Yang Tertinggal Bagian 1

Cerita ini aku dedikasikan buat wisnu aditya dan sobat dekat wanitanya. Kurasa cukup kau bercerita banyak tentang dia dan dicerita ini aku benar benar tak mengharapkan ini terjadi diantara kalian, hanya saja kalian adalah sumber inspirasi yang terbawa pada mimpi tidur siangku sampai senja hari ini.

YANG TERTINGGAL
Mungkin Setiap orang di dunia ini mempunyai teman baik
Tapi bagaimana jika teman baik itu justru menjadi sumber masalah?

Tinggimu aku rasa tak berbeda jauh, masih sekitar 178 senti,  tinggi sekali dibandingkan aku yang bertubuh katamu kayak kelinci, ya.... dibandingkan kau yang tinggi dan berisi aku benar benar seperti kelinci, ahhh, kau itu idaman wanita sekali

Bagaimana dengan metamorfasa kita?

Sepertinya beberapa coretan di dinding kamarku dan beberapa potret kita di masa lalu bisa menjelaskan banyak hal tentang kita. Kebersamaan kita berawal saat berseragam putih abu-abu kelas satu  setelah kematian ibuku. Kau menangisi ayahmu yang terbujur kaku di ruang mayat karena tumor otaknya tak terselamatkan, dan aku menangisi ibuku yang meninggal karena kecelakaan dengan kondisi menggenaskan. Dan saat itu tangis yang pecah membuat awal perkenalan kita, saling bertanya, karena kita hanya satu satunya wali keluarga yang hadir di rumah sakit itu sebelum keluargamu dan ayahku datang mengurus pemakaman.

Sejauh apa ikatan kita sobat, sampai kehidupan memetamorfosa kita? Ups, bukan , kita hanyalah sepasang teman akrap yang menjalani kehidupan masing masing, dimana setiap kita temukan segala problema, aku adalah tempat kau berbagi, dan kau adalah tempatku menemukan banyak hal.

Aku adalah pohon rindangmu yang dengan bayangannya kau dapatkan kenyamanan dan dengan dahan dahannya  kau bisa bersandar.

Tapi pohon itu berpindah tempat 2 tahun belakangan ini

Berbicara pohon, aku merindukan daun daun mapel itu jatuh perlahan dikepalaku, dipungut oleh Mark; temanku semasa kuliah. Bisa dibilang penggemarku.

Huft, Sudah lama tidak menjalin hubungan asmara lagi, pacar pertama dan terakhirku juga telah menikah sama sepertimu. Aku juga tidak tahu bagaimana cara mencemburuinya dengan kebersamaan kami yang tidak lebih dari 3 bulan.

“jangan dia bodoh, bagaimanapun jangan dia”

Sejam setelah kau mengomel lewat telefon selular, Adi telah menjadi pacarku. Dan akupun tidak mengerti apa yang terlintas dibenakku waktu itu.

Yang pasti senang sekali, hanya buat mengisi waktu jika kau lagi asyik dengan wanita barumu, walaupun aku hanya mendengar bualan yang dipenuhi basa basi darinya selama 3 bulan.

Saat itu pertama kali kau sadari pohon itu bisa berpindah tempat

Sangat susah menghubungiku saat itu bukan? karena kesibukanku membohongi diri sendiri dengan pacar pertama

Kadang aku berpikir buat apa Tuhan memberikan banyak hal tentang kita, banyak sekali, bahkan kau pernah bilang jika posisiku lebih dari semua pacar-pacarmu, tapi semua itu buat apa, sampai sekarang hanya Tuhan yang paling tahu kenapa itu terjadi.

Dalam sekali perasaan itu, bahkan aku tak akan membiarkan siapapun menyakitimu, walaupun aku tahu persis bagaimana tak sempurnanya kau menjadi laki laki yang dicintai wanitamu

Berapa wanita yang telah kau sakiti?

Dan berapa wanita juga yang telah beranggapan jika aku adalah orang ketiga diantara kalian? Kadang aku berpikir keras apa salahku, dan bagaimana bisa aku dicemburui gila gilaan oleh banyak wanita. Aku rasa pertemanan kita tidak seperti yang kau lakukan dengan pacar pacarmu. Hanya saja mungkin kau berkomunikasi lebih banyak denganku, minta pendapat ini itu, seakan akan aku guru cintamu, apakah kau tak sadari jika kau berbicara dengan orang yang jam terbangnya saja masih seujung kuku, level anak teka. Tapi aku berpikir keras untukmu, nanya dukun google berulang kali, berusaha memahami dengan sedikit pemikiran sontoloyo dari otakku.

Tanya hati terdalam...

Banyak hal yang telah terjadi, dari hanya bercerita, liburan bersama, makan bareng, merayakan momen penting jamaahan, dan masih banyak lagi. Kita adalah sepasang sepatu yang tidak sama ukuran, warna, tetapi selalu dibawa kemana-mana bersama oleh pemiliknya. Mungkin dia berharap akan menemukan bagian dari pasangan kita masing masing

Ternyata bagianmu ditemukan pertama kali

Saat itu kau tahu, aku tidak tahu bagaimana mengucapkan kata selamat teman dengan baik.

Ada yang menyesaki dadaku sehingga momen pentingmu benar benar tak ingin aku saksikan

Tak seperti momen ulang tahunmu yang tak pernah aku lewatkan sekalipun sejak kita berkenalan dimusim hujan 10 tahun yang lalu. 10 kali momen kelahiranmu, 10 kali juga aku masuk dapur hanya untuk membuat kue blackforest yang rasanya di upgrade dari tahun ke tahun sampai akhirnya aku ahli melakukan pekerjaan ini. Aku rasa kau tak akan lupa dengan toko kue bunny kita. Saat itu  pada tahun ke 7 sejak perkenalan pertama kita, kita sepakat buat usaha kue bersama. Ternyata toko kue itu membuat pengaruh besar untuk hidupmu. Dari pelanggan toko kue itulah satu  sepatu itu menemukan pasangannya. Senja yang indah untukmu menemukan pelanggan sekaligus istri seperti dia, saat itu kuperhatikan kau dan dia sedang bercengkrama di ramahnya sore lewat jendela kaca dari dalam toko kita.

Apa karena kita terlahir terlalu berbeda?

Kau dengan wajah tampan rupawan, dan aku terlalu biasa jika harus disandingkan denganmu. Bergigi kelinci, sependek kelinci, dengan pipi chubby yang seperti kelinci yang mulutnya dipenuhi wortel, itu mungkin sebabnya kenapa aku lebih sering membuat kau gemas dibandingkan kau harus memuji kecantikanku sebagai wanita

Ah, fenomena badut kelinci

Dan puncaknya Sehari sebelum pernikahanmu aku hilang tanpa sepatah kata apapun, memutuskan melanjutkan pendidikan magisterku di inggris.

Ternyata sehari setelah itu kalian benar benar memukau dengan balutan pakaian pernikahan internasional berwarna putih nan mewah. Aku melihatnya saat mungkin umur foto itu sudah 2 tahun kau pajang di dinding ruang tengah apartemenmu. Saat itu pertemuan pertamaku setelah kembali keindonesia lagi dengan istrimu.

Ternyata apartemen kita 1 blok dan 1 lantai. Kau lihat betapa ramahnya dia megajakku berkunjung, aku tidak terlalu yakin saat itu dia menyadari jika aku rekanmu di toko kita dulu.

2 tahun waktu yang cukup bagi Mark mengubah apapun dari aku

Gadis kelinci itu mempunyai gigi yang rapi dan bentuk wajah yang tak lagi chubby, aku rasa dia selain dokter gigi berbakat juga memiliki kemampuan dibidang kecantikan

Saat aku akan meninggalkannya dan balik ke indonesia, dia berharap aku tak akan menemuimu lagi, dengan beragam alasan. Anggap saja Mark emang begitu orangnya.

Hanya saja takdir berkata beda

Membeli apartemen mempertemukan kita lagi, aku tak pernah bermaksud sampai sedekat itu lagi denganmu, mengulangi banyak hal lagi seperti sekelas waktu sma, sejurusan waktu kuliah, setempat kerja di toko kue, banyak hal yang kita lakukan bersama dimasa lalu. Niatku di indonesia hanya ingin bekerja dan sesekali melihatmu dikota tempat kita besar dulu, bukan sampai dipertemukan sedekat ini. Tetapi ternyata kau sekarang kerja di kota yang sama dengan kota tempat aku berencana mengadu peruntungan sebagai pencari kerja.

Takdir?

Kita semakin dekat akhir akhir ini juga takdir?

Kau yang sering membohongi istrimu tapi singgah ke apartemenku juga takdir?

Takdir yang bagaimana?

Aku benci mengaku
Saat matamu itu memaksaku untuk mengakui semua yang terjadi
Mengakui parasaanku dan aku tak bisa berbohong sepatah katapun dimeja makan diketinggian 70 kaki ini, sampai matakupun menerawang kearah kilat yang bercabang tiga dan tak ada satupun yang aku sembunyikan. Perasaanku yang tersimpan selama 10 tahun itu kucurahkan tak bersisa.

Kau menciumku dalam dan dalam sekali.

Air mataku menetes, apa yang sedang aku lakukan? mungkin pertanyaan itu tak ada dibenakku, semuanya melebur dengan perasaan yang telah jatuh di kristal cair air mata

“aku merindukanmu, aku baru sadar kehilanganmu saat kau telah pergi, kenapa bodoh sekali, kenapa tak jelaskan dari dulu”

Aku tertawa ironis

“bukankah cewek dengan tampangku dulu tak ada dalam list wanita mu?”

“kau hanya tidak tahu bagaimana uring-uringannya aku kehilangan kau, aku sakit sebulan lamanya
sehari setelah pesta pernikahan kami, karena aku memikirkan tentangmu”

Kami itu bukan aku dan kau, tapi kau dan dia, itu menyakitkan.

Ini pertemuan kita yang ke 14, setelah pertemuan pertama di apartemennya itu, dia menatapku terpana sepulang kerja yang sedang mengobrol dengan istrinya, pertemuan ke 2 sampai kelima dia berdiri diluar hampir satu jam lamanya karena tak kubukakan pintu. Dan pertemuan selanjutnya kita kembali ke alamiahnya kita, seperti sepasang sobat lama yang bertemu.

Dari canggung dan dingin
Sampai hangat dan menenangkan

“pulanglah, istrimu akan mencarimu, kasihan sekali dia, dia sedang hamil anakmu”
Rei tidak beringsut dan tetap memelukku dengan hangat, tapi aku harus kembali ke realita kita

“Rei, pulanglah, aku akan mengambil sepatumu”

Aku berjalan kearah luar,Rei mengikuti, lalu dia memasang sepatunya, merapikan kembali kemejanya, aku sadar dengan pengakuanku sama artinya aku lagi mengasah belati yang siap tertancapkan kehati siapa saja yang akan kupedangi.

Malamnya, aku tak bisa tidur, ciuman pertama ku,seperti gadis remaja yang lagi kasmaran dan aku juga terjebak dengan guling sana guling sini sambil senyum senyum sendiri, sudah 27 tahun aku baru rasakan bagaimana bibir laki laki menempel di bibirku, rasanya fantastis dengan deguban jantung yang tak terkendali, ada kembang api rasanya disekujur tubuhku, dan saat ku menutup mata saat itulah aku menyadari aku tak bisa tertidur jika kunang kunang itu berformasi dipikiranku. Menciptakan cahaya cahaya yang begerak gerak. Ahhh , menjelaskannya susah sekali, yang pasti semalam suntuk aku tak bisa tidur sama sekali.

Aku mungkin adalah wanita yang dia cium ke puluhan sekiannnnnnn kalinya.....
Nggak ada yang spesial bukan?
Yang spesial hanya dia cinta pertamaku
Itu saja....

Bulan berganti, sudah 5 bulan aku dan Rei berhasil mengembalikan momen-momen kami, hanya saja Rei tak lagi menganggapku sebagai sobat yang dia sayangi, dia menganggapku mungkin sebagai istri keduanya. Anak Rei juga sudah lahir ke dunia, mirip sekali dengan Rei, dengan mata sipitnya dan hidung mancungnya. Aneh bin ajaib, tak ada yang membuat Rei seakan betah di apartemennya, aku sudah berulang kali menyadarkannya, jika kehidupannya sebenarnya adalah bersama istri dan anaknya. Tapi berulangkali aku berkata seperti itu, Rei hanya bertahan beberapa hari untuk tidak singgah di apartemenku, selajutnya dia akan datang dengan macam macam sogokan, sebuket bunga, makanan kesukaanku, atau tiket trip berlibur bersama. Dan aku bertanya pada diriku apa yang sedang aku lakukan?

Apakah kali ini Tuhan benar benar menempatkanku diposisi yang sulit?

Mark meneleponku berulang kali, menyuruhku kembali untuk berkerja dirumah sakit keluarganya. Dan tentunya disetiap percakapan kami Mark tak henti hentinya bilang jika dia mencintaiku baik di pesan singkat atau di dalam percakapan telepon.

Aku sudah punya pekerjaan Mark, menurutku jadi dosen di swasta juga lumayan

Aku juga menjelaskannya berulang kali

Tapi malam itu Rei merasa terganggu jika Mark meneleponku dan mengganggu kebersamaan kami
“okey Mark, don’t bother jani again, she will not be back to england soon, and dont call her because she have had a new life here”

Tak ada tampang bersalah dalam mengucapkan itu, aku berusaha memikirkan sisi lain.
“Mark itu teman aku Rei, aku tidak akan mungkin melupakannya, cepat atau lambat aku akan kembali ke inggris untuk bertemu ayah disana” ucapku pelan
Rei seketika meremas kertas rencana belanja bulanan kita, lalu menatapku dalam
“apakah kau tidak pernah memikirkan perasaanku, aku juga berkorban untukmu”
“bukan begitu, tapi...”
“sudahlah, aku pulang dulu”

Rei masih belum dewasa, masih kekanak kanakan
Dan aku hanya seseorang yang sedang terjebak pada kekanak kanakanya.

Berulang kali aku berusaha menghentikan ini, penghianatan yang kami lakukan, tapi kenapa cinta ini memabukan, jika dikasih seteguk, aku mau seteguk lagi, membuatku terbang ke bintang bintang, tak ada yang dapat menghentikannya, karena kita sama sama diperdaya oleh keindahan sesaat, aku adalah tokoh penghancur rumah tangga Rei, tapi kenapa tak ada yang dapat menghentikanku? Apa benar cinta ini yang telah terpendam selama sepuluh tahun ketika tercurahkan tak lagi mengenal logika? Aku bisa gila
Satu satunya cara menghentikan ini adalah lari lagi ke inggris dan tak kembali lagi

Malam itu, setelah setahun kebersamaan kita, Rei mengajakku bermain ice skating di mall dekat apartemen ini. Rei pasti ingat jika kita pernah melakukannya berulang kali dimasa lalu, kita jatuh terjerembab di diinginnya es karena saat itu pertama main ice scating dikota kita sampai kita bisa sedikit sedikit memperagakan gerakan pasangan  dikejuaaraan ice skating. Ice skating adalah permainan pertama yang progrees kita sama, sampai sekarang kita cukup mahir melakukannya

Rei tak pernah ragu menggenggam tanganku kemanapun sekarang. Sebenarnya aku juga bingung apa rencananya, apakah dia akan membuat keluarganya berantakan agar kita bisa bersatu? Atau malah dia berencana agar aku dihajar istrinya? Ntah lah, dia memperlakukan ku seperti ratunya, seperti menemukan sesuatu beharga yang hilang  miliknya sehingga harus dia jaga baik baik supaya tak hilang lagi. Tapi jika kondisinya seperti ini ku akui benar benar sangat sulit.

Keterlambatan, apa yang kau dapat dari kerterlambatan?

“baiklah anjani, apakah kau menyukainya?”

Cincin itu mempunyai sebutir mutiara yang menjadi ornamennya. Aku termenung tak percaya, Rei menyerahkannya begitu saja, tanpa dosa dimukanya, disambut tepuk tangan pengunjung arena ice skating yang lain. Baru aku sadari dia merencanakan banyak hal.

Terima terima....sorak sorai memenuhi seisi ruangan

Ini mimpiku bertahun tahun yang lalu, tapi masih pantaskah aku bermimpi seperti itu untuk keadaan seperti ini? Tuhan, musibah apa yang sebenarnya telah aku berikan kepada seorang wanita yang selalu tersenyum ramah padaku jika bertemu dengannya, yang menganggapku juga teman baiknya karena setahu dia aku adalah teman baik Rei, aku sedang memedangi hati wanita itu dan anaknya yang masih belajar untuk berjalan, jika ini berlanjut anak itu akan tumbuh tanpa ayah yang baik disisinya. Dan akulah penghancurnya.

Rei meyakinkanku di tengah kecamuk di hatiku. Hitam dengan gemerlapnya. Menggenggam tanganku dan memelukku kuat kuat. Arena ice skating ini semakin bergemuruh.

“Anjani, dalam hidup ini ada beberapa orang yang tidak bisa bahagia bersama sekaligus, itu sebenarnya tergantung prioritas kita, keputusan ini aku ambil agar tak ada lagi yang kita bohongi, supaya kita bahagia dengan orang yang sepantasnya kita berbahagia, aku rasa sudah banyak yang kita korbankan selama ini, terlebih kau”

Bahagia? Bisa kah diposisiku sekarang aku bahagia tanpa merusak kebahagiaan orang lain?
TIDAK

Aku menginstruksikan seluruh syaraf syarafku untuk tersenyum, bersusah payah, tak ada kelegaan saat Rei memasangkan cincin itu dijari manisku. Aku yakin ini hanya akan menghasilkan masalah baru
Benar saja, ternyata malam itu juga Rei mengalami cekcok dengan istrinya. Kebersamaan kami yang sudah setahun terakhir ini akhirnya tercium sudah. Sudahlah, tak usah main detektif detektifan, aku juga tak peduli siapa yang memberi tahu kejadian itu kepada istrinya, bukankah akhirnya memang seperti ini? cepat atau lambat akan seperti ini bukan?

Malam itu aku habiskan dengan menangis, sudah cukup mendengar teriakan dan jeritan di depan apartemennya itu dan paling menyedihkan diikuti oleh tangisan anakmu yang sebenarnya tidak tahu apa apa apa yang terjadi dengan kedua orang tuanya. Bagaimana bisa sesulit ini tuhan

Aku bertanya dalam hati yang terdalam, apa yang sebenarnya aku cari, kenapa aku balik lagi ke indonesia sedangkan hampir semua keluargaku telah bergelut dengan kehidupan mereka di eropa. Ayah yang merupakan satu satunya keluarga kecilku yang tersisa juga telah dipindah tugaskan ke inggris semenjak 4 tahun lalu jauh sebelum aku mengikutinya ke negara yang sama. Jadi apa yang sebenarnya aku cari disini?
Mark bilang, jangan kembali membuka hal yang telah lama kau kubur, bagaimanapun berubahnya kau sekarang, seharusnya ikhlaskan saja, dalam kondisi seperti ini tak ada gunanya untuk kembali

Indonesia, 1 tahun yang lalu dengan takdir takdir yang tak pernah kusangka, jika saat itu Tuhan memberi cobaan dekat sekali

Dan sampailah kita di ujung cobaan itu.

Aku menelepon Mark yang sedang sarapan pagi, jam 2 dini hari waktu indonesia bagian barat. Dan menceritakan banyak hal kepada bule keturunan arab-eropa itu, tapi tak banyak hal yang dapat dikomentarinya, hanya saja dia  menyuruhku untuk balik ke inggris secepatnya.

Pagi itu, jam 5 subuh aku telah selesai dengan barang barang yang aku bawa ke inggris, hanya 2 koper sedangkan barang barang yang lain aku tinggalkan begitu saja termasuk beberapa kenangan aku dan Rei dan juga termasuk cincin yang dia berikan semalam. Pertimbanganku sudah bulat, jika dibilang aku tak bertaggung jawab menyelesaikan masalah ini memang benar, tapi tidak ada lagi yang bisa aku lakukan selain lari dari masalah pelik ini.

Aku memesan taksi yang telah menunggu di bawah. Aku tak tahu lagi kapan akan kembali ketempat yang sama. Mungkin tidak pernah.

Seorang perempuan berambut sebahu tak sengaja berpapasan denganku di lobby apartemen ini.

Senyumannya tetap sama saat pertama kali kita bertemu di lift setahun yang lalu bahkan tetap sama saat seseorang laki laki yang kucintai memperkenalkan dia kedepanku 3 tahun yang lalu. Air mataku tumpah semakin menatap dia yang tersenyum dan aku tak dapat lagi menyembunyikan penyesalanku. Kenapa harus dia yang harus aku tikam, apa salah dia?

Dia mengajakku ketokonya, aku tahu toko perlengkapan bayi yang terletak diseberang apartemen ini. Beberapa kali aku berkunjung kesini karena istri Rei benar benar menganggapku sahabat yang baik untuknya. Dia tak segan segan berbagi makanan atau mengajakku mengobrol ini itu di tokonya. Apa kurangnya manusia ini? aku berujar dalam hati

Dia menarik nafas dalam, setelah raut kesedihan terpancar dimuka putihnya
“dulu Rei setelah pernikahan kami sakit sakitan, 2 hari setelah kepergian mbak jani keluar negeri, saya sebenarnya sudah berhenti untuk pura pura tidak tahu apa apa, kalian itu sudah bagaikan sesuatu yang tak akan terpisahkan”
Aku menunduk, air mataku menetes melihat ketegarannya yang berbicara didepanku tanpa amarah sedikitpun yang dia tunjukkan.
“mbak masih ingat 3,5 tahun lalu saat saya pertama kali bertemu mbak di toko roti itu, aku sebenarnya telah tahu persis apa yang terjadi diantara kalian”

Tak ada yang keluar dari mulutku kecuali maaf
Maaf yang terucap pelan sekali, tapi tetap terdengar karena toko ini belum di jam operasionalnya. Jadi tak ada satupun orang yang memasuki toko ini kecuali kami berdua

“maaf, karena Rei harus menikahi saya waktu itu, karena saya yang bersikeras ditambah dorongan keluarga saya, maaf kalau dulu sudah merebut kebahagian mbak jani, saya juga menyesal karena kekerasan cinta saya dulu benar benar membuat kalian berdua terpisahkan, dan sekarang..”
Giliran dia yang terisak, menangis sesegukan, ini lah yang sebenarnya gambaran hati seorang isri yang tersakiti.

Aku memeluknya dengan tangis.
“ya sudahlah, aku rasa dosa ku mengganggu rumah tangga kalian berdua sudah cukup sampai kejadian tadi malam, aku benar benar minta maaf selama setahun ini jika kalian berdua benar benar sering bertengkar karenaku”
Sebuah tamparan mendarat dipipi kananku. Aku sontak terkejut tak percaya. Dia yang begitu menyesal tadi tiba tiba meluapkan apa yang mungkin ditahannya selama ini. Mukanya memerah,aku tak tahu dendam apa yang masih ada dalam hatinya.
“aku minta maaf mbak, aku rasa aku harus pergi dulu”

Secepatnya aku berlari menuju lobby dan meminta maaf ke sopir taksi yang telah lama menungguku. Taksi secepat mungkin membawaku ke bandara agar tak ketinggalan pesawat penerbangan ke inggris jam 7 pagi.

Berdiri diruang tunggu ini membuatku tenang sejenak.
Seperti 3 tahun lalu saat usiaku masih 25 tahun, aku rasa bandara adalah persinggahan sementara sebelum membawaku ke kilas kehidupanku yang lain. Memperhatikan banyak  orang dengan beragam kepentingan disini, mungkin mereka lagi mencoba peruntungan mereka ditempat baru, mengunjungi yang ditinggalkan, atau pergi untuk meninggalkan.

Sudahlah, anggap saja aku telah mencoba peruntunganku dengan kehidupan yang membuatku penasaran selama ini. Aku telah merasakan bagaimana menjadi orang pertama yang ada di hati Rei Setiawan. Sama mungkin yang dirasakan banyak wanita sebelum aku. Aku sadar dengan keberangkatan ini, aku telah membuang semuanya, satu tahun yang percuma, kisah yang tak berujung, dan aku juga sempat berpikir jika aku tak akan menemukan orang seperti dia lagi. Mungkin tak akan pernah.

Mark menjemputku di Liverpool John Lennon Airport, dia mengomel kenapa aku tak membawa perlengkapan musim dinginku padahal di inggris suhuudara minus 4 derajat celsius, cukup dingin untuk ukuran musim dingin disini. Tak ada yang bisa kulakukan hanya tertawa “I am well, I think its cool is never same as my cooling heart”
“are you crazy again?”dia mengalungkan shalnya keleherku cepat cepat sebelum aku berangkat ke tempat ayahku di manchester.

Demi menunggu dan menyambut kepulanganku Mark sengaja tidak masuk kerja hari itu, menunggu cerita yang langsung keluar dari mulutku, kita duduk di dekat perapian dengan menikmati kopi panas yang telah 3 gelas aku teguk karena saking lamanya mulutku bercerita. Dengan beragam ekspresi tentunya, kadang aku tertawa, biasa aja sampai menangis sesegukan seperti sekarang ini, seperti biasa yang dilakukan Mark adalah menghapus air mata itu. Hanya dia teman baikku saat ini.

Ayah belum pulang.
Aku bertanya ke pekerja di rumah, dan mengatakan ayah lagi ke amsterdam, mungkin 2 hari lagi pulang
Aku menelpon ayah memberitahukan aku sudah di rumahnya, dia malah memintaku ke amsterdam karena dia merindukanku.

Baiklah, lebih baik aku menunggu saja, kurasa dengan Mark disini aku tak akan kesepian malam ini. Dia bisa memasakkan sup kalkun yang lezat buatku. Itu sudah sangat cukup disamping kewajibanku mengirim beberapa surat pengunduran diriku ke universitas swasta tempatku berkeja dan tentunya mengirim email ke Rei.  Menulis itu membuat semua kenangan itu kembali seperti kupu kupu yang keluar untuk bermigrasi.
To be continued...







Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sistem Saraf Pada Ikan

Filosofi barang antik