Saya mengharapkan hari senin 24 september 2012 nggak pernah ada kang!


aku berkata pada diriku sendiri

Aku benci perpisahan
Tapi yang paling aku benci itu adalah pertemuan yang terlalu indah untuk dilupakan
Aku muak selalui dipaksa realita
Aku enggan harius keluar dari mimpi mimpi maya
Karena  aslinya di dunia nyata , aku tak punya apa apa
Aku tak punya kekuatan, aku ini lemah, yang harus kalah di tangan emosi,
Kenapa hari ini aku dibakar oleh permainan ku sendiri
Dan kenapa juga aku harus mati karena ranjau yang tak pernah kuinjak, atau racun yang tak pernah ku tegak
Dipaksa kalah, apa karena aku menyerah?


 malaikat bicara

Sadar, dian, karena kali ini kau kalah di tangan mu sendiri
Tak ada lawan yang mengalahkanmu
Pengecut itu bersarang dalam dirimu
Hanya saja emosi mu yang selalu menunggu itu lagi berjaya
Mereka sedang berpesta pora dengan api api itu untuk membakar mimpi mimipi itu
Habis abu bertebangan
Dia udah pergi, tinggallah kau sendiri
Sama saja , sadarlah butiran debu kau punya teman baru abu yang akan selalu menyesaki hidupmu
Hal yang indah itu hanya akan berkeliaran dalam imajinasi mu fantasi mu, makan itu pengkayal
Beberapa orang lagi yang bakal kau sia siakan untuk itu,
Hanya karena kau sanggup menunggunya

 aku berkata pada malaikat itu

Hari ini, malaikat
Aku melihat seberkas kertas berterbangan di sekitarku
Lebih besar dari wujudku
Aku mencoba menyentuhnya
Hanya goresan rapuh, ringan sekali
Tapi angin semakin kencang berhembus
Abu abu itu  kembali berpisah pisah, semakin kecil kecil lalu menyerupaiku kenapa mereka semakin menyerupaiku
Mengapa malaikat,
Apakah aku ini banyak

malaikat menjawab

Sadarlah,
Ini dunia nyata,
Kenangan seperti apa yang kau harapkan
Buanglah itu, buanglah
Mereka itu abu
Mimpi mimpimu telah mengabu
Kamu tidak banyak dian, hanya saja masa masa itu yang banyak
Saat kau masih bermimipi melihat kertas indah itu
Yang bertulis dengan tinta kuning emas
Saat semuanya kau rangkai dengan kejujuran, saat semuanya kau isi dengan kebaikan
Tapi sayang sekarang kau hancurkan dengan ulahmu sendiri
Main api?
Emosi karena capek nunggu dia tiap malamnya
Capek karena harus bermain dengan harga diri lagi
Capek dengan semua kesempatan yang tidak sempurna untukmu
Merasa nggak adil mendengar cerita sahabatmu itu
Hidup ini adil dan kekurangan dalam kisahmu bakal di tambal dengan kelebihan di sisi yang lain
Bukankah kau pernah bercerita padaku
Dia mahal, karena itu kau menghargainya\
Setiap kata kata indah membuat kau sulit tidur, butiran debu juga bisa tersilaukan jika terpapar cahaya
Kau berkata begitukan?

Aku menjawab

Malaikat, tapi aku malu
Karena aku ini wanita
Aku ini wanita.....

Malaikat diam tak bersuara
Memperhatikan aku lekat dengan matanya yang besar
Meletakan aku di telunjuknya, mengeluarkan secarik kertas lagi
Kesempatan lagi?
Mimpi lagi
Lembaran baru lagi...
Atau...

Dia mengangguk membaca apa yang ada dipikiran ku
Lalu membakar kertas itu, sempurna di bakar dan abunya kembali berterbangan
Turun bersama rimah api lalu semakin mendekatiku mereka menyamar sepertiku lagi seperti yang lalu

Malaikat itu menatapku lagi, kali ini menggeleng
Hiduplah,
Bersemangat
Ciptakan kesempatan mu sendiri
Selalu hargailah itu
Ada kemajuan dari pengalaman cinta mu sebelumnya,
Kesempatan yang tidak begitu sempurna bukan berarti hasilnya nggak bakal sempurna juga kan
Kau bisa, karena aku akan melihatmu nanti bisa menjadi pelangi, atau menjadi cahaya yang lembut dian latifa, seperti namamu
Bukan butiran debu lagi
Yang mudah terbawa angin
Aku tak ingin kau menyesali kenangan lagi yang sudah tak berarti
Saat nya berlari dian dengan arah mu sendiri bukan menjalani apa saja yang bakal terjadi
Ayo dian, ayo dian, ayo dian
Suara malaikat itu semakin nyaring ditelingaku tapi bayangannya sayapnya semakin menjauh pandanganku kabur

Yan, bangun, hari ini dia ulang tahun
Rentetan suara nyaring dari speaker hp membuatku terbangun di sertai catatan pesan dari hp
Aku menarik nafas panjang lagi
Selamat ulang tahun kang, sukses ya...




 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sistem Saraf Pada Ikan

Filosofi barang antik