatan aliran urin dari urethral meatus externum dan kandung kemih, obstruksi
bilateral ureter, atau sumbatan ureter unilateral pada pasien dengan 1 ginjal
yang berfungsi.Obstruksi buli-buli merupakan sebab umum terjadinya GGA
postrenal dan biasanya disebabkan oleh penyakit prostate (seperti Bengn Prostat
Hypertrophy, tumor, atau infeksi). Penyebab yang lebih jarang yaitu obstruksi
saluran kemih bagian bawah termasuk bekuan darah, calculus, dan urtheritis
disertai spasme. Obstruksi ureter dapat disebabkan oleh obstruksi intraluminal
(kalkulus), infiltrasi dinding ureter (neoplasia) atau kompresi eksternal
(retroperitoneal fibrosis, neoplasia, atau abses) Selama tahap awal obstruksi
(jam sampai hari), filtrasi glomerulus yang berkontinu akan meningkatkan
tekanan intraluminal di atas dari lokasi obstruksi. Sebagai hasilnya, terjadi
distensi berangsur dai ureter proksimal, renal pelvis, dan calyces, dan
penurunan pada GFR. Obstruksi akut mulanya berkaitan dengan peningkatan ringan
aliran darah ginjal namun vasokonstriksi arteriolar segera terjadi mendadak,
mengarahkan pada penurunan filtrasi glomerulus lebih lanjut.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim.2011.
Penyakit dan kelainan pada ginjal.http://clicks-myblog.blogspot.com/2011/08/penyakit-dan-kelainan-pada-ginjal.html(diakses
17 april 2013 pukul 16 00)
Anonim.
2012 . anuria adalah. http://obat-alami.com/tag/anuria-adalah(diakses 17 april
2013 pukul 18 00)
Ivonna,
astrid. 2012. Proteinuria pada anak http://www.teruskan.com/2708/proteinuria-pada-anak.html#_(diakses
17 april 2013 pukul 16 00)
Maskarimullah,
restu. 2010. Patofisiologi ginjal.http://karimullahrestu.blogspot.com/p/patofisiologi-ginjal.html(diakses
17 april 2013 pukul 17 00)
saya laki2 usia 3o thn golongan darah A,saya berniat mau mendonorkan ginjal saya demi keluarga dan masa depan anak saya.jika ada yang minat / membutuhkan silahkan hubungi saya di nope 087718856664 atau via email di cacusetiawan@yahoo.com / setiawancacu03@gmail.com....saya akan selalu siap kapanpun anda butuhkan.
BalasHapus