jadi dia siapa?
Gue sebenarnya sakit,
apakah lu tau sejauh itu?
Apakah lu tau ada warna baru yang lu kasih
dalam hidup gue, mengajari gue satu persatu tentang hidup, mengajak gue
mengetahui lebih banyak tentang lu?
Iya, lu nggak tau. Dan tidak
mencoba untuk tau. Baiklah, kita tetap lah kita. Yang berharap satu arah, tapi
tetap saja pada suatu saat kita terpisah. Dalam bentuk apapun pemisahan itu. Hanya
saja, kita sekarang diposisi sama sama berjalan, menikmatinya, memparodikan
sesuatu yang serius. Agar semuanya indah, meski akhirnya akan kita temukan
suatu keluluhlantahan
Tuhan telah ingatkan,
pertemuan sebenarnya adalah awal dari sebuah perpisahan. Semakin lama waktu
berjalan maka akan semakin terasa perpisahan itu. Jangan ada tangis, tetaplah
bahagia sebagaimana kita dipertemukan pertama kali. Aku akan menjadi orang
terbahagia jika berada di dekatmu, kau juga musti begitu. Jangan pernah bermain
dengan perasaan, jangan percikan api sehingga akan datang gelora, karena kalau
semuanya berakhir kau akan temukan gulita. Biarkan saja kita mengenal yang
biasa, agar semuanya berjalan tanpa terasa. Aku tak mempedulikan apa apa, meski
kau selalu datang dengan hal baru yang tak pernah aku temukan sebelumnya. Aku berusaha
tak goyah, berusaha keras kepala, meski kadang hati kecilku berkata beda. Kita saling
mengenal dengan lebih banyak kata
kata dari pada memandang dengan mata.
Gue mendobrak keinginan, menghancurkanya menjadi keping
keping. Gue melakukan apa yang tidak mereka lakukan, gue kalahkan segalanya
demi kita. Gue pikirkan yang terbaik, iya cukup yang terbaik. Karena semuanya
telah terlanjur sempurna. Kita akan berlari mengejar matahari mungkin dengan
jalan yang berbeda pada akhirnya. Tapi optimislah, kita akan temukan cahaya
yang terang pada ujungnya. Karena kau tahu, kita telah berbagi mimpi mimpi
selama ini, dengan harapan itu kita hidup, tanpa harapan itu kita mati. Menebak
nebak alur hidup, memilih milih yang terbaik, terkadang kita berbagi tangan
untuk merangkuh agar salah satu dari kita bisa kembali bangkit. Dan meninggalkan
sesuatu yang berlalu. Melupakan kekesalan, kesakitan, bahkan keputusasaan.
Tuhan...
Ini sampai kapan? Masih lama?
Atau sebentar lagi?
Kalau sebentar dan pada
akhirnya dia pergi meninggalkan aku, aku ingin jadikan aku satu kotak kecil
dihatinya. Biar aku bisa bersama langkahnya, jadikan sekotak kecil itu berisi
secarik kertas bermantra, agar dia benar benar hidup dengan baik. Jika dia
putus asa, bacakan mantra itu dalam kalbunya, karna perasaan ini berat untuk
mengakuinya lebih dari seorang sahabat...
jadi dia siapa?
Komentar
Posting Komentar