Gue part 2

Huahaha, halo gue kembali lagi, sempat mati suri dari dunia tulis menulis, karena akhir akhir ini dunia gue dipenuhi dengan terarium dan clay clay an. Gunanya buat apa yan? Buat ngasilin pulus pulus yang banyak, mengasah kreatifitas (walaupun sebenarnya gue bukan orang yang kreatif sih), dan melatih kedisiplinan

Makasih banget sama rauf, yang udah jadi timer dan penyemangat gue untuk hal ini, huahahaha, dan terima kasih juga buat para petani kaktus dari cibeunying dan pak herman di lembang karena udah ngeladenin segala bentuk pertanyaan nggak bermutu dari gue, maklum pak, jam terbang dian untuk hal hal kayak ini masih kayak entok belajar terbang, terbang rendah sebentar lalu mendarat dengan gemetaran, seperti takut ketinggian.

Oh iya, makasih juga buat odoku untuk uang ditokopedia nya yang belum gue bayar alias masih ngutang untuk beli toples toples kaca dan untuk heni yang sudah menggas motor beatnya mati matian untuk membonceng anak gajah dari dago ke lembang, sedangkan anak gajah hanya bisa menarik nafas semoga tanjakan pendakian bukanlah akhir dari kita, nggak kebayang juga gue kalau motor beat itu bisa merosot turun nabrak kendaraan yang juga berusaha mendaki pendakian itu. bisa wassalam nyawa kita hen

Huahahaha

Ada ada saja

Oh iya, gimana gue part 1 nya, baca nggak? Hahaha, pede banget lu yan bakal ada penasaran untuk hidup lu yang tak berbobot, mending lu belajar stand up komedi sampai jadi profesor minimal bisa bikin orang ketawa sampai ngesot ngesot.

Gimana yan gimana?

Oh ok, gue akan bercerita tentang masa sd gue kali ini, masa yang menurut sebagian orang dewasa yang putus asa dengan hidupya ingin sekali balik kemasa ini, masa dimana lu bisa bercita cita sehebat mungkin, seenggak realistis mungkin dan waktu ditanya guru lu, lu masih bisa berdiri dengan dada membusung, mengucapkan mimpi itu dengan pasti.

Usia dan tubuh yang dewasa kadang membunuh mimpi mimpi kita, karena semua perencanaan harus ada dasar yang pasti, sehingga kita juga takut disangka gila saat seorang akuntan ingin jadi dokter, atau seorang sarjana teknik mesin langsung ingin jadi apoteker selesai lulusnya.

Ya begitulah,

Jadi bagaimana mimpi dan cita cita lu yan?

Masa awal sd gue, gue bermimpi untuk jadi seorang polisi wanita, karena gue rasa profesi itu seperti superhero dengan seragam yang rapi dan dengan wajah yang berwibawa, sangat salut sekali gue liat polisi wanita di sinetron sinetron masa kecil gue, sehingga cita cita itu ada di otak gue. Gue selalu menjawab dengan pasti jika ditanya cita cita oleh bu erna; guru kelas 1 dan 2 gue, “POLISI BU” ucap gue.

Tapi karena gue termasuk manusia yang suka ikut ikutan, gue juga pernah terjebak dengan paradigma anak teka kebanyakan waktu itu, sehingga waktu ditanyakan cita cita gue juga menjawab keinginan gue untuk jadi dokter.

Huahaha, nggak kebayang gue jadi dokter, ngehadapin orang operasi dengan darah darah yang banyak, waktu menstruasi pertama gue aja, gue ogah pipis di sekolah karena fobia darah. Anggap aja gue anak teka yang hanya mengikuti tren kekinian, dokter dianggap profesi dewa

Trus kenapa lu pengen jadi biologist yan? Jadi biotechnist atau semacamnya yang berhubungan dengan ilmu hayati?

Itu sebenarnya balik lagi ke masa sd gue yang dicecoki bapak tiri gue program bermutu dari sekeping dvd yang berisi national geographic, discovery atau sejenisnya, atau program bitv seusai  senja pukul 7 malam yang berisi tentang pencitptaan manusia dan makhlug hidup dari harun yahya, yang bikin gue terpesona setengah mati, dulu gue berpikir kayaknya kerja di alam liar itu mengasikkan, berpikir itu menyenangkan, dan menganalisa itu menakjubkan,  iya mungkin cita cita itu dari sana.
Pernah ditanya sama sepupu gue, “tipa cita cita pengen jadi apa?”

“dosen ipa”

Dia lalu meluruskan “fisika, kimia, matematika atau biologi”
karena gue nggak tau apa sebenarnya ilmu itu gue kembali nanya, menunggu penjelasan dari sepupu gue, akhirnya dengan pasti gue jawab

“dosen biologi”

Mungkin dari sana, tuhan memudahkan jalan untuk itu, padahal waktu SMA gue pengen jadi sejarawan atau ahli ekonomi, karena ketertarikan gue dengan guru sejarah dan ekonomi beserta buku bukunya dibandingkan guru biologi waktu itu.

Masuk biologi kenapa yan?

Karena gue kejebak di ipa dan nggak bisa masuk ips, mimpi mimpi gue sirna, gue memilih biologi untuk masa depan gue, sebelum guru agama gue menyarankan gue masuk teknik perkapalan its tentunya.

Kenapa lagi ini?

Ceritanya panjang, ini menyangkut cinta pertama gue yang mendarat di itb, gue mengubah cita cita gue untuk masuk fmipa itb walaupun ujung ujungnya terdapar di fmipa unpad dan berlokasi di jatinangor

Pernah ketemu cinta pertama lu nggak yan di jatinangor

Nggak pernah, lagian gue udah orang kayak antisosial sama sma gue, tapi dalam hati gue berharap bertemu dia, tapi ya sudahlah, dulu gue bercita cita bisa mengalahkan dia, bisa sekolah lebih tinggi di banding dia, biar dia ngelirik gue, ternyata belakangan tahun ini gue baru sadar hal itu ternyata nggak penting untuk diposisi wanita, yang penting wajah dulu weh yang diubah, yang lain mah entaran deh

Masih ingat kan yan dia nyuruh lu ngaca, karena menurut dia kejelekan lu super duper.

Hahaha, udah liat gue sekarang belum, udah berubah satu inci, masih jelek juga sih, tapi syukur alhamdulillah, ada laki laki yang bernama odo anak teknik itb yang jadi pacar gue selama 2 tahun lebih ini.

Masih bisa nggak dia nyuruh gue ngaca? Penasaran gue

Hahaha, gue kayaknya orang yang pendendam dengan masa lalu gue, emang suburuk apa sih?
Gue iri dengan anak anak yang panjang rambutnya melebihi sebahu, baik ikal maupun lurus yang disisir rapi oleh emaknya ke sekolah maupun di kucil kuda, kucir dua atau dibikin kayak artis artis cilik yang lagi in waktu itu, kucir dua itu dikucir lagi kayak bikin struktur organisasi yang banyak cabang , lebih tepatnya kayak ikatan belut kering di kedai kedai makan padang,  menggelikan emang, tapi tetap aja gue iri karena rambut gue dipotong cepak layaknya anak laki laki dengan potongan panjang sedikit, ditambah yang paling menyebalkan rambut semi kribo gue susah diatur keluar keluar tidak mengikuti alur saat pemotongannya, kayak lekukan di ujung bulu ekor bebek.
Nah, ditambah gigi gue yang maju waktu itu, gigi yang tumbuh besar melebihi teman teman wanita gue, sungguh membuat kacau penampilan gue, kalau senyum rasanya juga malu kalau difoto karena rentetan gigi depan ingin unjuk gigi paling depan melebihi kapasitas bibir gue, bikin rusak tampang, kalau nutup bibir dan senyum juga susah tanpa unjuk gigi, kebayangkan orang monyong menahan topangan dari gigi gigi yang mau keluar juga ujung ujung nya bikin senyum nya tak bisa menutupi kerusakan wajahnya, gue benar benar bingung kalau ada acara foto foto.

Ini bonus dari bapak gue, muka yang dekil, warna sawo yang kelewatan matang sehingga benar benar kecoklatan hampir menghitam, tak ada gunanya ditaburi bedak baby tiap pagi oleh tante gue tetap saja muka gue hanya bertahan putih maksimal 2 jam selebih itu hitam mengkilat kayak pantat panci, kayak anak layangan emang, ditambah faktor lingkungan yang membuat gue aktif disiang hari berlarian sana sini, sepedaan sampai jungkir balik di bawah sinar matahari, ataupun sekedar berkecimpung di kolam pemandian desa yang airnya benar benar bisa bikin keterik an matahari tak berbanding lurus dengan suhu tubuh, masuk ke kolam itu menyegarkan sekali tapi pulang pulangnya muka gue gosong.

Udah ngebolangnya yan?

Udah udah, anggap aja masa itu masa terindah gue diwaktu sd, kelas 1 sampai awal kelas 5, yang menyebalkannya ada sih, gue harus menghadapi kayak ratu kelas gue yang gue panggil pipah dengan segala ketabahan dan kesabaran, kalau gue dicubit gue diam aja, kalau rol gue diambil gue ikhlasi aja, kalau dia gunjingin gue agar teman teman gue nggak berteman sama gue maka gue iyain aja, super tabah kan, kalau sekarang ada yang kayak gitu sama gue kalau cowok maka gue suruh temuin di monumen buat gue hajar, kalau cewek bakal gue botakin dan gue telanjangi dan gue lempar ke jalan raya, biar malu, sebegitu sadisnya gue sekarang, dengan badan gue yang bongsor dan tenaga hulk yang gue miliki, banyak orang orang yang menakuti gue

Haha, yang kenal banget sama gue pasti tau gue sebrutal apa saat ini

Kenapa sih yan lu nggak selembut “latief” seperti nama lu?

Berawal dunia yang semakin kejam untuk segala macam aksi pembully-an, makanya gue sangat benci yang namanya bully membully sampai sekarang, gue nggak segan segan memarahi anak sd yang gue temui di jalan kalau kedapatan membully temannya yang dengan tampang lugu tak bedosa, gue nggak bakal biarin satu manusia pun yang kue kenal tersudutkan dengan pelecehan karakter yang teman teman dia lakuin, karena itu menyakitkan bo’, sumpah itu menyakitkan

Bagi yang baca ini ngerasa dia disindir sindir semoga cepat bertobat, dan semoga pembaca yang masih merasa dirinya suka dibully semoga berkarakter lebih keras lagi, hancurkan lawanmu dengan cara yang mengena, ini bukan gue nyuruh kalian buat ngehajar ya, tapi ikuti cara gue nanti di akhir cerita ini

Dulu mungkin awal september, awal semester baru kelas 4, laksananya perang antara mak dan tante gue dikelarin dengan jalur paksa, mak akhirnya menikah dengan duda beranak lima, walaupun tante gue yang masih perawan tua tidak pernah sekalipun merestui pernikahan itu, tak pernah karena menurutnya punya bapak tiri itu sungguh sesuatu yang menakutkan bisa membuat hidup gue dan adik gue semakin buruk, ditambah embel embel perselingkuhan antara mereka berdua yang diprovokasikan tante gue ke gue ke adek gue, bayangkan coy, anak kelas 4 dan kelas 1 sd sudah melewati problema semacam itu, mungkin nggak pernah terjadi sama anak anak yang masa kecilnya terlalu dimanja orang tua, yang hanya merengek rengek karena masalahnya nggak bisa dia selesaikan, yang kerjanya cuman nangis nangis minta dibelikan mainan terbaru, dan keluarga itu berlindung di rumah mewah nan damai

Perselingkuhan? Pernikahan lagi? tanggapan orang orang tentang anak tiri? memulai hidup baru lagi?

Hidup gue sudah terhuyun huyun atas asuhan tante gue, kita makan seadanya kadang kadang, pakai shampo dengan sabun batang yang bikin kepala rambut kepala gue luar biasa kasarnya, tante gue berprofesi sebagai guru teka dengan gaji seadaanya, dan pulang teka dia akan menjahit untuk memenuhi kebutuhan 2 orang anak adiknya yang diasuhnya, biasanya gaji dari upah menjahit akan dia bayarkan untuk ongkos angkutan umum untuk ke pasar bukittinggi, hiburan untuk kita minimal sekali sebulan, rasanya menakjubkan sekali masih bisa kepasar, liat dunia luar yang dipenuhi bangunan tak seperti kampung kami yang masih penuh tumbuhan berkayu tinggi tinggi, dia membimbing kami berdua melewati jalanan pasar paling yang dibelinya tak banyak hanya benang benang untuk dia menjahit, itu saja, jangan berimajinasi jika gue benar benar bisa mendapatkan apa yang gue mau, kadang gue berdua sudah puas dengan hanya melihat mainan saja tanpa membeli di toko mainan, tak ada istilah merengek, karena semua mainan yang ada di rumah kami itu semuanya 
atas pemberian mak gue.

Sedangkan mak pada masa itu sering nggak pulang, kalau pun pulang mak memilih tidur di nenek gue, untuk menghindari perang meletus lagi dan lagi.

Gue bosan dengan pintu yang didobrak oleh mak gue dan sekutu, bosan dengan pecahan beling disana sini, bosan dengan semua sumpah serapah untuk mempertahankan argumen, bosan dengan segala keributan yang bikin serumah mampu menghadirkan tetangga, bosan dengan pandangan orang orang dan satu lagi gue bosan dengan yang namanya topik pernikahan mak gue, akan hadirnya bapak baru yang kejam dan hidup gue yang nggak selamat.

Puncaknya gue dijemput paksa oleh pipah dan gue diasingkan dirumahnya, pipah saat itu lambat laun benar benar jadi teman gue, dia berubah seriring kami semakin dewasa, dan di ujung pengasingan itu maktuo gue menjeput bersama dengan nenek gue membawa banyak makanan dan gue dengan manutnya diajak ke rumah kontrakan baru, ditempat kehidupan gue yang baru.

Sebenarnya ada yang hilang, dulu gue selalu pulang dirumah lama, bertemu tante gue waktu siang, mencuri waktu untuk tidak pergi mengaji, main main sampai senja hari. Sekarang suasana nya berbeda

Rumah kontrakan itu bisa bikin gue lupa pulang, mak gue yang baik hati, dan ternyata bapak tiri tidak seburuk yang orang orang pikirkan benar benar bikin gue betah lama lama disana, hanya sedikit jiwa pemberontak gue keluar dan akan ditenangkan sama bapak tiri gue masa itu, gue masih bersekolah di sd kampung gue tanpa sedikitpun keinginan untuk balik ke tante gue, ya anggap aja anak kecil kadang mudah sekali di perdaya dengan hal hal yang membuat mereka nyaman

Keponakan durhaka

Waktu berjalan, dan sepertinya beberapa kejadian mengikhlaskan tante gue berdamai dengan keponakan keponakannya yang diambil paksa darinya, gue tau dia kesepian dari malam ke malam, tak adalagi cerita musafir dan fatamorgananya, bentakannya saat hitung hitungan gue meleset, atau sisirannya dirambut gue yang tipis.

Dia sendirian, dan gue baru tau tak jarang dia memanggil anak murid nya untuk tidur dengannya, gue tau itu, di rumah sendirian dengan umurnya yang sudah berkepala 3, tak menikah, dan emosinya yang selangit yang membuat orang orang berpikir dia gila.

Iya, kadang dia sendiri terasing kan oleh saudara saudaranya yang memusuhinya, teman temannya hanya itu itu saja, kalau nggak janda ya perawan tua, kayaknya mereka itu satu pemikiran sehingga mereka nyambung bergosip bersama, ironis memang.

Tak lama gue dan keluarga baru pindah ke kota kecil di pulau sumatera bernama bukittinggi, menurut orang udik kayak gue ke bukittinggi itu adalah kota penuh hingar bingar, tempat gaul anak muda, dan penduduknya berjiwa kekotaan. Benar memang, dengan luas tak lebih dari 40 km2 saja kota ini menunjukan ke gue jika hidup itu keras, anak kampung mah tau apa, diskriminasi beruntun terjadi, dari sini segala bentuk bully datang.

“kok dian jelek sih, bukannya mak sama bapaknya yang datang dulu cantik dan ganteng ya, anak dapat kali”

Anak kelas lima sd ngomong itu di depan gue, namanya tio

Disambut riuh riuh temannya, ikutan membully gue “anak angkat anak angkat”

Gue malu, gue hanya diam, menurut gue mengakui sebagai anak tiri waktu itu lebih memalukan dari pada mematahkan pendapat mereka soal anak angkat. Hahaha, racun tante gue tentang buruknya anak tiri udah gue telan mentah mentah.

Gue membela diri dengan logat kampungan dikira manusia planet maka semakin meledak lah tawa mereka dan nganggap gue manusia planet

‘manusia planet’ adalah salah satu julukan gue selain ‘lipeh, latipeh, najis dan hal hal menjijikan lainnya.

Kayaknya kelas tanpa gue kehilangan nyawanya, kehilangan dosa dosanya. Hiburan kan?

Sekarang gue tanya, beberapa orang di dunia ini yang masih menganggap bully itu hiburan maka kalian tak lebih dari manusia berotak manusia purba dengan jalan membungkuk, alias manusia kera yang dengan volume otak minimalis, karena ketawa kalian tak berdasar, tak ada bedanya dengan otak kera yang digunakan digunakan hanya buat makan dalam kasus ini buat ketawa tapi tak mau tau bagaimana perasaan orang yang kalian tertawakan.

Kalau lu merasa tak terima dengan manusia kera yang gue alamatkan ke sifat lu bisa temui gue di monumen, panggil pasukan lu

Tapi sayangnya, dian dulu nggak sekuat sekarang dalam menghadapi segala macam bully-an, dian menganggap manusia manusia yang membully dia sebagai dewa yang pantang dibantah, sungguh menyedihkan emang, kadang gue bertanya ke mak gue kenapa ada manusia sejelek gue, mak hanya diam dan sedih menunduk tanpa berusaha jika kutukan jelek ini akan hilang dari anaknya, dia hanya bilang guemusti pd tapi gue nggak nemuin alasan gue buat pd, nggak nemuin alasan kenapa gue lebih baik dari tampang tampang mereka, dan gue tetap dilingkaran setan.
Rok lu di buka dan lu ditarik sana sini oleh kumpulan cewek cewek yang layaknya tergabung dalam kelompok yakuza, lu di rendahin , lu ditertawakan, kepala lu ditowel, lu kayak sampah yang siap diinjak, dan lu hanya pulang dengan tangisan, memohon ke mak lu buat memperingati mereka dan berhasil mak lu sudah bolak balik ke sekolah tapi tak pernah mengubah sifat mereka satu persatu.

Itu gue dan seburuk buruknya masa lalu gue.

Tambahannya gue pernah mau dibunuh waktu berenang di novotel, ditahan kepala gue didalam air lama lama oleh sekelompok cewek cewek yakuza itu. gue seperti kehilangan nafas, tapi didetik detik nyawa gue mau hilang dia melepaskan kepala gue yang dia tekan ke bawah air, gue selamat buat balas dendam ke kalian satu satu, huahaha

Maka sekarang jangan tanyakan ke gue, kenapa gue benci wanita dengan lagak manja manja ke para lelaki untuk menjual dirinya padahal dibelakangnya sifatnya sangatlah tidak terpuji, manjajah sesama teman wanitanya atau suka berkelit dan mencurangi ini itu.

Itu wanita kalau cari masalah ke gue saat ini bakal gue lempar ke jalan raya, gue benci kemunafikan di polesan lipsik dan mulut manismu itu, dan gue juga sangat memandang rendah setiap lelaki yang terjebak, mereka terlalu standar menurut gue. Maksudnya logika dari otaknya.

Nggak terima? Temui gue di monumen.

SD, diantara guru guru yang luar biasa yang bisa melabungkan pede gue tentang kemampuan otak gue, selebihnya gue berendah diri, sangat menyakitkan emang, saat panggilan lu berubah, jadi orang miskin, orang kampung, manusia planet, manusia najis, yang bahkan lebih parah dari anjing, gue pernah diludahi teman sekelas gue yang cowok setiap dia bertemu gue, gue masih ingat wajahnya, gue sampai sekarang gue kepo masa depannya, tapi gue percaya tuhan, gue sangat percaya, dalam kondisi sekarang gue diberikan kedudukan lebih baik dibanding dia, terimakasih tuhan atas tulisan mu atas hidup hamba sehingga mampu memperoleh pendidikan yang lebih tinggi dari pada dia, orang orang baik disekitar hamba, tentang dunia yang hamba liat lebih luas. Cara menghancurkan musuhmu yang paling efektif itu muncul dengan segala perubahan, biarkan dia sendiri yang merobek dirinya, tak perlu turun tangan, biar dia telanjangi kebodohannya yang membabi buta dulu, biarkan dia menghardik dirinya, lalu biarkan dia tenggelam dengan kenistaanya.

Trus masalah monumen dan lu lempar ketengah jalan?
Gue agak psiko akhir akhir ini dan jangan lu tiru.

Ada yang nanya, yan gue di sd udah cinta cintaan, udah cium ciuman, udah suka sukaan, gimana yan?
Lu lebih beruntung dari pada gue, gue nggak ngerti apa itu cinta waktu sd, ada sih yang dibully bareng gue dulu anak baru kelas 6 namanya adit, anak kepala bank yang nasip lebih beruntung dari pada gue, tak perlu di bully karena kegantengannya. Kalau di bully pun pasti bapaknya mampu ngerahin preman untuk membasmi anak anak ingusan itu.

Tapi?

Ya seperti biasa, kalau dibully gue juga diam, walaupun dia bilang secara implisit “dian itu nggak pantas sama gue, plis dong ah”
Dan inti dari semua bacotan gue ini adalah bisakah kalian bersyukur dengan melihat kebawah, melihat ke sisi yang paling buruk, makanya kalau hidup lu udah berkecukupan dengan teman segeng lu yang mendewikan atau mendewakan lu maka seharusnya lu syukuri, jangan banyak mengeluh ini itu, jangan ganggu kebahagian orang lain, jangan haus kasih sayang sampai lu musti bertingkah kayak anak kecil dengan raga orang dewasa minta dikasihani, minta dimanja sama siapa saja, pengen di jadikan adek adekan para cowok cowok tolong lah bertobat ya nak, hidup lu nggak bakal menemukan titik puas untuk sifat yang kayak gitu, lama lama orang muak tau nggak

“yan, kenapa ya katanya kan indah itu baik cantik dan manja tapi putus juga kok” tami menanyakan ini dimalam malam untuk mengsirnakan kegalauan hatinya

Jawabannya kayak yang diatas gue sebutkan tam, lama lama itu jadi muakan, kapan sih selalu jadi anak kecil, emang sih sebagian cowok menganggap sifat manja itu paling lovable banget pada seorang cewek tapi lama lama itu akan membosankan tam, makanya jadilah diri sendiri, hiduplah sebagai manusia dengan kebaikan dan dosa dosa yang tak pernah malu untuk diungkapkan, bukan malaikat berhati setan, atau setan berhati malaikat hanya untuk pencitraan. Itu menurut gue tam

Pada akhirnya, begitulah masa sd gue yang menakjubkan









Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sistem Saraf Pada Ikan

Filosofi barang antik