PENGARUH CAHAYA TERHADAP PERTUMBUHAN TUMBUHAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Jumlah air didalam tanaman berkisar antara
80-90 persen dari berat kering tanaman. Persentase ini akan menjadi lebih besar
lagi pada bagian-bagian tanaman yang sedang aktif tumbuh.(Williams dan Joseph,
1973 dalam Harwati, 2007). Air sangat dibutuhkan pada tanaman karena merupakan bahan penyusun utama dari pada protoplasma
sel. Di samping itu, air adalah komponen utama dalam proses fotosintesis,
pengangkutan assimilasi
hasil proses ini kebagian -
bagian tanaman hanya dimungkinkan melalui gerakan air dalam tanaman. Dengan
peranan tersebut di atas, jumlah pemakaian air oleh tanaman akan berkorelasi posistif
dengan produksi biomase tanaman, hanya sebagian kecil dari air yang diserap
akan menguap melalui stomata atau melalui proses transpirasi (Dwidjoseputro,
1984 dalam Harwati, 2007).
Pada tanaman, air
diserap oleh akar. Penyerapan air (water absorbtion) oleh akar
ini sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan yaitu air yang tersedia dalam
tanah, temperature tanah, aerasi tanah dan konsentrasi larutan tanah. Air yang bisa diserap oleh akar disebut juga sebagai
air kapiler yaitu air terdapat
di pori mikro tanah, melapisi butiran tanah, diikat longgar oleh partikel tanah dan dapat dilepaskan oleh perakaran. Sedangkan jenis air lainya yait
air gravitasi dan air higroskopis tidak dapat diserap oleh sistem perakaran.
Kebutuhan air pada tanaman didefinisikan sebagai jumlah air
yang dibutuhkan oleh tanaman pada suatu periode untuk dapat tumbuh dan produksi
secara normal. Kebutuhan setiap tumbuhan terhadap air berbeda beda tergantung pada bentuk,
jenis, umur, media tanam, kondisi lingkungan sekitar tanaman dan musim sehingga
setiap tumbuhan memiliki batas kadar air tertentu untuk pertumbuhanya . Apabila
kadar air dalam tumbuhan terlalu banyak (menimbulkan genangan) sering
menimbulkan cekaman aerasi dan jika jumlahnya terlalu sedikit, sering menimbulkan
cekaman kekeringan
1.2. Identifikasi Masalah
1. Jumlah air didalam tumbuhan
2. Sifat-sifat air yang bermamfaat untuk tumbuhan
3. jenis jenis air pada media tumbuh tumbuhan
4. Pengangkutan air pada tumbuhan
5. Peranan kadar air terhadap pertumbuhan tumbuhan
1.3
Maksud Dan Tujuan
Maksud dari pembuatan makalah adalah
untuk mengetahui peranan
cahaya terhadap pertumbuhan
tanaman dan
tujuannya adalah mengetahui pengaruh intensitas cahaya terhadap pertumbuhan tanaman.
1.4. Metodologi Penelitian
Metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi literatur
yang diambil dari jurnal dan internet.
BAB II
ISI
2.1 Cahaya
Cahaya adalah energi berbentuk gelombang elekromagnetik yang kasat mata dengan
panjang gelombang sekitar 380–750 nm. Cahaya menurut Newton (1642 - 1727) terdiri
dari partikel-partikel ringan berukuran sangat kecil yang dipancarkan
oleh sumbernya ke segala arah dengan kecepatan yang sangat tinggi. Sementara menurut Huygens (
1629 - 1695), cahaya adalah gelombang seperti halnya
bunyi. Perbedaan antara keduanya hanya pada frekuensi dan panjang gelombangnya
saja (Nurholilah, 2012).
Cahaya merupakan faktor lingkungan yang sangat penting
sebagai sumber energi utama bagi ekosistem. Bagi tumbuhan khususnya yang
berklorofil cahaya matahari sangat berperan dalam proses fotosintesis.
Fotosintesis adalah proses dasar pada tumbuhan untuk menghasilkan makanan. Makanan
yang dihasilkan akan menentukan ketersediaan energi untuk pertumbuhan dan
perkembangan tumbuhan (Nurholilah, 2012).
Secara
fisika, radiasi matahari merupakan gelombang- gelombang elektromagnetik dengan
berbagai panjang gelombang. Tidak semua gelombang- gelombang tadi dapat
menembus lapisan atas atmosfer untuk mencapai permukaan bumi. Umumnya kualitas
cahaya tidak memperlihatkan perbedaan yang mencolok antara satu tempat dengan
tempat lainnya, sehingga tidak selalu merupakan faktor ekologi yang penting (Fauzi,
2011).
Umumnya
tumbuhan teradaptasi untuk mengelola cahaya dengan panjang gelombang antara
0,39 – 7,6 mikron. Klorofil yang berwarna hijau mengasorpsi cahaya merah dan
biru, dengan demikian panjang gelombang itulah yang merupakan bagian dari
spectrum cahaya yang sangat bermanfaat bagi fotosintesis (Fauzi, 2011).
Tidak
semua energi cahaya matahari dapat diabsorpsi oleh tanaman. Hanya cahaya tampak
saja yang dapat berpengaruh pada tanaman dalam kegiatan fotosintesisnya. Cahaya
itu disebut dengan PAR (Photosynthetic
Activity Radiation) dan mempunyai panjang gelombang 400 mili mikron sampai
750 mili micron. Tanaman juga memberikan respon yang berbeda
terhadap tingkatan pengaruh cahaya yang dibagi menjadi tiga yaitu,
intensitas cahaya, kualitas cahaya, dan lamanya penyinaran (Jumin 2008 dalam Narendra, 2012).
2.2 Sifat - Sifat Cahaya Yang Bisa Dimanfaatkan Tanaman
a. Dapat Menembus Zona Bening (Air)
Sifat
cahaya ini dapat dimamfaatkan oleh tumbuhan air untuk berfotosintesis di dalam
air. Tanpa cahaya, tumbuhan air tidak dapat melakukan fotosintesis. Akibatnya,
tumbuhan air tidak dapat hidup di air keruh dan tidak dapat menyediakan makanan
bagi makhluk hidup lain.
b. Sifat Paparan Cahaya
Matahari Yang Berbanding Lurus Terhadap Luas Permukaan
Sifat cahaya ini menyebabkan terjadinya
kompetitor pada zona ekologi(strata) tumbuhan yang akan berpengaruh pada
keadaan fisiologis tanaman. Menurut Vojtech et
al (2007) menyatakan bahwa pertumbuhan yang lebih cepat dan ukuran tubuh
yang lebih besar memberikan keuntungan pada peningkatan penengkapan cahaya dari
competitor yang lebih kecil (Schwinning & Weiner, 1998). Akibatnya,
kompetisi di atas tanah dapat menyebabkan kompetisi pengecualian terhadap
tanaman yang lebih kecil atau lambat tumbuh dan mempunyai peran sebagai penentu
struktur komunitas .
2.3 Jenis Cahaya Yang
Berada Di Media Tumbuh Tumbuhan
1. Cahaya
Matahari
Cahaya matahari
mempengaruhi ekosistem secara global karena matahari menentukan suhu. Cahaya
matahari juga merupakan unsur vital yang dibutuhkan oleh tumbuhan sebagai
produsen untuk berfotosintesis. cahaya optimal bagi tumbuhan kebutuhan minimum
cahaya untuk proses pertumbuhan terpenuhi bila cahaya melebihi titik
kompensasinya (Wirakusumah, 2003). Menurut Prawesthi pada tahun 2012, cahaya yang ada pada sinar
matahari merupakan cahaya tampak yang bisa digunakan fotosintesis pada tumbuhan
dengan baik yang mana yang mana merupakan cahaya yang paling penting bagi
tanaman karena kaya akan energi dan tak merusak.
2. Cahaya
Lampu
Lampu merupakan salah satu sumber cahaya yang
memiliki panjang gelombang tertentu dengan jenis cahaya yang dihasilkanya.
Namun, tanaman yang hanya diberi Cahaya Lampu memiliki banyak perbedaan jika
dibandingkan dengan tanaman yang terkena cahaya matahari yaitu,dari segi
panjang gelombang maupun spectrum cahaya yang dipancarkanya (Prawesthi, 2012).
3. Manipulasi
Cahaya
Menurut Fides (1992) penambahan cahaya buatan
untuk menciptakan kondisi hari panjang di daerah katulistiwa sekitar 3-4 jam
dengan intensitas cahaya dengan kisaran 32-108 lux. Pemberian cahaya buatan
paling baik ialah antara pukul 22.00 sampai dengan 02.00 dini hari (Van Sluis,
1952). Manipulasi panjang hari dapat dilakukan dengan menggunakan cahaya dari
sumber lampu pijar maupun lampu tabung (Sack dan Kofranek, 1963).
2.4 Kemampuan Tanaman Menerima Cahaya
Berdasarkan ekologi
terhadap kemampuan penerimaan cahaya, Lukitasari (2010) menyatakan bahwa secara
garis besar tanaman dapat dibedakan menjadi dua tipe, yaitu:
1.
Heliofit
Tanaman yang tumbuh baik jika terkena cahaya
matahari penuh. Tanaman – tanaman golongan ini sudah tentu tidak akan tumbuh
baik bila ternaung oleh tanaman lain. Tanaman padi, jagung, tebu, ubi kayu, dan
sebagian besar tanaman pertanian termasuk kelompok ini.
2.
Skiofit
Tanaman yang tumbuh baik pada
intensitas cahaya yang rendah. Contohnya
tanaman kopi yang tumbuh baik pada intensitas sekitar 30 -50 persen dari
radiasi penuh. Tanaman coklat tumbuh baik pada intensitas sekitar 20 persen
dari radiasi penuh. Dengan demikian kedua jenis tanamanini membutuhkan naungan
untuk tanaman tersebut. Salah satu yang membedakan tumbuhan heliofita
dengan siofita adalah tumbuhan heliofita memiliki kemampuan tinggi dalam
membentuk klorofil. Tanaman yang kurang mendapatkan cahaya matahari akan
mempunyai akar yang pendek. Cahaya matahari penuh menghasilkan akar
lebih panjang dan lebih bercabang. Untuk mengukur intensitas cahaya, dapat
menggunakan alat pengukur cahaya atau lightmeter
2.5 Peranan Cahaya Terhadap Tumbuhan
Menurut
Fauzi (2012), cahaya memiliki peranan dalam pertumbuhan tanaman, yaitu :
a) Fotoperiodisme
Lama penyinaran
relatif antara siang dan malam dalam 24 jam akan mempengaruhi fisiologis dari
tumbuhan. Fotoperiodisme adalah respon dari suatu organisme terhadap lamanya
penyinaran sinar matahari. Contoh dari fotoperiodisme adalah perbungaan,
jatuhnya daun, dan dormansi.
Di daerah sepanjang
khatulistiwa lamanya siang hari atau fotoperiodisme akan konstan sepanjang
tahun, sekitar 12 jam. Di daerah temperate atau bermusim panjang hari lebih
dari 12 jam pada musim panas, tetapi akan kurang dari 12 jam pada musim dingin.
Berdasarkan respon
tanaman terhadap fotoperiodemembagi tanaman atas tiga golongan yaitu:
1. Tanaman Berhari Pendek
Tanaman berhari
pendek ialah tanaman yang hanya dapat berbunga bila panjang hari kurang dari
nilai kritis (panjang hari maksimum). Panjang hari maksimum berkisar antara 12
jam sampai 14 jam.
Tanaman yang berhari
pendek akan mengalami pertumbuhan vegetative terus menerus apabila panjang hari
melewati nilai kritis, dah akan berbunga di hari pendek di akhir musim panas
dan musim gugur. Tetapi tanaman berhari pendek tidak berbunga di hari pendek di
awal musim semi, dan akan berbunga di hari pendek pada akhir musim panas. Hal
ini disebabkan karena suhu tidak cukup hangat untuk melanjutkan pertumbuhan ke
fase reproduktif. Disamping itu pertumbuhannya vegetative yang tersedia pada
saat itu belum mencukupi untuk mengantarkan tanaman kepembungaan, disamping
benyak system (hormone, enzim dan lain-lain) juga belum siap.
Tanaman yang tidak
peka terhadap fotoperiode yang tergolong berhari pendek, biasanya mempunyai
sifat fisiologis yang menonjol daripada sifat yang ditimbulkan oleh pengaruh
ligkungan. Misalnya pembungaan dan pembuahan akan lebih dipengaruhi oleh
ketersediaan asimilat dan sistem hormone dalam tubuhnya. Tanaman yang peka
terhadap fotoperiode, pembungaan dan pembentukan buahnya sangat ditentukan oleh
panjangnya hari sebesar 15 menit saja sudah berarti bagi terbentuknya bunga.
2. Tanaman
Berhari Panjang
Tanaman berhari
panjang adalah tanaman yang menunjukkan respon berbunga lebih cepat bila
panjang hari lebih panjang dari panjang hari minimum (kritis) tertentu, atau
disebut pula tanaman bermalam pendek yakni Tumbuhan yang memerlukan lamanya
siang hari lebih dari 12 jam untuk terjadinya proses perbungaan, seperti
gandum, bayam, dll.
Tanaman berhari
panjang yang berasal dari zone sedang (temperate) akan berbunga dalam bulan mei
dan juli apabila panjang siang selama 15 jam. Sebagai contoh tanaman berhari
panjang adalah spinasi (Spinacia oleracea L) Barley (Hordeum spp), Rey (Secale
cereale), Bit gula (Beta vulgaris),
Alfalfa dan lain-lain. Tarwe winter (Triticum
aestivum) yang tergolong tanaman
berhari panjang menghendaki lama penyinaran lebih dari 14 jam sehari dan untuk
berkecambah memerlukan suhu rendah. Sedangkan pertumbuhan selanjutnya sampai
berbunga dan berbuah menghendaki suhu yang lebih tinggi dan hari-hari panjang.
Bila syarat-syarat yang dikehendakinya tidak terpenuhi, maka tarwe winter tidak
dapat menghasilkan bunga dan buah
Kombinasi suhu dan
panjang hari yang mengontrol pertumbuhan vegetatif dan generatif pada beberapa
jenis tanaman hari panjang sebenarnya dapat diciptakan dengan
perlakuan-perlakuan terhadap tanaman. Misalnya penyinaran singkat di malam hari
untuk memperpendek periode gelap. Percobaan-percobaan seperti ini dapat
mempengaruhi perbungaan, khususnya pada tanaman yang menghendaki panjang siang
lebih dari 15 jam.
Perlakuan vernalisasi
pada biji tarwe winter akan berkecambah akan menyebabkan proses yang
menginduksi kecambah ke arah pertumbuhan menuju pembentukan primordia bunga.
Karena biji tarwe winter pada saat berkecambah juga memerlukan fase gelap yang
lebih panjang (hari pendek), maka selain vernalisasi, untuk mengantarkan
tanaman ini ketahap pembungaan juga diperlukan perlakuan gelap buatan.
Sedangkan hari panjang dan suhu tinggi yang diharapkan untuk pertumbuhan
vegetatif dapat dibuat dengan penyinaran singkat pada malam hari dengan lampu
listrik yang berkapasitas 50 watt setiap meter bujur sangkar selama lebih kurang
5 jam.
3. Tanaman Berhari Netral
Tanaman
berhari netral (intermediate) adalah tanaman yang berbunga tidak dipengaruhi
oleh panjang hari. Tanaman intermediate dalam zona sedang bisa berbunga dalam
beberapa bulan. Tetapi tanaman yang tumbuh di daerah tropik yang mengalami 12
jam siang dan 12 jam malam dapat berbunga terus menerus sepanjang tahun. Oleh
karena itu tanaman yang tumbuh di daerah tropik pada umumnya adalah tanaman
intermediate. Yang tergolong tanaman intermediate adalah kapas (Gossypium hirsutum), tembakau (Nicotiana
tobaccum), bunga matahari (Helianthus annus), tomat dan lain sebagainya.
Tanaman
intermediate memerlukan pertumbuhan vegetatif tertentu sebagai tahap untuk
menuju tahap pembungaan tanpa dipengaruhi oleh fotoperiode. Apabila beberapa
tumbuhan terpaksa harus hidup di kondisi fotoperiodisme yang tidak optimal,
maka pertumbuhannya akan bergeser ke pertumbuhan vegetatif. Di daerah
khatulistiwa, tingkah laku tumbuhan sehubungan dengan fotoperiodisme ini
tidaklah menunjukkan adanya pengaruh yang mencolok. Tumbuhan akan tetap aktif dan
berbunga sepanjang tahun asalkan faktor- faktor lainnya dalam hal ini suhu,
air, dan nutrisi tidak merupakan faktor pembatas (Syamsuri, 2007).
b. Fotoenergetik
Fotoenergetic
adalah pertumbuhan yang dipengaruhi oleh banyaknya energy yang diserap dari
sinar matahari oleh bagian tanaman. Intensitas cahaya yang tinggi di daerah
tropis tidak seluruhnya dapat digunakan oleh tanaman. Energi cahaya matahari
yang digunakan oleh tanaman dalam proses fotosintesis berkisar antar 0,5 – 2,0
% dari jumlah total energi yang tersedia. Sehingga hasil fotosintesis berkurang
apabila intensitas cahaya kurang dari batas optimum yang dibutuhkan oleh
tanaman, Setiap daun pada tumbuhan harus
memproduksi energy yang cukup besar sehingga dapat dimanfaatkan setelah
dikurangi energy untuk respirasi. Jika tumbuhan kekurangan cahaya dalam waktu
panjang, maka lambat laun akan mati. Proporsi cahaya yang dibutuhkan untuk
menyeimbangkan hasil fotosintesis dan kebutuhan respirasi disebut titik
kompensasi cahaya.
c. Fotodestruktif
Fotodestruktif adalah tingginya
intensitas cahaya yang mengakibatkan fotosintesis semakin tidak bertambah lagi
dikarenakan tanaman mengalami batas titik jenuh cahaya sehingga bukan menjadi
sumber energy tetapi sebagai perusak.
Proses fotosintesis, cahaya
berpengaruh melalui intensitas, kualitas dan lamanya penyinaran, tetapi yang
terpenting adalah intensitasnya.Sehubungan dengan laju fotosintesis, intensitas
cahaya yang semakintinggi (naik) mengakibatkan lalu fotosintesis semakin tidak
bertambahlagi walaupun intensitas cahaya terus bertambah. Batas ini disebut
titik saturasi cahaya atau titik jenuh cahaya (light saturation point). Pada keadaan ini cahaya bukan
sebagai sumber energi maupun sebagai bentuk perusak.
Intensitas cahaya yang tinggi
mengakibatkan temperatur daun meningkat,sebagai akibat menutupnya stomata,
sehingga sebagaian klorofil menjadi pecah dan rusak (fotodestruktif). Sedangkan pada intensitas cahaya yangsemakin
menurun sampai batas tertentu jumlah O2 yang dikeluarkan oleh proses
fotosintesis sama dengan jumlah O2 yang diperlukan oleh prosesrespirasi. Batas
ini disebut titik kompensasi cahaya (light compensation point).
d. Fotomorfogenesis
Efek
lain dari cahaya diluar fotosintetis adalah mengendalikan wujud tanaman, yaitu
perkembangan struktur atau morfogenesisnya. Morfogenesis yaitu perkembangan bentuk yang ditentukan secara genetik dan mengalami modifikasi karena faktor lingkungan. Faktor faktor yang mempengaruhi perkembangan
akan menentukan morfologi akhir tanaman (Sallisbury dan Ross, 1995). Pengendalian
morfogenesis oleh cahaya disebut fotomorfogenesis. Agar cahaya mampu
mengendalikan perkembangan pertumbuhan maka tumbuhan harus menyerap cahaya. Empat
penerima cahaya dalam tumbuhan adalah fitokrom, kriptokrom, penerima cahaya
UV-B, protoklorofilida.
1. Fitokrom
Fitokrom adalah khromoprotein yang
mengandung khromofor dan apoprotein.
khromofor dan proteinnya mengalami perpindahan formasà dalam bentuk Pr
dan Pfr (Hopkins.
1995) . Diketahui
fitokrom paling kuat menyerap
cahaya merah dan merah jauh (Salisbury dan Ross, I995).
2. Kriptokrom
Kelompok sejumlah pigmen yang serupa dan belum begitu dikenal menyerap cahaya biru dan panjang geIombang ultraviolet (panjang gelombang daerah UV-A sekitar 320-400
nm) (Salisbury dan Ross, 1995).
3. Penerima Cahaya
UV-B
Satu atau beberapa
senyawa tak dikenal (secara teknis bukan pigmen) yang menyerap radiasi ultraviolet antara 280 dan 320 nm (Salisburry dan Ross, 1995)
4. Protoklorofilida a
Pigmen yang menyerap cahaya merah dan
biru, bisa tereduksi menjadi klorofil a.
Pengaruh
cahaya pada perkecambahan :
·
Produksi klorofil terpacu oleh
cahaya
·
Pembukaan daun terpacu oleh cahaya
·
Pemanjangan batang terhambat oleh
cahaya
·
Perkembangan akar terpacu oleh
cahaya.
Tumbuhan
hari pendek (membutuhkan waktu malam yang lebih panjang untuk berbunga), akan terhambat
bila dalam waktu malamnya diseling ada cahaya dalam waktu singkat. Yang paling
efektf adalah cahaya merah jauh yang menghambat pembungaan tumbuhan hari
pendek.
Cahaya
merah memacu perkecambahan biji-bijian, tetapi cahaya merah jauh dan biru
menghambat. Cahaya merah jauh panjang gelombangnya lebih panjang dari cahaya
merah 700-800nm (diatas 760 tidak terlihat oleh mata atau infra merah dekat). Pigmen
cahaya merah disebut Pr (666nm) , pigmen cahaya biru dapat diubah oleh cahaya
merah menjadi Pfr (730 nm)yang dapat menyerap cahaya merah jauh (warna hijau
zaitun), dan pigmen biru bias dihasilkan oleh Pfr.
Fitokrom
merupakan homodiner dari dua polipeptid identik, dengan Bm 120 kDa Polipeptid
tadi masing-masing mempunyai gugus prostetik disebut kromofor yang menempel
pada atom belerang pada residu sisteinnya. Kromoforad tetrapirol rantai
terbuka,tersebut serupa dengan [pigmen pikobulin utk fotosintesis ganging merah
dan sianobakteri perubahan cis-trans g mengubah Pr menjadi Pfr
Kriptokrom
penerima cahaya biru atau UVA. UV A panjang gel antara 320-400 nm. Kriptokrom
antara 320-500 nm, diduga berupa flavoprotein (melekat antara protein dan
riboflavin), diduga bersatu dengan prot sitokrom pada membram plsma. Puncak
kerjanya di daerah biru-ungu 450 nm.
e. Fototropisme
Fototropisme adalah pertumbuhan organisme sebagai respon
terhadap cahaya. Hal ini paling sering ditemukan pada tanaman, tetapi juga
dapat terjadi pada organisme lain seperti jamur. Sel-sel pada tanaman yang terjauh dari
cahaya memiliki bahan kimia yang disebut auksin yang bereaksi ketika
fototropisme terjadi. Hal ini menyebabkan tanaman memiliki sel-sel memanjang di
sisi terjauh dari cahaya. Fototropisme adalah salah satu dari banyak tropisme tanaman atau gerakan yang menanggapi
rangsangan eksternal. Pertumbuhan menuju sumber cahaya disebut fototropisme
positif, sedangkan pertumbuhan jauh dari cahaya disebut fototropisme negatif.
Kebanyakan tanaman tunas menunjukkan fototropisme positif, dan mengatur ulang
kloroplas dalam daun untuk memaksimalkan energi fotosintesis dan meningkatkan
pertumbuhan (Goyal et al., 2012).
Akar biasanya menunjukkan fototropisme negatif, walaupun gravitropisme mungkin memainkan peran yang lebih besar
dalam perilaku akar dan pertumbuhan. Beberapa ujung tanaman menjalar
menunjukkan fototropisme negatif, yang memungkinkan mereka untuk tumbuh menuju
benda gelap dan padat yang kemudian akan dijalari oleh mereka. Kombinasi atas
fototropisme dan gravitropisme memungkinkan tanaman untuk tumbuh menuju arah
yang benar (Liscum, 2002).
Beberapa
hipotesis menyebutkan bahwa hal
ini dapat disebabkan kecepatan pemanjangan sel-sel pada sisi batang yang lebih
gelap lebih cepat dibandingkan dengan sel-sel pada sisi lebih terang karena
adanya penyebaran auksin
yang tidak merata dari ujung tunas. Hipotesis
lainnya menyatakan bahwa ujung tunas merupakan fotoreseptor
yang memicu respons pertumbuhan Fotoreseptor
adalah molekul pigmen
yang disebut kriptokrom
dan sangat sensitif terhadap cahaya biru. Namun, para ahli menyakini bahwa
fototropisme tidak hanya dipengaruhi oleh fotoreseptor,
tetapi juga dipengaruhi oleh berbagai macam hormon
dan jalur signaling.
2.6 Strategi
Adaptasi Tumbuhan Terhadap Cahaya
Beberapa tumbuhan mempunyai
karakteristik yang dianggap sebagai adaptasinya dalam mereduksi kerusakan
akibat cahaya yang terlalu kuat atau supraoptimal. Dedaunan yang mendapat cahaya dengan
intensitas yang tinggi, kloroplasnya berbentuk cakram, posisinya sedemikian
rupa sehingga cahaya yang diterima hanya oleh dinding vertikalnya. Antosianin
berperan sebagai pemantul cahaya sehingga menghambat atau mengurangi penembusan
cahaya ke jaringan yang lebih dalam. Respon tanaman
terhadap cahaya berbeda-beda antara jenis satu dengan jenis lainnya. Ada
tanaman yang tahan (mampu tumbuh) dalam kondisi cahaya yang terbatas atau
sering disebut tanaman toleran dan ada tanaman yang tidak mampu tumbuh dalam
kondisi cahaya terbatas atau tanaman intoleran (Fauzi, 2012).
Kedua kondisi cahaya tersebut memberikan respon
yang berbeda-beda terhadap tanaman, baik secara anatomis maupun secara
morfologis. Tanaman yang tahan dalam kondisi cahaya terbatas secara umum
mempunyai ciri morfologis yaitu daun lebar dan tipis, sedangkan pada tanaman
yang intoleran akan mempunyai ciri morfologis daun kecil dan tebal (Fauzi,
2012).
Kekurangan cahaya pada tumbuhan berakibat pada
terganggunya proses metabolisme yang berimplikasi pada tereduksinya laju
fotosintesis dan turunnya sintesis karbohidrat. Faktor ini secara langsung
mempengaruhi tingkat produktivitas tumbuhan dan ekosistem. Adaptasi terhadap
naungan dapat melalui 2 cara (Fauzi, 2012):
(a) Meningkatkan
luas daun sebagai upaya mengurangi penggunaan metabolit; contohnya perluasan
daun ini menggunakan metabolit yang dialokasikan untuk pertumbuhan akar,
(b) Mengurangi
jumlah cahaya yang ditransmisikan dan direfleksikan. Pada tanaman jagung respon
ketika intensitas cahaya berlebihan berupa penggulungan helaian daun untuk
memperkecil aktivitas transpirasi. Proses hilangnya air dalam bentuk uap air
dari jaringan hidup tanaman yang terletak di atas permukaan tanah melewati
stomata, lubang kutikula, dan lentisel secara fisiologis mulia berkurang.
Ducrey (1992) dalam Marjenah (2001) bahwa morfologi
jenis memberikan respon terhadap intensitas cahaya juga terhadap naungan.
Naungan memberikan efek yang nyata terhadap luas daun. Daun mempunyai permukaan
yang lebih besar di dalam naungan daripada jika berada pada tempat terbuka.
Fitter dan Hay (1992) dalam Marjenah
(2001) mengemukakan bahwa jumlah luas daun menjadi penentu utama kecepatan
pertumbuhan. Keadaan seperti ini dapat dilihat pada hasil penelitian
dimana daun-daun yang mempunyai jumlah luas daun yang lebih besar mempunyai
pertumbuhan yang besar pula (Marjenah, 2001).
Jumlah daun
tanaman lebih banyak di tempat ternaung daripada di tempat terbuka. Jenis yang
diteliti memberikan respon terhadap perbedaan intensitas cahaya. Daun mempunyai
permukaan yang lebih besar di dalam naungan daripada di tempat terbuka. Naungan
memberikan efek yang nyata terhadap luas daun. Tanaman yang ditanam ditempat
terbuka mempunyai daun yang lebih tebal daripada di tempat ternaung (Marjenah,
2001).
Marjenah (2001)
mengemukakan Jumlah daun tanaman lebih banyak di tempat ternaung daripada di
tempat terbuka. Ditempat terbuka mempunyai kandungan klorofil lebih
rendah dari pada tempat ternaung. Naungan memberikan efek yang nyata terhadap
luas daun. Daun mempunyai permukaan yang lebih besar di dalam naungan daripada
di tempat terbuka. Dewi (1996) dalam Marjenah (2001) mengemukakan bahwa
kandungan klorofil Shorea parvifolia pada tempat terbuka mempunyai
kandungan klorofil lebih rendah yaitu 34,80 satuan, sedangkan dengan
naungan sarlon satu lapis berjumlah 42,21 satuan dan naungan sarlon dua lapis
48,05 satuan; sedangkan Shorea smithiana pada tempat terbuka
kandungan klorofilnya 32,91 satuan, naungan sarlon satu lapis 36,49 satuan dan
naungan sarlon dua lapis 40,01 satuan. Sebagaimana yang dikemukakan oleh
Daniel et al (1992) bahwa daun-daun yang berasal dari posisi terbuka dan
ternaung, atau dari tumbuhan toleran dan intoleran, mempunyai morfologi yang
sangat bervariasi. Daun yang terbuka, lebih kecil, lebih tebal dan lebih
menyerupai kulit daripada daun ternaung pada umur dan jenis yang sama.
Mayer dan Anderson
(1952) dalam Simarangkir (2000) menyatakan bahwa tanaman yang tumbuh
dengan intensitas cahaya nol persen akan mengakibatkan pengaruh yang
berlawanan, yaitu suhu rendah, kelembaban tinggi, evaporasi dan transportasi
yang rendah. Tanaman cukup mengambil air, tetapi proses fotosintensis tidak
dapat berlangsung tanpa cahaya matahari. Sedangkan Soekotjo (1976) berpendapat
bahwa pengaruh cahaya terhadap pembesaran sel dan diferensiasi sel berpengaruh
terhadap pertumbuhan tinggi, ukuran daun serta batang. Pada umumnya cahaya yang
diperlukan oleh setiap jenis tanaman berbeda-beda.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
1. Tumbuhan dapat memamfaatkan air sebagai penunjang
pertumbuhanya dikarenakan air mempunyai sifat sebagai pelarut, adesi, kohesi,
polaritas, transparan, polaritas dan lain lain.
2. Jenis jenis air yang terdapat di media tumbuh tumbuhan
meliputi air grafitasi, higroskopis dan kapiler. Air kapiler adalah air ytang
bisa diserap akar.
3. Jenis pengangkutan pada air terdiri dari pengangkutan
ekstravaskular dan intravaskular.
4. Kadar air pada tumbuhan mempengaruhi pertumbuhan. Jika
kadar air kurang akibatnya tanaman layu dan pertumbuhanya terganggu. Sedangkan
jika kadar air terlalu banyak yang terjadi adalah terganggunya proses
penyerapan dan hipoksia pada tumbuhan. Air yang baik untuk pertumbuhan tanaman
yang baik adalah dengan kadar yang cukup.
3.2 Saran
Kritik dan
saran yang membangun sangat dibutuhkan untuk perbaikan makalah ini kedepanya.
Diharapkan makalah ini dapat memberi petunjuk dalam melakukan pemeliharaan terhadap
tumbuhan dengan kadar cahaya yang cukup disesuaikan dengan jenis tumbuhan dan kebutuhan tumbuhan
tersebut akan cahaya.
DAFTAR PUSTAKA
Daniel, Th.W., J.A. Helms, F. S. Baker., 1992. Prinsip-Prinsip Silvikultur (Edisi Bahasa
Indonesia, diterjemahkan oleh : Dr. Ir. Djoko Marsono), Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.
Fauzi, I. 2011. Pengaruh Cahaya Matahari dan Suhu
Terhadap Tanaman. http://imamfauzirohman.blogspot.com/2011/11/pengaruh-cahaya-matahari-dan-suhu.html.
Diakses pada 22 September 2014 pukul 21.00 WIB.
Goyal, A., Szarzynska, B., Fankhauser C. (2012).
Phototropism: at the crossroads of light-signaling pathways. Cell 1-9.
Karen
E. Kalumuck (2000). Human body explorations:
hands-on investigates of what makes us tick. Kendall Hunt.
Liscum, E. (2002). Phototropism: Mechanisms and Outcomes.
Arabidopsis Book 1-21.
Marjenah. 2001.
Pengaruh Perbedaan Naungan di Persemaian Terhadap Pertumbuhan dan Morfologi
Dua Jenis Semai Meranti, dalam Pengaruh Perbedaan Naungan Terhadap Pertumbuhan
Semai Shorea sp di persemaian, Irwanto. 2006. Tesis. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
Narendra, A. 2012.
Pengaruh Cahaya Terhadap Pertumbuhan Tanaman. http://sustainablemovement.wordpress.com/2012/03/08/pengaruh-cahaya-terhadap-pertumbuhan-tanaman/. Diakses pada 22 September 2014 pukul 21.00
WIB.
Nurholilah, I. 2012. Pengaruh Cahaya Terhadap Pertumbuhan
Kecambah. http://ilanurholilah.blogspot.com/2012_09_23_archive.html.
Diakses pada 22 September 2014 pukul 21.00 WIB.
Prawesthi, G. A. 2012. Pengaruh Jenis Cahaya Terhadap
Pertumbuhan Kacang Merah. http://animesterfun.wordpress.com/2012/09/30/pengaruh-jenis-cahaya-terhadap-pertumbuhan-kacang-merah/.
Diakses pada 22 September 2014 pukul 21.00 WIB.
Salisbury, F. B. dan C. W> Ross. 1995. Fisiologi
Tumbuhan. Jilid 1. Bandung: ITB.
Schwinning, S. & Weiner,
J. 1998. Mechanisms determining the degree of size-asymmetry
in competition among plants. Oecologia.
113, 447-455.
Simarangkir
BDAS. 2000. Analisis riap Dryobalanops
lanceolata Burk pada lebar jalur yang
berbeda di hutan koleksi Uniersitas Mulawarman Lempake. Frontir No. 32.
Kalimantan Timur.
Soekotjo
W. 1976. Silvika. Proyek Peningkatan/Pengembangan Perguruan Tinggi. Bogor: Fakultas
Kaehutanan IPB.
Syamsuri, Istamar. 2006.
Biologi untuk SMA Kelas X. Jakarta: Erlangga.
Wirakusumah, S.
2003. Dasar-dasar Ekologi Bagi Populasi dan Komunitas. Jakarta : Penerbit Universitas
Indonesia.
ituBola - Situs Judi Bola Online | Sportsbook Terlengkap & Terpercaya
BalasHapusSitus Judi Online Sportsbook Terpercaya, Terbaik serta Berlisensi di Indonesia. Menyediakan berbagai macam permainan Sportsbook Terlengkap.
Cukup 1 User id untuk bermain semua taruhan Permainan Meliputi :
- Sportsbook Terlengkap
• Sepak Bola
• BasketBall
• Esports
• Dan Lainnya
Menang Lebih Mudah Disini Serta Dapatkan Juga :
=> Bonus Cashback 5% (Yang dibagikan setiap Hari Seninnya).
=> Pelayanan Terbaik Dengan Customer Service 24 Jam Nonstop.
Deposit Bisa Melalui :
=> Via Bank Lokal Indonesia.
=> Via OVO, GOPAY, PULSA Telkomsel & XL/Axis Atau E-Payment Lainnya.
• Minimal Deposit 25,000 | Minimal Withdraw 50,000
• Proses Deposit & Withdraw Tercepat
Untuk Pendaftaran Hubungi Kontak Kami:
- LINE : itubola757
- WHATSAPP : +85589399149
- LIVE CHAT : ituBola