Gue part 1
Huahaha
Ada yang bertanya tentang masa kecil gue, yang menurut
sebagian orang pasti lucu dan menggemaskan
Mungkin yang mikir kayak gitu adalah orang orang yang
hidupnya gue bikin ketawa ketawa, cengengesan, yang nggak henti hentinya gue
kasih lawakan stand up comedy ala dian, huahaha, yang pernah gue bentak bentak,
gue introgasi maupun yang mau nonjok gue, gue yakin nggak berpikir hal yang
sama
Ok. Kita mulai
Tarik nafas panjang,
Keluarkan, gitu terus sampai tiga kali
Becanda pret, ini bukan kelas yoga
Gini, dimulai dari kisah dian yang imut, sebenarnya nggak
imut imut juga sih, gue dulu adalah anak kecil yang terbiasa dengan hidup yang
keras, jangan tanyakan bagaimana bapak gue mendidik anak kecil kayak gue,
karena emang dia kayaknya nggak pernah mendidik gue, dia udah mengundrkan diri diri
secara resmi dari kartu keluarga tepat pada umur 2,5 tahun gue ada dimuka bumi,
meninggalkan adik gue yang baru muncul ke dunia dan ibu gue yang musti berjuang
sendirian untuk membesarkan gue dan adik gue
Anggap aja cobaan pertama
Ah, belum kerasa, wong nggak pernah merasa memiliki
bagaimana merasakan kehilangan, bahkan adek gue aja nggak tau bagaimana wujud
asli bapak gue sampai dia berusia lima tahun.
Pada masa masa sulit itu, maka tante gue berinisiatif untuk
merawat gue dan adek gue, menggantikan posisi seorang ibu harusnya, mamak gue
sibuk bekerja, banting tulang dari pagi hingga petang, senin sampai jumat
terkadang sabtu, wajar, saat itu dia masih pegawai kelas rendah di bank, yang
tidak mempunyai otoritas yang tinggi untuk pulang cepat ke rumah atau libur
sesuka hatinya.
Nah, ada yang nanya,
mental lu kuat juga ya, cara lu nyelesaiin masalah itu gentle banget, kok bisa
yan?
Sekarang gue jawab dari hal yang paling mendasar kenapa gue
tercipta dengan mental kayak gini, hal utama yang menjadi latar belakangnya
adalah karena didikan tante gue, dia benar benar mendidik gue laksana militer
dimana gue nggak bisa bermanja manja ria, merengek ini itu, dan musti melakukan
apapun tugas gue dengan baik sebagai anak tk pada masa itu, kalau hasil tugas
mewarnai gue jelek aja dia akan memarahi gue pulangnya, tapi hal yang kayak
gini masih abadi dalam hidup gue, bakat seni gue minim sekali sampai sekarang
Dian berkarakter pendiam, sangat susah untuk berkomunikasi
dengan orang luar yang baru dikenal, kalau di rumah dian sebenarnya mempunyai
jiwa pembangkangan kelas dewa, tapi masih dalam hati kebanyakan, makanya masa
kecil gue itu sering menghempaskan kepala gue ke dinding berulang kali sampai
tante gue nggak memarahi gue lagi, atau juga menggaruk garuk tanah dengan kaki
gue dengan maksud supaya tante gue musti bersihin kaki gue, gitu aja terus, dan
seterusnya begitu
Lain cerita sama adek gue, yang dari lahir pun dia seperti
seseorang yang selalu ditunggu tunggu, karakter anak bontot yang manja dan
berhasil dimanja, ya wajarlah, gue anak kecil dengan kepala batu bertopeng perempuan
sedangkan adek gue lembut dan lucu seperti boneka anabelle yang tak bersetan,
dia benar benar mampu menarik perhatian semua orang termasuk tante gue, tapi
gue jujur, adek gue masa kecil itu benar benar menggemaskan sekali makanya nggak
jarang gue gigit, gue mainin buaiannya sampai badannya terhempas sana sini dan yang
paling membekas waktu dia berumur satu tahun, kaki gue udah gue jejakan ke
matanya sehingga waktu dewasa sekarang efeknya matanya nggak bisa tertutup
sempurna kalau tidur. Ya itu salah gue, yang menurut sebagian orang psikopat
Hal yang nggak gue suka dimasa kecil gue?
Hahaha, gue males dengerin tante gue ributin jika mak pulang
malam, lalu tante gue berceloteh ria kayak radio rusak ditengah malam dengan
semua sumpah serapah, sedangkan yang dia sumpahin tak jarang tertidur pulas karena 12 jam dia bekerja
sanggup membuat otaknya dan ototnya kelelahan dan berakhir ditempat tidur yang buat
dia nyaman
Mulai sekarang jangan
beranggapan jika masa kecil gue benar benar menggemaskan
Gue cinta sama tante gue, mungkin dengan sekian macam
sifat yang termenyebalkanya itu bisa
ditutupi dengan segala perhatian dia kepada gue, nganter gue ke tk kalau
ditinggalin bus jemputan, ngobatin gue ketika sakit, sehingga jiwa gue lebih
milih dia sebagai ibu gue dibanding mamak gue kala itu.
Waktu lu ditabrak
ayunan sehingga lu kepental waktu teka siapa dulu nama yang lu sebut yan?
Tante, dengan rengekan “tete, tipa sakik, tolong tipa”
Saat lu panas tinggi, siapa yang lu sebut yan. Tante , tante
dan tante, selalu dia
Teman teman, dari sini gue mikir hal yang krusial yang
mengubah pola pikir gue tentang kehidupan berumah tangga
“gue ingin jadi seorang ibu yang ada untuk anak anak gue,
bukan seorang ibu yang bekerja dibawah uang terus, makanya gue mengidamkan
menjadi dosen dan pengusaha, dimana waktunya cenderung fleksibel, gue pengen
menjadi saksi akan tumbuh kembang mereka, gue adalah ibu yang benar benar ibu
untuk mereka, gue adalah panutan mereka”
Yang kerjaannya ketawa
ketawa nggak jelas sama gue, sampai dunia mau jungkir balik, gue rasa bakal
ketawa juga denger gue berprinsip kayak gitu, bagi mereka gue mungkin badut
yang betopeng dian latifa, yang kehidupannya dipenuhi hiburan semata
Balik lagi kemasalah keluarga kecil gue yang nggak sempurna
itu
Masa kecil gue sampai nggak pernah berpikir akan adanya
perjuangan mak gue bagaimana cara mencari uang menyekolahkan gue dengan biaya
seorang diri, mungkin karena sumpelan dan dokrin tante gue yang selalu berantem
sama mak gue. Itu saja, maafin dian mak
Nah, ada waktunya meradang, gue paling benci yang namanya
sakit gigi waktu gue di teka, apalagi gue sakit gigi waktu tante gue musti
pulang kampung dan tinggallah gue bersama mak gue yang selalu pergi pagi pulang
malam. Sangat menyakitkan, gue pernah mengalamin keadaan pahit, saat selesai
mengunci pintu rumah hendak berangkat sekolah menunggu jemputan sekolah, gue
hampir pingsan karena sakit gigi, beruntung ada seseorang ibu yang masih tetangga
kami mengevakuasi gue kerumahnya, diberi teh dan bubur ketika gue bangun, dan
sorenya mamak gue menjemput gue disana, tuhan, gue rasa gue lupa berterimakasih
sama ibu ibu itu, nanti kalau gue balik lagi ke pondok pinang itu gue akan
menemui dia, dia itu peri gigi versi gue.
Dari sana gue mikir lagi, hidup gue tanpa tante kayaknya
nggak pernah baik baik saja
Tapi positifnya nih ya, selama tante gue pulang kampung dengan
bawa adek gue, gue bahagia sebahagianya versi anak kecil, main sepuas hati dari
pulang sekolah dengan siska and the gang, pulang pulang saat mamak gue udah
pulang, jam 6 an, disiang hari dipenuhi canda tawa khas anak kecil dimana gue
sering nulis nulis ditanah pakai jari, dan main lore nggak beralas kaki, tidur
siang di rumah siska dampar damparan kayak jemuran ikan teri, mandi sore juga sambilketawa
ketiwi, dan tentunya yang paling ganjil make up make up an ala anak kecil yang
hasilnya kayak badut ancol. Gue senang seperti lagu sherina “ku bahagia”. Tetapi
dampaknya mak gue pusing dengan kutu kutu rambut yang pindah ke kepala dia dari
kekepala gue, pusing karena gue yang selalu bangun malam malam karena pantat
gue merasakan gatal yang luar biasa, ditambah ada kata kata kotor yang keluar
dari mulut gue karena terpengaruh lingkungan luar.
Gue nggak pendiam setelah menemukan zona nyaman, seperti itu
singkatnya tentang hidup gue
Sekarang , Momen terhebat
dalam hidup gue semasa tk?
Masuk tvri pakai baju wanita dayak menari nari di tepi pasia
jambak
Kok bisa hebat?
Pernah bikin heboh satu gang di kampung gue
“tipa masuk tivi, tipa masuk tivi” yang menyadari pertama
kali itu adalah suaminya bedang diman lalu mengajak orang sekitar kerumah dia buat
nyaksiin gue di tipi, sumpah gue merasa
artis saat itu, memang sih saat itu dia sayang banget sama gue, kalau gue
pulang kampung dia akan menemui gue, saking sayangnya mungkin
Hal yang paling hebat
dalam akademis lu selama di tk
Kecepatan gue dalam membaca, ya ini karena tante gue sih,
yang ngajarin tanpa henti, dengan ala militer, karena dia nggak segan
membangunkan gue yang sedang bermimpi beli gambar dakocan sekodi pada tengah
malam untuk membaca
Hal yang paling keras
kepala waktu gue di tk?
Memaksa mak gue bikin soal tambah dan pengurangan sampai 6
digit angka sampai semua soalnya harus gue khatamin dengan nilai seratus, kalau
nggak gue akan memaksa sejadi jadinya minta soal yang baru lagi.
Sekian ya, kapan kapan gue sambung lagi, otak gue nulis
dengan kerileksan tingkat tinggi, jadi kurang menjiwai, sebenarnya masih banyak
yang lainnya, gue masih memparodikan sesuatu yang serius, ingat coy, perceraian
nggak semenggemaskan itu, rasanya nggak semenggigit yang gue jelasin barusan, gue
hanya masuk kemasa masa kecil gue yang tak memikirkan apa apa, tak terlalu
peduli dengan kepergian, gitu aja...
*lore = orang orang jakarta menyebutnya gundu
**tete= jangan mesum lu, ini panggilan gue ke tante gue
Diaaaan. . . Ceritanya masih kurang
BalasHapus