MAKALAH AGAMA TENTANG RASULULLAH PEMBAWA RISALAH KEBENARAN


Sebagai nabi terakhir (Khatamul Anbiyaa) Nabi Muhammad SAW siap menerima tugas berat tapi mulia berupa risalah dari Allah SWT untuk disampaikannya kepada umat manusia. Dengan kata lain, sebagai da’i pembawa misi, sebagaimana firman Allah SWT adalah surat Al – Ahzab ayat 45 – 46, yang berbunyi :

 .ﺍﺭﻳﻧﻤ ﺎﺠﺍﺭﺳﻭ ﻪﻧ ﺫﺎﺑ ﷲﺍ ﻰﻟﺍ ﺎﻳﻋﺍﺪﻭ .ﺍﺭﻳﺬﻧﻭﺍﺭﺸﺑﻤﻮ ﺍﺩﻫﺎﺷ ﻚﻧﻠﺴﺭﺍ ﺎﻧﺍ ﻲﺑﻧﻠﺍ ﺎﻬﻴﺎﻳ

“Hai Nabi, sesungguhnya Kami mengutusmu untuk jadi saksi, dan pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan. Dan untuk jadi penyeru kepada agama Allah degan izin – Nya dan untuk jadi cahaya yang menerangi”.
Firman – Nya lagi dalam surat Al – Maidah ayat 67 yang berbunyi :

 .ﻪﺘﻟ ﺎﺴﺭ ﺖﻐﻠﺒ ﺎﻤﻔ ﻞﻌﻓﺘ ﻢﻠ ﻦﺍﻭ ﻙﺑﺭ ﻦﻤ ﻚﻳﻠﺍﻞﺯﻧﺍﺎﻣ ﻎﻟﺑ ﻞﻮﺴﺭﻠﺍ ﺎﻬﻴﺎﻳ

“Hai rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika tidak kamu kerjakan ( apa yang diperintahkan ) itu berarti kamu tidak menyampaikan amanah – Nya”.
Dengan modal sifat – sifat terpuji yang telah Nabi Muhammad SAW miliki seperti shiddiq, fathanah, beliau mampu menjadi seorang da’i atau mubaligh yang baik dan patut dicontoh dalam mengikuti jejak beliau sebagai umatnya. Sehubungan hal tersebut Allah berfirman dalam surat Al – Ahzab ayat 21 :

.ﺍﺭﻳﺜﻛ ﷲﺍ ﺭﻛﺬﻭ ﺮﺧﻻﺍ ﻢﻭﻳﻟﺍﻭﷲﺍﻮﺟﺭﻳ ﻥﺎﮐ ﻥﻤﻠ ﺔﻧﺳﺣ ﺓﻭﺴﺍ ﷲﺍ ﻞﻭﺴﺮ ﻲﻓ ﻢﻜﻟ ﻥﺎﮐ ﺪﻗﻠ

“Sesungguhnya telah ada pads diri rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu yaitu bagi orang yang mengharap ( rahmat ) Allah dan ( kedatangan ) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”.
Adapun keberhasilan Rasulullah SAW dalam menyampaikan misinya terhadap umat tiada lain dikarenakan adanya beberapa faktor penunjang antara lain :
1.      Faktor Kebenaran Risalah
Risalah kenabian yang datang dari Allah SWT jelas tak bisa diragukan lagi akan kebenarannya. Risalah tersebut mampu menguak dan mengusir kebathilan, sebagaimana firman Allah SWT dalam Al – qur’an surat Al _ Isra’ ayat 81 :

ﺎﻗﻮﻫﺯ ﻦﺎﮐ ﻞﻂﺎﺑﻠﺍ ﻥﺍ ﻞﻂﺎﺑﻠﺍﻖﻫﺯﻭ ﻖﺤﻟﺍ ﺀﺎﺠ ﻝﻗﻮ

“Apabila telah datang kebenaran ( hak ), sirnalah kebathilan. Sesungguhnya bathil itu pasti sirna”.
2.      Faktor Etika ( Akhlak )
Sikap dan perilaku Nabi Muhammad SAW yang sangat terpuji, merupakan modal utama dalam menegakkan hubungan kerjasama, dan pergaulan di tengah – tengah masyarakat. Nabi SAW pernah mendapatkan suatu piagam penghargaan dari kaum Quraisy sebelum beliau menjadi Nabi berupa gelar “Al – Amin” yang artinya dapat dipercaya. Allah pun telah menjelaskan tentang akhlak rasulullah dalam surat             Al – Qalam ayat 4 :
 .ﻡﻳﻅﻋ ﻖﻠﺨ ﻰﻟﻌﻠ ﻙﻧﺍﻭ

“Dan sesungguhnya engkau benar – benar berbudi pekerti agung”.
3.      Faktor Kepemimpinan
Faktor kepemimpinan tak perlu diragukan lagi. Siapa pun mengakuinya, baik lawan maupun kawan. Dengan waktu relatif singkat beliau mampu mengajak umat untuk mengikuti ajarannya demi keselamatan, kesejahteraan dan kebahagiaan hidup masa kini maupun masa mendatang.
4.      Faktor Taktik dan Strategi
Dikarenakan situasi dan kondisi Nabi SAW terpakss melakukan hijrah dari kota Mekah ke Madinah. Langkah ini sebagai taktik dan strategi perjuangan yang harus ditempuh dan ternyata langkah ini mampu memberikan kontribusi kemenangan yang paling gemilang berupa Fathul Makkah.
5.      Faktor Metode ( Cara )
Dengan metode pendekatan yang ditunjang dengan hati keras, kepala dingin, beliau mampu menundukkan musuh – musuhnya. Dalam menyampaikan misinya pernah disambut dengan ejekan dan lemparan batu, namun beliau tetap berhati sejuk, pemaaf dan toleran. Bahkan kaum yang berbuat mencederainya itu sempat di do’akan : “Ya Allah, berilah mereka petunjuk, sesungguhnya mereka itu belum mengerti”.
6.      Faktor Illahi ( Ketuhanan )
Disamping faktor – faktor tersebut diatas, ada satu faktor penentu yang bisa disebut kodrati ( kekuasaan ), sebagaimana Allah telah menjelaskan jauh – jauh sebelumnya, diutusnya Nabi Muhamad SAW ke dunia ini merupakan rahmat bagi alam semesta. Disini jelaslah faktor Ilahi sangatlah dominan dalam menunjang keberhasilan Nabi Muhammad SAW atas kepemimpinan, taktik dan strategi, yang diterapkan baik di bidang bimbingan, penyuluhan, pengarahan, percontohan dan keteladanan. Semua itu Nabi Muhammad SAW tampilkan di pentas panggung perjuangan menggalang umat. Selain apa yang telah diuraikan di atas, ada tambahan yang patut dihargai dan diteladani adalah sikap keberanian, rela bekorban, baik materi maupun materil. Berapa banyak kekayaan Siti Khadijah sebagai isteri Nabi Muhammad SAW, disamping pendamping ibu rumah tangga, dia serahkan harta kekayaannya secara tulus dan ikhlas guna membiayai perjuangan rasulullah SAW. Sungguh besar pengorbanan Siti Khadijah terhadap suaminya sebagai mitra perjuangan. Hal ini patut diteladani oleh ibu – ibu muslimat masa kini dan masa mendatang, sebab perjuangan seorang suami tanpa dukungan isteri sulit mencapai keberhasilan maksimal dan optimal.
            Nabi Muhammad Saw diutus Allah Swt  dengan membawa ajaran baru berupa; agama tauhid, penyempurnaan akhlak (moral),   pembawa risalah kebenaran dan   keadilan  serta mengembalikan harkat semua manusia sebagai makhluk mulia dan berderajat sama (sejajar).  Muhammad Saw juga mengajarkan tatanan kehidupan sosial yang ideal dan bermartabat dengan menghormati dan mengutamakan  kerukunan, perdamaianan, toleransi, kasih sayang dan persaudaraan antar umat manusia, apapun latar belakang  yang dimilikinya.
Rasulullah Saw juga telah menancapkan fondasi kepemipinan yang sangat kokoh, ideal dan  bersifat kontekstual sepanjang masa. Nabi Muhammad adalah sosok pemimpin sejati, baik sebagai pemimpin agama maupun sebagai Kepala Negara.     Nabi Muhammad Saw telah mewariskan tauladan kepemimpinan sepanjang masa yang dapat dijadikan inspirasi, motivasi dan rujukan dalam kepemimpinan di era modern saat ini.
Tauladan Kepemimpinan  yang diwariskan Rasulullah Saw diantarany; Pertama; Konsisten (istiqamah) Membela yang Benar.  Dalam menjalankan kepemimpinannya, Rasulullah Saw adalah figur yang sangat kokoh dan kuat dalam memegang prinsip perjuangan. Setiap  menyampaikan  berita kebenaran dan kebaikan Rasulullah Saw   tidak mudah kendur, lemah dan kompromistis   terhadap berbagai godaan dan rintangan yang menghadang.
Ketika para penentangnya yaitu kaum Kafir Quraisy berusaha membujuk Rasulullah Saw agar menghentikan misinya   menyebarkan prinsip-prinsip  kebaikan, kebenaran dan keadilan dengan barter atau kompensasi  diberi kedudukan yang tertinggi, harta yang melimpah dan wanita mempesona, ternyata beliau tidak sedikitpun menyurutkan langkahnya   untuk terus menyiarkan berbagai kabar kebenaran dan keadilan secara hakiki.
Rasululluha Saw adalah pemimpin yang tegak dan konsisten membela yang benar apapun konsekuensinya, bukan tife mayoritas pemimpin yang  mudah buta mata dan hatinya dengan lebih membela yang mbayar.    
Kedua; Konsisten Menegakkan Keadilan.   Rasulullah Saw adalah sosok pemimpin yang kukuh, lurus dan tidak diskriminatif dalam menegakkan keadilan. Keadilan hukum dijalankan secara transparan dan tidak mengenal kompromi, apalagi pilih kasih, terutama terhadap orang-orang dekat dan keluarganya. Sebagai wujud ketegasan Rasulullah Saw dalam menegakkan keadilan hukum tercermin dalam pernyataan  beliau  yang tetap aktual hingga hari ini, yaitu;   “ Seandainya  Fatimah (Putriku) ketahuan terbukti mencuri, maka aku sendirilah yang akan memotong tangannya”.  
Ketegasan dan keadilan hukum itu menjadi antitesa terhadap model kepemimpinan saat ini yang mudah bersikap tegas dan keras terhadap rakyat kecil dan pihak-pihak yang berada diluar lingkaran kekuasaan, tetapi sangat lunak, kompromistis dan tumpul  terhadap orang-orang yang punya banyak  uang, kalangan keluarga dan yang berada dilingkaran kekuasaan. 
Ketiga, Jujur dan Sederhana; Rasulullah Saw adalah figur pemimpin yang selalu jujur dalam memimpin umatnya, tidak pernah merekayasa kebenaran dan keadilan, selalu menyampaikan yang benar adalah tetap benar dan yang salah adalah pasti salah, apapun resiko yang dihadapinya.  Sebagai pemimpin agama dan Kepala negara, Rasulullah Saw dan keluarganya juga hidup sangat sederhana, sekedar cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari.
Sebagai pemimpin yang memiliki otoritas sangat luas dan besar, Rasulullah Saw  tidak pernah menjadikannya sebagai media  atau aji mumpung untuk mengeruk atau menumpuk-numpuk harta benda dan kemegahan duniawai. Hal ini terbukti, ketika Rasulullah Saw wafat maka tidak banyak atau sangat sedikit warta benda yang bisa diwariskan kepada keluarganya.
Rasulullah Saw justru mewariskan kemuliaan akhlak kehidupan, Al Qur’an dan Al Hadits yang terus dibaca dan dipelajari  ratusan juta manusia setiap harinya. Inilah warisan terbaik dan  termahal   yang diberikan pemimpin terbesar sepanjang zaman kepada umatnya.
Keempat, Pemimpin yang Rendah Hati.        Walaupun Rasulullah Saw menjadi pemimpin besar dan memiliki otoritas luas, dirinya tidak pernah menunjukkan dirinya sebagai pribadi yang sombong, arogan, tinggi hati, anti kritik  dan selalu ingin menang sendiri. Rasulullah adalah pemimpin yang rendah hati yang tidak pernah menggunakan posisinya untuk menakut-nakuti, menekan dan menindas orang lain agar mengikuti seluruh kehendaknya.  Dalam menjalankan amanat kepemimpinan Rasulullah Saw selalu menjalankan musyawarah untuk mencari jalan terbaik serta  posisinya yang penting dan sentral justru dijadikan sarana berjuang secara maksimal untuk melindungi dan melayani umat (rakyatnya).
Kelima, tidak serakah (rakus) dan tidak hidup mewah.  Rasulullah Saw adalah  pemimpin yang sangat berhati-hati dan tidak rakus dalam memanfaatkan anggaran negara. Rasulullah Saw justru memakai banyak harta pribadinya untuk menopang perjuangan sehingga harta lebih banyak yang dikorbankan (disedekahkan) untuk kepentingan umat. Kepemimpinan Rasulullah Saw sangat jauh dari prilaku kolusi, korupsi dan nepotisme (KKN)  seperti yang diperankan mayoritas pemimpin saat ini.        
Sebagai Raja (pemimpin negara) Rasulullah Saw tidak bertahta di singgasana yang megah dan mewah tetapi lebih “bertahta” dalam jiwa dan hati rakyatnya. Sebagai Kepala Negara, kehidupan Rasulullah sangat jauh dari kemewahan, bahkan pakaiannyapun sering “ditambal” dengan tangannnya sendiri  sehingga pribadi dan keluarganya “menyatu” dalam kebersamaan hidup rakyatnya.
Kenyataan seperti itu sangat berbeda dengan mayoritas pemimpin saat ini, dimana kondisi kehidupan pemimpin dan rakyatnya sangat jauh berbeda, bagaikan bumi dan langit—   dimana kebanyakan rakyatnya hidup miskin dan menderita, tetapi para pemimpinnya hidup sangat mewah, megah dengan bergelimang harta.       
Itulah praktik kepemimpinann Rasulullah Saw yang menjadi  tauladan  kepemimpinan  sepanjag masa. Tauladan kepemimpin Rasulullah ini  selalu kontekstual, membumi dan ideal untuk diaplikasikan dalam  spirit dan watak  kepemimpinan saat ini agar dapat selamat dunia akhirat. Para poemimpin harus sadar bahwa kepemimpinan Rasulullah saw adalah potret kepemimpinan  ideal dan “menyelamatkan” karena tidak pernah digugat apalagi dituntut mundur oleh rakyatnya sehingga khusnul khatimah serta  terbebas dari beratnya hisab (perhitungan) atas amanat kepemimpinan  dihadapan pengadilan Allah Swt.    
Spirit demikianlah yang lebih penting diaktualisasikan agar peringatan Maulid Nabi Saw tidak sekedar bersifat simbolik dan ritualistik  yang dirayakan secara gegap gempita dari Rumah, Mushola,Masjid  hingga Istana, tetapi tidak mampu  menggali dan menjalankan esensi ajaran kepemimpinan Rasulullah Saw  yang luhur dan mulia sepanjang masa.
Itulah teladan kepemimpinan ideal untuk menyelamatkan mayoritas pemimpin saat ini yang biasanya “manis” diawal, tetapi sering pahit, nista  dan sengsara di akhirnya, terutama sengsara dalam menghadapi hisab dan pengadilan Allah Azza wa jalla.

Daftar pustaka



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sistem Saraf Pada Ikan

Filosofi barang antik