Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2015

Dodo

Banyak cerita yang memang seharusnya terjadi di antara kita Ahhh, tuhan memang punya banyak cara untuk mengingatkan Ukuran yang kecil untuk mengembalikan hal hal yang bersifat kenangan yang etrangkai dari penyesalan Kali ini aku terbangun di kala senja sudah hampir meredup Kenapa denganmu? Kau bilang “yan gue balik ya ke kosan lu. Gue numpang bobo ya, nanti lu kekamar lain aja bobonya. Disini gue nggak nemu bis, semuanya penuh” Kalau nggak salah dengar, itu di terminal cicaheum, kau memberikan kabar lewat telefon seller yang membangunkan tidur siangku. Sebelumnya kau juga telah mengeluh di whats app;hal yang sama Oh tuhan Semengkuatirkan itukah dia? Ada beban yang musti di tanggungnya, tas dan tentengan yang beratnya tidak kurang dari 8 kilo Padahal 2 minggu yang lalu dia juga pulang dengan keadaan berat beratan dan berdiri di bis selama 4 jam perjalanan Jatinangor-jakarta Dulu mah masih jatinangor-bandung Iya itu kira kira 1,5 bulan yang lalu saat dia masi
Gambar
 Ini kita, 29 maret 2015
Gambar
Mencintai seseorang yang menurutmu sempurna itu sudah biasa Tapi bisakah kau tetap mencintainya meski dia tak lagi sempurna Menghianati ekpektasimu, mengecewakanmu, bahkan menyakitimu? Cinta bukan hanya soal benar atau salah, hitam dan putih, atau sakit dan bahagia Tapi juga tentang menerima apa adanya dan juga memaafkan                                                         -Maafin gue untuk hari ini ya dodo-
Dia yang tumbang hari ini, mungkin bangkit esok hari
Gambar
Gambar
Sebenarnya dulu itu dengan siapa dan apa tujuan aku berlari? Dan saat ini adalah waktu yang tepat untuk aku bertanya pada diriku sendiri
Gambar
Selamat malam...

bagaimana?

Bagaimana aku bisa tertawa lepas? padahal ada yang dulu menangis karena dia. Mantan yang lebih sempurna dan memperlakukan dia lebih baik. Bagaimana aku bisa sepenuhnya bahagia? padahal ada hati yang tersakiti olehnya karena dia menganggapnya sudah tidak beharga. Mencampakanya begitu saja. Sedangkan aku, dia berusaha mengiba dan mengelu ngelukan ku. Sejelas jelas itu aku sudah merendahkanya seperti sampah yang sudah ku injak Bagaimana Tuhan bisa adil ke kami, sedangkan ada aku yang selalu membawa kebencian terhadapnya meski juga ada cinta yang tak bisa aku tinggalkan Tuhan tahu, aku bingung Tuhan tahu, aku labil Tuhan selalu tahu, aku butuh bantuanya Menguatkan hati yang goyah Mengintankan jiwaku yang rapuh Mengingatkan aku untuk selalu berdiri meski tidak sekali dua kali badai menerjang Karena sekali lagi TUHAN ITU SELALU TAHU
Aku mendendam ditengah aku mencinta. Aku membenci diriku sendiri ditengah aku merindu. Yang pasti aku semakin rusak, semakin susah, semakin terkukung dalam jeruji. Dan akhirnya aku bertanya pada diriku sendiri. Kapankah aku akan merdeka darinya? Ataukah aku menunggunya untuk bilang “cinta itu sirna”. Tidak, aku adalah pemegang kendali dan akulah yang bertanggung jawab untuk akhirnya. Yang pasti ada akhir, menderita atau bahagia, manis atau pahit. Akhir untuk kisah kita dan awal untuk kisah lainya. 
Nggak peduli seberapa kehilanganya aku nanti, bagaimana caranya aku hidup tanpa kebiasaan kebiasaan itu tapi yang pasti ada akhir dari segalanya. Kemenangan disalah satunya. Mulai sekarang bencilah hati yang selalu simpati, babat habis dengan logika. Aku tau aku akan menderita dibawah pilihanku, aku akan terseret roda zaman yang selalu dihamparkan oleh kenangan. Selalu ada resiko pahit dan manis untuk merdeka. Dan akhirnya, AKU BEBAS DARI DIA KARENA AKULAH PENYELAMAT UNTUK DIRIKU SENDIRI.

Did you think how’s strong her feeling?

Setiap orang akan mengalami jatuh cinta untuk pertama kalinya, kencan untuk pertama kalinya, berpacaran untuk pertama kalinya, putus cinta untuk pertama kalinya, galau untuk pertama kalinya, dan menangis konyol untuk pertama kalinya. Begitupun diriku. Seorang pria membuatku merasakan kencan untuk pertama kalinya, jatuh cinta untuk pertama kalinya, dan juga merasakan pedihnya putus cinta untuk pertama kalinya. Tanpa sadar, delapan bulan bersamanya membuatku merasakan banyak hal. Senang setengah mati, bahkan sedih setengah mati. Dan tanpa sadar selama delapan bulan itu aku selalu memikirkannya, hanya dia. Apakah dia makan dengan baik, apa dia baik-baik saja, apa saja yang dia lakukan, apa dia akan kesiangan masuk kuliah, apa dia makan banyak sambal dan mie instan, apa dia belajar untuk kuis dan UTS-nya, dan apa dia memikirkanku? Aku mungkin bukan orang mengekspresikan perasaanku dengan baik. Aku bahkan tidak berani mengatakan padanya secara langsung betapa aku menyukainya, tapi aku su
Pembalasan Itu Mutlak Tidak Peduli Segimanapun Baiknya Saya Dimatamu 

KABUT

Aku ingin melihat hasil refleksi dari kata kata rindumu yang kau ucapkan lewat sinyal telepon pada malam malam syahdu Seperti menemukan rindu yang diselubungi kabut Yang sebelumnya tak dapat tertembus oleh mata tapi terdengar pada telinga Menciptakan batas yang tak dapat kita sentuh Hari itu kabut itu mulai menguap sehingga mereka perlahan memisah dari bumbunganya Kau dan aku bertemu Tetap saja malam itu syahdu Di ruangan itu kita berbicara empat mata Memecahkan keheningan sambil menebak-nebak perasaan lawan bicara Menyusun kata-kata seperti sedang mengobral  isi hati Sesekali tawa memecahkan kekakuan Aku akui sebulan tak jumpa seakan aku terkukung dalam beton beton segi empat yang menyesaki seluruh tubuhku Sehingga saat aku bebas aku lupa cara menggerakan kaki dan tangan Karena selama ini yang kulakukan hanya berteriak Tanpa bertindak Hari ini kau datang Kukungan itu sirna