Twin


ARSEN POV
Sangat jauh sekali hari ini dari waktu itu, rambutmu telah memanjang melebihi bahu , kulitmu juga terlihat halus melebihi satin yang kuhadiahkan saat malam terakhir pertemuan kita 2 tahun lebih yang lalu, kau tampak feminim dengan gaun tanpa lengan itu, menggandeng tangan seorang laki laki yang matang sekali, katamu umurnya tak lebih dari 35 tahun saat kau mengenalkannya dengan aksen yang lucu, malam ini, aku mengalami earworm sehingga kata kata itu berulang ulang ditelingaku.

“ah, seriusan, ini cewek gilanya keterlaluan, pikir pikir lagi deh mas mau nikah dengan dia”aku tertawa sambil menowel kepalanya, dia semakin malu malu

“iya serius, iya kan pakcik? Cakaplah kalau awak nak dinikahkan dengan pak cik, ah, cakap lah”dia mengguncang guncang bahu lelaki yang tampangnya masih datar, baru kali ini ku lihat orang sehebat dia dalam hal perdebatan bergayut manja di depan lelaki yang mempunyai tampang tak ada bedanya dengan garfield, saking datarnya, si garfield itu langsung menurunkan tangannya dengan perlahan, ada gurat yang tak disukainya tentang percakapan kita kala itu.

Lalu besoknya dia bilang begini, gadis tolol itu, bukan maksudku dia terlalu pintar makanya sering kelihatan yang bisa memperbodohi dirinya itu adalah dirinya sendiri.

“eh, pakcik azka bin abdullah itu gue rasa nggak suka sama lu deh, mungkin karena lu lebih ganteng kali sen, atau kenapa ya”
“nggak tau gue, gue tampan, kaya dan menawan kali makanya kayak gitu”
“bukan sotoy, anjir gue tau sen, pasti rini kasih tau kalau gue pernah tidur di kosan lu satu malam habis pesta ulang tahun  alifa, ah lu sih”
“kenapa lagi gue”
“seandainya lu bisa bedain gue sama kakak gue si axel, lu nggak bakal bawa gue ke kosan lu waktu gue mabuk berat kan, ah, sialan, ntar ini gimana nih, masa depan gue”

Sejenak kenangan itu berputar laksana baling baling yang memusingkan dikepalaku

Dia anak perempuan satu satunya yang datang dari ayah terpandang dilingkungannya. Rumahnya saja tingkat tiga dengan perabotan mewah ditambah dengan kolam renang yang gedenya udah kayak kejuaraan internasional dan satu garasi besar depan belakang yang isinya mobil mewah 500 jutaan ke atas. Aku kalau ketemu axel masa masa awal smp aja itu pasti nyasar jika penasaran untuk menguji diri keliling dirumahnya, lama lama pasti kayak uji nyali, semakin jauh aku bergerak semakin jauh pula gue nyasar, pernah sekali aku salah masuk ruangan home theater karena kebelet buang air kecil, selesai itu aku bingung lagi karena propertinya berubah rubah, baru aku sadari ternyata dinding dindingnya dirancang khusus bisa berputar putar jika digeser, ampun beut dah nih rumah

Alexa sendiri sebenarnya tak tinggal disana, dia tinggal disebuah rumah kecil diserawak malaysia bersama ibu, bapak tiri dan 2 adik adiknya yang baru saja beranjak remaja. Pernah dalam suatu malam dia berlari lari ke kosan ku sambil bermoduskan makan malam yang sengaja dia masak  untuk menceritakan banyak hal tentang dia. Saat itu aku telah mengenalnya selama 1 bulan lebih lamanya, memang tak ada canggung lagi antara kita, tak seperti pertama kali dia menyadari aku yang tergolek disampingnya sambil memeluknya karena kedinginan malam saat kita pertama kali bertemu. Di sela sela makan malam itu dia bercerita banyak, dan semuanya baik makanannya dan perkataannya aku telan tak bersisa.

Intinya alexa adalah seorang yang mempunyai pengalaman buruk dengan perceraian orang tua. Dia dipisahkan dengan kembarannya, axel, sejak umurnya 5 tahun. Axel sejauh yang aku tau tentunya selama 10 tahun pertemanan kita sejak smp, tumbuh tak terlalu tinggi dan tak berisi. Mungkin saja ini karena pengaruh obat obatan yang rutin dia konsumsi untuk meyembuhkan penyakit asmanya sejak kecil. Sedangkan cewek yang tidur dengan ku malam itu juga sama, dia memang cukup tinggi untuk seukuran cewek, tingginya tak jauh beda dari kakaknya, hanya saja, god, dia juga sama kurusnya, sehingga dadanya seingat aku juga tak tumbuh seperti cewek cewek lain yang semok dan semholohay.

“ya lu pikirin aja, kayaknya imbang deh, gue bersyukur aja waktu itu bukan axel yang ke nyokap gue, untungnya gue, kalau dia mah, pasti udah nggak sanggup dia, rumah kita itu penuh dengan kecoak, tikus got, dan paling parah itu kalau udah musim hujan lipan keluar semua, kulitku sering digigit lipan” ucapnya sambil memperlihatkan bekas luka dikaki dan tangannya.

Dia tertawa di atas semua kemirisannya, saat itu axel sahabatku lagi berobat ke singapura karena asmanya semakin sering kambuh akhir akhir ini. Gara gara alasan itu juga sebenarnya cewek ini menggantikan axel di ulang tahun alifa; pacarnya axel. Tapi karena pesan axel  yang dititipkan ke gadis berambut cepak kala itu untuk tidak mengkonsumsi alkohol malah tak dindahkan, untuk orang pertama yang baru memasukan alkohol dimulutnya dan tanpa kontrol diri sanggup membuatnya tidak berdaya diakhir akhir acara. Untung acara minum minum selalu diakhir, aku pun saat itu sangat bingung kenapa axel bisa ditumbangkan dengan 5 sloki smirnoff, asal tau aja kembarannya itu sangat kuat minum, katanya dia pelajari dari ayahnya. Di keluarga bramantyo adi saputro yang hidup dengan harta dan kemewahan, minum minum bukan lah hal yang patut ditabukan apalagi axel waktu itu udah kuliah semester 8.

Dan gadis yang memiliki potongan rambut yang sama persis dengan axel itu aku bawa kekosan ku dalam kondisi aku juga terpengaruh oleh minuman haram itu. Aku menggotongnya lalu menidurkannya disampingku. Dia diam, seperti tak ada penolakan dari tubuhnya misalnya muntah muntah. Dia tidur saja dan tak sadarkan diri, aku juga sama tidur disampingnya, kita sama sama tak tau, untung saja waktu itu aku tak membuka bajunya karena insting ku dengan pakaian jaket tebal itu dia akan kegerahan, sedangkan masalahnya ada di aku, aku membuka semua bajuku dan meninggalkan boxer merah jambu untuk menutupi bagian terpenting itu, dan saat pagi hari au baru sadar kita saling berpelukan, dan aku terbangunkan dari mimpi ku dengan alifa saat dia teriak teriak dengan suara khas perempuan yang berbeda sekali dengan penyamarannya menggantikan posisi axel.

“pergi sana, jauh jauh, aku bukan axel”
“xel lu kenapa? Kumat lagi?”
“aku bukan axel, arsen, aku bukan axel” dia menangis sesegukan
Mulai nih drama kayaknya
“xel, berhenti bercanda deh, ini gue loh, kayak lu nggak tau aja, yang sering coli bareng sama lu”
“gue bukan axel, gue lexa, alexa”

Seketika dia buka jaket tebalnya, ada gundukan bukit mini disana dibalik kaos tipis yang dia gunakan, tentu saja laki laki normal tak punya yang seperti ini kecuali jika lelaki itu memiliki badan yang terlalu gendut

Aku memperhatikannya lekat, dia mirip sekali dengan axel, kecuali,,,, jakun, kenapa aku nggak menyadari jika axel mempunyai jakun yang sangat menonjol karena didukung oleh tubuhnya yang kurus, aku terdiam, lambat sekali, antara percaya dan tidak.

“ah sial rambut gue dipotong kayak gini lagi, gue hamil nggak ya, awas ya lu kalau hamil gue, gue laporin ke komnas perlindungan wanita, kalau lu bikin gue kayak gitu, biar awak ditangkap dan dipenjara”

Tiba tiba... huekkkk, muntahnya berserakan di lantai kamarku, serius ini bukan karena dia hamil kok, kok gue jadi ketularan gilanya dia sih

Alexa POV
Hai arsen, namamu itu layaknya arsenik yang merupakan unsur kimia berbahaya. Seberbahaya kau yang sering mengajakku balapan motor, kayak valentino rossi yang tak tau arena balap, ugal ugalan  dengan motor ninjamu itu, atau seringkali berbuat juga sesukamu menowel nowel kepalakuku seenak jidatmu, kayak nih kepala aku dapatkan karena menyewa dari mu

Kau itu menyebalkan setelah kau tau kalau aku bukanlah axel sebab  penyamaranku sebagai axel demi cewek yang dicintainya mati matian; alifa. Cewek berkerudung layaknya hijabers terkenal itu baru kusadari keberadaanya ternyata membuat persaingan sengit diantara kalian berdua memperlombakan satu hatinya. Aku tau kok dari caramu merebut dia dari axel, yang semakin mengkuatirkan saat aku diposisi axel . Apalagi alifa itu manja sekali, seperti butuh perhatian banyak orang, ya sudahlah, dia emang begitu adanya, bukannya karakter itu juga salah satunya yang membuat kalian berdua tergila gila akan dirinya bukan? Aku sebenarnya tak terlalu mengerti tentang ini.

Kau tau apapun tentang alifa, aku sampai iri karena tak ada satupun yang aku tau dari pakcik azka kecuali status dudanya dan keluarganya yang menjodohkan kami berdua. Itu juga karena kesibukannya sih, menjadi seorang nahkoda di kapal angkut barang yang mengelilimgi banyak benua. Jika kita bertemu, dia hanya akan menceritakan ini itu tentang lautan yang pernah dia jelajahi.

Oh iya, aku tidak mengembalikan sabun pencuci mukamu setelah alifa dengan garang dan ganasnya mencium kedua belah pipiku. Iyuh, kalau saja itu axel nggak lagi terbaring sakit sakitan di singapura karena ulahku, aku nggak bakal menggantikan posisinya sekalipun hanya demi cewek yang penutup kepalanya tak mencerminkan dirinya yang sesungguhnya. Bisa berubah seleraku.

Sepertinya kau dan alifa menyimpan banyak rahasia yang tak pernah diketahui axel sebelumnya. Aku pernah mendengarkan kau dan dia berbisik bisik di butik pakaian muslim trendi miliknya. Aku tak mendengar jelas, hanya saja sepertinya kalian akrap sekali waktu itu sebelum anak ayam disaku bajuku lompat karena kegirangan.

“eh, leks, maksud gue xel lu jangan bikin ulah lagi deh”ucapnya sambil terkejut, melepaskan genggaman tangannya di pundak alifa
“nggak ah, lu takut anak ayam kan, gue masukin baju lu ah”

Sontak arsen terbirit birit kabur. Yang tak kusadari kala itu adalah alifa yang memperhatikanku bingung se bingung bingungnya. Ya wajar saja, aku sebagai pacar penggantinya tak menghiraukannya sedikit pun, malah perhatiannku ku curahkan ke arsen, yang sejatinya hanyalah sahabat axel, mungkin dia berpikir seharusnya diumur kami yang ke 23 tahun ini kami tak bisa bertingkah layaknya anak kecil dengan tingkah lari larian nggak jelas begini.

Anak ayam itu berhamburan sesekali terbang rendah menjauhi kami, arsen menarikku dibelakang mobil hitam yang terparkir diseberang butik alifa, seketika pandangan kami beradu, arsen lagi serius
“lex, alifa bisa curiga ke elu kalau lu sikapnya begini, lu itu axel, permainan ini udah gue lakukan dengan axel terakhir dikelas 2 smp setelah anak ayam yang axel bawain untuk nakutin gue tergilas oleh mobil, dia merasa bersalah, dan lu sekarang datang dengan bawa yang begituan, gimana sih”

Dari sana ada yang aku sadari dari alifa, aku bukanlah axel, dan aku akan tak bisa jadi axel didepan alifa jika ada arsen

Arsen POV
Lex, ada yang berbeda saat axel sudah keluar dari rumah sakit dan kembali ke alifa. Axel kembali seperti kehilangan ingatan beberapa momen momennya bersama alifa. Aku menjelaskannya untuk axel kembali jika kau pernah melakukan banyak hal bersama alifa. Hanya saja lex, alifa tetap lah alifa yang gue sayangi sejak gue duduk dikelas tiga SD, lebih cepat dibanding saudaramu menyukai dia saat kita berada dikelas 1 sma.

Aku sering mengirim kan email kepadamu saat kau sudah di serawak, yang kau balas biasanya saat kau bangun tidur dipagi hari lalu buru buru ke warnet untuk menunaikan kerja paruh waktumu. Kau tau leks, malam adalah waktu terberat aku sebenarnya, alifa itu seperti 2 sisi keberadaanya, karena tanpa dia mungkin axel akan menyisihkan waktunya banyak untukku, tapi dengan dia juga aku mengerti banyak hal yang harus dikorbankan agar tak banyak yang tertinggalkan. Sama yang kau ucapkan tentang axel, jika tanpa axel mungkin kau tak pernah mengenal aku, tapi dengan axel juga kau tau bagaimana berperasaan seperti aku. Kalau cinta itu tak seharusnya menuntut terlalu banyak.

Malam aku dipenuhi alifa, bahkan dengan kau pun aku juga berpikir tentang alifa, berapa banyak waktu yang kita lalui berdua dimalam hari, aku hanya berpikir kau hidup seperti axel yang dulu tanpa alifa. Dimana waktu waktunya saat itu hanya main ini itu dengan aku. Tapi tentu saja kau lebih menarik dengan ide ide gilamu yang diluar akal manusia normal, kau masih ingatkan main jelangkung sampai kita kesurupan bareng hanya buat nyari wangsit nanyain jodoh kita masing masing, untung saja alifa lagi di bangladesh waktu itu sehingga jati dirimu tak terbongkar sia sia, kau kesurupan macan aku kesurupan nyai penjaga pintu kebun belakang kosan ku. Ada ada saja.

Lex, kau tau umur kita itu 23 tahun saat itu, tapi kau masih bisa datang dengan congkak yang kau isi kulit kerang darah, tak terpikirkan kenapa aku bisa memainkan itu dengan menanggalkan segala image dingin yang kutebarkan kebanyak wanita yang menganggapku keren, kau wanita kedua yang mengetahui aku berkarakter seperti ini selain alifa. Dan pastinya itu sudah lama sekali sebelum percakapan melankolisku selalu aku berikan padanya.

“hai lex, gimana kabar lu hari ini, kabarnya axel dan alifa minggu depan tunangan nih, lu udh tau kan lex? Oh ya, rencananya gue akan ke belanda ngelanjutin s2, gimana menurut lu lex, mungkin sekitar 2 tahun, lu mau dibawain oleh apa apa waktu gue pulang nanti, balik dong ke rumah bokap lu, katanya rumah tanpa lu kembali sepi kayak dahulu kala, hahaha, ayolah leks”

14 jam kemudian, jam 10:00 Waktu malaysia timur keesokan harinya
“siang sen, ibu lagi kritis stroke nya, mungkin gue akan balik kalau ibu udah berangsur membaik atau nunggu rambut gue panjang dulu, tapi gue nggak janji ya, masih lama sepertinya, lagian disini kerjaan banyak bantu bantu diusaha makcik, gue rasa pilihan lu itu sangat baik, dibanding di indo lu galau mulu”

02:00 WIB.
“semoga cpat sembuh ibu lu leks, lu masih pakai krim pemberian gue kan”

10 :31 Waktu malaysia timur
“makasih sen, obat penghilang bekas luka itu? ada kok, mayan bagus ya, kok lu tau krim ini mujarab sih, kayak dokter aja lu, lu liat udh mudar nih”

Dia mengirimkan foto memperlihatkan bekas gigitan lipan di tangan dan kakinya sudah memudar.
Tiga puluh detik aku memperhatikan fotonya, dengan perbesaran 2 kali, aku merindukan alexa.

Alifa POV
Arsen itu teman bermain ku dari kelas 1 sd sampai kelas 6 sd sebelum akhirnya ayah arsen menghianati rekan kerjanya sendiri yakni ayahku. Ayah arsen sebenarnya mengurus firma yang sama dengan ayah selama bertahun tahun, mereka itu dulu teman kuliah yang mempunyai cita cita yang sama, hanya saja saat menduduki posisi pimpinan ayah arsen dengan tega menggulingkan kekuasaan ayahku, sehingga ayah musti tersingkir dari firma tersebut. 

Ayah pernah memperkenalkan kami dengan kata kata seperti ini
“ini kak arsen alifa, arsen ini anak pak pram, teman ayah, akur ya kalian, ayahnya lagi keluar kota seminggu”

Aku sebagai anak satu satunya menganggap arsen itu sebagai seperti kakak laki lakiku waktu itu. Dia itu juga  kakak kelas yang berada disekolah yang sama denganku. Sejak pertemuan pertama kelas 1 catur wulan kedua, tak dimungkiri arsen sering sekali dititipkan di keluarga kami, begitu juga sebaliknya, jika ibuku telat menjemput gara gara pengajian yang diurusnya maka ibu arsen lah yang sering membawaku ke rumahnya, masih ingatkan sen, sepeda yang ayahmu hadiahkan padaku waktu aku naik kelas 3 sd yang sering kumainkan di halaman rumah mu sampai stangnya patah karena kecebur got waktu kita boncengan, hidungmu kala itu patah nabrak pembatas pagar dengan got, dan tubuhku dipenuhi luka luka, dua minggu kau dirawat dan 1 minggu dokter baru mengizinkan aku pulang.

Arsen, setelah ayahku menderita stress kronis dan sakit sakitan akibat ulah ayahmu yang menyingkirkan ayahku di firma itu, maka kehidupan kami berubah, aku pindah keluar kota ke tempat kota kelahiran ayahku, probolinggo. Ayah beristirahat dengan tenang disana, sangat damai setelah senja mengantarkan kepergiannya, hanya aku dan ibu kali ini, dengan sedikit peninggalan ayah, kami memutuskan merantau lagi kejakarta.

Kau masih ingat kan? Pertemuan pertama kita kembali di kafe kala itu, aku bekerja paruh waktu sebagai pengantar makanan dan pencatat pesanan di kafe. Aku tau persis kau itu arsen setelah ku amati bekas jahitan dihidungmu walaupun sudah sedikit memudar, kau makan berdua dengan seorang pria yang kulitnya putih bersih seperti bintang bintang korea, ditambah mata nya yang sedikit sipit dan bibir merahnya yang tipis, pria yang bersama kau itu menarik sekali.

Aku tahu, 6 tahun kebersamaan kita, 6 tahun juga ada rasa rasa yang tumbuh dan tak terdefinisi karena saat itu kita masih terlalu kecil untuk paham. Kau dan aku selalu menghindari kita saling bersitatap saat pertemuan pertama itu berlangsung, pertemuan selanjutnya datang bertubi tubi, karena smp dan sma kau bersama pria itu bertetangga. Pria itu mengajakmu kan saat dia berusaha mendekatiku saat itu? aku tau kau itu populer disekolah itu melebihi kekayaan pria itu, tapi aku memilih tak pernah mengenalmu jika didepan pria itu, dan hebatnya kau juga seperti itu, malu kah akan ayahmu atau bagaimana?

6 tahun hubungan kami dengan jutaan kalimat mu dari sekedar maaf sampai mengucapkan kata kata yang menurut sebagian orang itu sangat romantis untuk sekedar roman picisan dimasa kecil kita. aku bukannya tak terharu arsen, kuakui kau sungguh lebih manis di banding axel memperlakukanku. Jika tak ada axel, kau tak ragu menggenggam tanganku memperlakukan ku sebagai tuan putri walaupun dengan beragam penolakan dari ku. Tapi yang aku temui aku juga luluh arsen, ada penolakan batin yang ingin ku patahkan saat tubuh tinggimu melindungiku, saat jari jarimu menyapu air mataku yang mendarat mulus di pipi, saat perhatianmu mengalahkan apa saja termasuk kebaikan axel. Tapi disisi lain axel orang yang tak akan pernah kukecewai, terlalu banyak yang dia beri untukku, termasuk ini, butik yang berdiri sudah lebih 4 tahun yang lalu, mobil sedan yang dia hadiahkan hanya karena hari ulang tahun, dan termasuk segala macam pernak pernik yang membuat aku menonjol dari wanita lainnya. Banyak yang mencemburui kami dan hanya sedikit yang sedikit kasihan dengan kondisi axel yang sakit sakitan jika diposisiku yang sering tak bersama nya karena sering dirawat. Tapi saat itulah sebenarnya rinduku yang terkukung kau bebaskan dari belenggu, kau bertingkah layaknya axel untukku seperti perlakuanmu yang sudah sudah itu.

Aku tidak mengerti bagaimana cara mencintai tanpa dibebani rasa terima kasih, dan bagaimana juga cara mencintai tanpa dibebani rasa mendendami seseorang  

Axel pov
Aku terlahir sebagai anak kembar yang tak pernah mengakui seorang saudara kembar setelah ibuku membawanya jauh jauh dari kehidupan kami. Aku adalah axel bramantyo, anak pebisnis kaya raya yang bisa membeli semuanya kecuali kesehatan yang baik. Ntah kenapa asma ku tidak kunjung sembuh setelah terapi yangh berulangkali atau dicecoki obat obat dari pengobatan china sampai pengobatan ala suku navajo nun jauh di afrika sana, tetapi nihil, aku masih sering kembang kempis seperti orang yang tak lama lagi akan kehilangan nafasnya selamanya.

Ada satu tentang aku yang terjadi semenjak sma, aku menyukai seorang gadis yang bernama alifa, gadis ini berbeda dengan gadis gadis lainnya yang pernah kupacari sebelumnya. Dia tak berasal dari keluarga berada, hanya saja kecantikan nya itu membuat laki laki yang melihatnya pasti akan menoleh dua kali karena tak mempercayai apa yang dilihat sebelumnya. Lesung pipinya yang dalam dikiri dan kanan, bulu matanya lentik dan tebal, tubuhnya tak terlalu tinggi dan tidak terlalu pendek, kulitnya putih seperti susu, hidungnya tinggi dan kecil,  jika tersenyum gingsulnya menegaskan jika dia mempunyai senyuman yang imut dan menarik. Dia sangat berbeda dengan gayanya yang kurang kekinian kala itu, aku merombaknya sehingga dia sekarang layaknya gadis gadis metropolitan lainnya, dan dia masuk di jurusan fashion desain disalah satu universitas swasta di jakarta membuat dia semakin terpandang, dia mengeluarkan bakat terpendamnya, dan itu refleksikan di butik yang kuhadiahkan untuknya, jejeran fashion unik untuk muslimah berhijab sudah menggadang gadangkannya sebagai fashion inovator yang melejit saat ini.

Aku menyukai alifa, dengan segala apapun tentang dia, sifat manjanya, gaya berpakaiannya, dan kadang sifatnya yang bawel untuk menunjukan perhatiannya.

Huft, ini berbeda sekali, namanya alexa, hmmm, dia saudara kembarku yang datang karena kemauan ayah, aku sebenarnya nggak akan mau mengakuinya sebagai saudara kembar kalau bukan karena wajah kami identik sampai 98 persen. bahkan tingginya 1 cm saja di bawahku. Apa yang musti kuceritakan tentang dia, kecuali ya tuhan, kucelnya tuh muka, bajunya yang tak berkelas, ditambah rambutnya yang acak acakan parah sewaktu memasuki rumah ini. Itu apa lagi yang bergerak di gerak diatas kepalanya dengan ratusan telur serangga yang berbinar jika terterpa cahaya, yups itu kutu rambut, menghabiskan semua populasinya di rambutnya saja  butuh terapi peditoks 7 malaman suntuk, iyuhhhh...

Ayah tampak senang dengan kehadirannya, meskipun ayah tau persis jika dendamnya pada ibu tak akan selesai 7 turunan, ibu yang menghianati ayah demi seorang pria yag tak diketahui asal usulnya itu, kata ayah, ibu memang sudah menjalin kasih sebelum berpacaran dengan ayah dengan pria ini, tetapi ibu dulu tetap memilih ayah untuk dipersuntingnya, dengan alasan tuntutan keluarga ibu  juga karena  ayahku punya banyak uang dan masa depan gemilang, tapi apa yang hendak mau dikata, ibu akhirnya menuruti kata hatinya setelah 6 tahun berkeluarga.

Tinggal dengan alexa 7 hari saja bikin aku tak kuat menahan asma, dia itu ribut sekali di pagi hari, dia suka menyanyi nyanyi sesudah subuh dilantai tiga, memainkan tuts tust piano sesukanya, membangunkan ayah dan aku yang terlelap, come on, gue butuh tidur yang banyak alexa, karena suara sumbang dan irama yang tak berseni itu gue musti diasingkan lagi dirumah sakit. Gue benci itu.

Dan akhirnya terciptalah perjanjian itu, menyebalkan sekali, menyerahkan 6 bulan hidupku untuk alifa dan arsen ke tangan dia. Dan aku masih bersyukur 3 bulan terakhir alifa ke bangladesh, minimal aku hanya butuh mengingat 3 bulan kejadian diantara alexa dan alifa, biar nggak erlihat geger otak saat aku menemui alifa lagi sewaktu aku kembali.

Ya, ku akui aku patut berterimakasih untuk dia, minimal aku selama berapa bulan ini tenang sekali diruang vip rumah sakit. Nggak perlu bertengkar dnegan gadis pujaan, tak perlu lagi bete karena arsen yang  nyinyir nyaranin ini itu, hasilnya keluar dari sana keadaanku benar benar membaik.
Dan alexa musti pulang saat sebulan setelah kepulangan ku dari rumah sakit karena ibu sedang kritis diseberang pulau sana, sekarang banyak yang kuketahui dari alexa, dia kembaran yang mempunyai sifat yang sangat berbeda dengan aku, dia termasuk tipe gadis yang tomboy, kuat, tidak bisa diam, logis, pendebat yang hebat, setia kawan, mudah senyum, dan tentunya dia punya energi lebih untuk tetap terjaga dimalam hanya untuk menemui arsen. itu tentu berbeda sekali dengan aku, aku ini lemah, mudah capek, suka mengeluh, dan penuntut.

Satu pertanyaan yang belum ku temukan jawabannya sampai saat ini.
Ini tentang Alexa dan arsen, aku tak pernah melihat arsen tak se kaku itu dengan makhluk yang bernama wanita, atau mungkin karena adikku itu sedikit jadi jadian, maksudku dia agak ganda, bukan, maksudku dia itu tomboy jadi arsen memperlakukan dia layaknya seorang laki laki. Tapi sebentar, selandang satin yang dibeli arsen untuknya itu bukan berarti arsen menganggap nya sebagai laki laki, selendang itu benar benar untuk perempuan apalagi dengan warna merah muda. Ada apa dengan mereka, apakah kembaranku akan menemukan jodohnya yakni sahabatku sendiri?

Arsen pov
2 tahun aku pergi ke belanda, akrap dengan sapaan orang belanda walaupun hanya buat beli secangkir kopi di kafe, tentunya lebih banyak menggunakan bahasa inggris untuk percakapan sehari hari untuk mahasiswa internasional diluar belanda.

Aku jarang sekali berbahasa indonesia  kecuali bersama orang indonesia lagi di PPI belanda, sesekali orang tua dan juga axel juga menghubungiku dari berkilo kilo meter nun jauh disana,  sedangkan alifa tak lagi pernah menghubungi ku seolah olah semua kontakku sudah sirna di gadgetnya, yang aku tahu adalah alifa lagi hamil 10 minggu hasil pernikahannya dengan axel 6 bulan yang lalu.

Tapi tentunya ini,  aku rutin menghubungi alexa, email untuk wanita ini sudah kukirimkan lebih dari 100 minggu lamanya.
“hai leks, gue hancur lex, alifa hari ini menikahi saudaramu itu, kau bertemu dia disanakah?”
“hallo lex, bikinin gue bubur jagung lagi dong, bawang gorengnya yang banyak ya, tapi ntar aja deh waktu gue pulang”
“hai lex, lu belum mau menikah juga kan ya? Lex banyak hal yang musti gue bagi dengan lu, jangan menikah dulu, lu musti tunggu gue pulang dulu”
“lex, ntah kenapa gue rindu lu dengan teramat sangat, apa mungkin karena beban kukiah disini yang terlalu berat atau karena gue nggak bisa gangguin alifa dan axel lagi, walau hanya sekedar berbagi cerita”

Seperti biasa alexa akan datang pagi pagi sekali ke warnet, menjawabi semua yang aku tanyakan dan aku mintakan, walaupun  jawaban dia itu lumayan ngawur, menyakitkan, atau bisa juga gila.

“udah nikah sen, lu manjat pagar pakai eskalator pun itu kembaran gue tetap aja statusnya menikah dengan alifa”

atau
“ya gue bakal nikah lah, dibanding nunggu lu pulang, lama dan jauh pula”

Dia kirimkan foto terbarunya bersama azka, aku diam menatap lama, baru seminggu ini dia mengeluh tentang azka tapi tak lama dia kayaknya tergila gila lagi sama om om berkumis tebal itu.

Aku akui dadaku terhujami banyak hal, tapi kenapa, apakah karena semua harapan ku tentang alifa sudah sesirna itu sehingga aku nggak akan mau jika harapanku dengan alexa juga ikutan sirna, jadi dia siapa ku? Alexa itu siapa? Pelarian?

Waktu berjalan, ini ketiga musim dinginku di belanda, aku pulang ke indonesia dengan gelar master of business administration, alexa berjanji menemuiku seminggu lagi di kosan lamaku, walaupun tentu saja kosan itu tak lagi kusewa.

Hari berjalan seperti biasanya, waktu kulihat axel dan alifa aku baru menyadari jika aku nggak seburu pemikirannku tentang mereka berdua, alifa hamil besar memakai baju hamil yang sedikit kedodoran untuknya, tapi dia tetap cantik dengan riasan wajahnaturan khas dirinya. Saat aku mengunjungi kediaman keluarga kecil ini, aku bisa mengikhlaskan banyak hal yang terjadi, melupakan banyak hal yang telah terjadi diantara aku dan alifa.

Tapi berbeda sekali dengan ini, seminggu kemudian alexa datang dengan seorang pria yang semakin tua saja keliatannya tak seperti di foto yang dia kirimkan terakhir kali, azka bi abdullah namanya, melihat pmandangan dia menggenggam tangan lelaki itu membuatku lebih mabuk cemburu dibuatnya.

 Tapi kau indah alexa.

Dari mana dia tau cara merawat diri akhir akhir ini, cara berdandan memoles bibirnya dengan lipstik warna deep red, atau bagaimana caranya memakai gaun selutut yang menegaskan keanggunannya. Tubuhnya tak seperti dulu, dia sekarang berisi, mukanya sedikit  temok, dada dan pantat semok, dia benar benar menarik apalagi ditambah kulit putihnya yang terawat, giginya yang rapi, dan tentunya dia sekarang wangi karena rajin mandi.

Hanya saja itu seakan tak punya arti lebih jika yang digenggamnya itu bukan tanganku tetapi tangan lelaki lain yang jauh lebih tua darinya. Aku tak tahu persis apa maksud perjodohan ini, apa mngkin karena keluarganya hendak mengubah nasib ke arah yang lebih baik, kalau memang karena itu biarkan aku saja lexa, jangan sama dia, gerutu ku dalam hati.

Semalam itu tak banyak waktu yang kuhabiskan secara personal dengan nya, semuanya karena pria garfield ini. tapi besok pasti aku akan mencoba bertemu dengannya setelah si garfield ini kembali berlayar di lautan.

Author POV
Arsen mengingat ingat kejadian yang hampir terjadi di 3 tahun yang lalu, berawal dari satu ranjang bareng dia lalu mengenal lexa, dia menggigit bibirnya sendiri, membiaran wanita cantik didepannya menggulung fettucini lalu menyelesaikan gerutuannya.

“kan gue bilang itu juga kesalahanlu, ah sudahlah, lu doang yang nggak ngaku kayak gitu, ah gue nyesal deh kalau...”

Tak ada yang menghalangi arsen untuk berbuat ini, bibir arsen me-lap sisa karbonara dibibir lexa, dia terdiam sebentar, tak ada perlawanan yang berarti yang membuat arsen terus melanjutkan ciuman ini, lampu cafe yang remang membuat mereka berdua hanyut ditambah musik klasik yang semakin romantis terdengar.  

“maaf mas, ini pesananya, maaf”

Pelayan kafe itu lalu kabur antara shock atau tak sengaja melihat perbuatan dosa, alexa dan arsen terdiam dalam waktu yang lama,kaki alexa kaku begitu juga dengan arsen, mereka bingung dengan kecanggungan masing masing diantara mereka.

“lex, gue cinta lu lex, dan cinta antara lu dan gue nggak ada hubungannya dengan alifa dan axel, dan tak ada pelarian sama sekali disini, mungkin gue terlambat sadar dari kebiasaan gue dengan alifa, cuman lu musti percaya, cinta ini yang selalu beri harapan lebih buat gue lex, perhatian lu, perjuangan lu untuk ke warnet hanya hubungi gue bertahun tahun ini itu membuat gue merasa benar benar seorang manusia yang beruntung, lu ada untuk orang dengan masa lalunya dan optimis dia akan melihat masa depan yang lebih baik, tanpa sesuatu yang harus diperbaiki dan menyalahi diri sendiri dimasa lalu, gue sungguh sungguh lex”

Alexa memandang dalam dalam mata pria yang berkaca mata itu, dia menggigit bibirnya lagi yang tak lagi ada rasa karbonaranya karena telah digantikan dengan rasa bibir arsen bau mint dari vape yang biasa dia hisap. dia tersenyum tipis.

“gue kira lu nggak pernah sadar apa apa selama ini, gue kira dulu hanya gue yang punya rasa begini ke elu, lama juga ya sen, lu kuat sekali untuk sesuatu yang musti lu kejar”alexa meremas gaunnya, lalu mengelurkan selendang satin itu dari sling bagnya.
“sen, makasih atas ini, masih wangi kok ini, serius, sering gue cuci loh”
 “kenapa lu kembaliin lagi, gue udah ngasih ini loh ke elu, kurang bagus ya?”
“nggak sen, jakarta panas, kayaknya gue akan memulai hidup bareng lu, dan menolak pinangan pakcik azka, ayah tak menyetujui jika aku harus menikah dengan duda tua itu”

.....

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sistem Saraf Pada Ikan

Filosofi barang antik