antara peuyeum dan Final Destination
Tuhan, Maafkan setiap keluhan yang keluar di mulut ini Mungkin hamba tak pernah bersyukur denga posisi hamba saat ini Padahal di luar sana hamba tahu persis jiwa banyak orang yang ingin di posisi hamba ini “peuyeum, peuyeum” suara itu seperti menggema ditengah siang terik dipelantaran gang sempit kosan ini Satu kali tarikan nafas panjang dari pedagang itu, aku enggan bergeming, diam didalam kamar, tak terlalu menggugah selera pikirku. “peuyeum ketan, tape singkong” Otak gue kayak udah mulai terkoneksi dengan banyak organ yang ditandai kerongkongan naik turun, kelenjer saliva mulai mengeluarkan air liur dan dendangan perut yang kosong. Lumayan nih, mengingat gue termasuk orang yang suka banyak cincong kalau diajak kepasar minta di beliin lemang tapai 11 12 lah sama peyeum ketan dengan rasa asam manis hasil dari fermentasi ragi Gue beranjak kayak orang kesetanan, merogoh selembar uang sepuluh ribu di dalam tas gue, lalu berteriak sampai si pedagang tau ji