ASISTEN
Besok
itu debut pertama jadi asisten dosen
Wuihhh,
ini yang gue idam-idamkan dari dulu.
Menurut
sebagian mahasiswa lain yang udah mulai ngasdos dari semester sebelumnya, mungkin ini
hal yang biasa.
Bagi
gue nggak ada yang biasa
terutama di pengalaman pertama
Haha,
selalu ada yang spesial, liat aja betapa semangatnya gue bangun pagi ini, jam
setengah 5 dini hari hanya buat briefing H-1 sebelum jadi asisten.
Untuk
orang hidupnya acak acakan kayak gini, bangun jam setengah 5 pagi itu keajaiban
dunia...
Biasanya
kalau mimpi gue nggak dikacaukan jam weker amit amit bangun jam segitu, shalat
subuh aja jam 6 pagi
Mohon
yang baca jangan ditiru!!! Peringatan dilarang keras, kalau niru nyentrum
Gue
menarik nafas sampai setengah memenuhi rongga dada, setengahnya lagi pending
dulu...lalu dihembuskan pelan pelan
Ada
perasaan cemas, soalnya tidurnya kecepetan sebelum nanyain dia udah nyampe atau
belum di bandung. Biasa, dia setelah
bertamasya ke jatinangor (nyanyiin pake irama lagu jablay dari titi
kamal)
“Jangan
berkorban demi gue do, hidup lu bukan hanya buat gue, kalau lu ngorbanin job
fair untuk ketemu gue, itu nggak adil buat orang orang yang mengharapin elu,
mak bapak lu misalnya”
Nah ,
ini jawaban kabogoh aing
“Itu
karena gue cinta sama elu”
Jeggeeer,
gue nulis ini lagi ada gledek beneran. Tapi tetap fokus kekata-kata sebelumnya.
Sebenarnya hati gue waktu dia ngomong itu juga kayak kesambar gledek. Untung
nggak badan gue yang kesambar. Syukurlah
Ahh.
Ternyata Cuma pesan singkat
“nyemangatin
cewek gue emang nggak boleh?
Hanya
itu tapi alhamdulillah banget ya ALLAH, ternyata dia baik baik saja dan pasti
dia pulang ke bandung dengan selamat
Gue
jawab sambil menghirup nafas panjang diiringi dengan jari jari yang menyentuh
touchpad keyboard hp
“boleh”
Ada
yang terlintas di benak gue setiap pagi, maksudnya setiap bangun di pagi hari.
Kenapa gue ngomong tiap bangun pagi, ya karena nggak jarang gue tidur pagi
hanya buat chattingan atau telfonan via line dengan dia. Dan nggak jarang juga
gue ketahuan ngorok karena gue sering ketiduran sambil telfonan. Dia hanya
ngomentarin ini tiap gue bangun tidur “lu sih, kalau ngomong sama gue pasti
ketiduran mulu, nggak antusias lu”
Gue
pengen bilang langsung ke syaraf syaraf pendengaranya kalau gue emang lelah
siangnya dan bukan maksudnya kayak gitu! Biar langsung di respon otak
bagian temporalisnya
Tapi ya
sudahlah, semoga dia tau, setiap gue terbangun sebenarnya gue sering berpikir
kalau saat ini ada perasaan seseorang yang musti gue jaga. Itu perasaan seperti
beban dan merupakan buntut dari semua komitmen dan janji janji gue. Asal lu tau
ini yang pertama...
Terima
kasih buat bersedia menjalin hubungan dengan gue
Kembali
lagi ke asisten dosen, iyaaa, gue berangkat jam sepuluh kurang 20 menit dan
sampai tepat jam 10 di depan gedung d2. Nggak ada sapaan pagi untuk anak anak
yang bergelimpangan dan sibuk dengan urusan mereka. Ada beberapa yang becanda,
ngobrol serius, ketawa- ketawa dengan temanya dan untungnya gue nggak
nemuin ada yang ketawa ketawa sendiri. Memang sedikit tidak rapi, tapi bukan
itu yang membuat gue enggan menyapa, tapi emang dasarnya aja gue nggak kenal
sama mereka. Sepertinya angkatan 2013.
2013?
Iya, 2013. Tentunya mereka itu objek dari eksperimen gue nanti sebagai
dosen amatiran. Semoga mereka tak lama lagi bakal kenal dengan gue, sekurang
kurangnya jadi sering liat gue setiap jumat jam satu. Nggak penting mereka
bakal mau hafal nama gue, tapi kalau gue kenal mereka dan merasa mereka adalah
bagian dari gue, gue nggak bakal sungkan sungkan nyapa duluan sambil basa basi.
Bagi gue nggak ada yang namanya senior dan junior, rendah hati itu penting pisan
Ini soal cita cita, Kenapa gue pengen jadi dosen?
Menurut gue dosen itu memiliki kata kata berenergi dan
mengispirasi. Meskipun sebagian orang bilang jika pendidikan bukan modal utama
buat sukses, tapi tetap saja yang namanya belajar itu pasti punya sebuah sumber
yang mengajarkan. Sumbernya itu bisa saja dari buku, media elektronik, orang
yang mengajarkan dan juga pengalaman. Tapi yang paling gue salutkan dari dosen
adalah pengajar universal dan dituntut untuk mengerti kemauan orang yang
diajarkanya.
Kaisar jepang Hirohito pernah nanya kayak gini
“berapa guru yang hidup?”
Itu adalah pertanyaan kaisar jepang seusai bom atom di
jatuhkan di nagasaki dan hirosima. Dan salah satu menteri mempertanyakan
mengapa kaisar hanya menannyakan guru yang hidup
Jawabanya seperti ini
“Tuan-tuan, apabila profesi-profesi yang lain tidak saya
tanyakan, harap Tuan-tuan tidak tersinggung. Saya tahu banyak tentara kita yang
gugur, dan untuk itu kita semua merasa sedih. Mengapa justru yang saya tanyakan
itu berapa guru yang masih hidup di Jepang, ini tak lain karena melalui guru
inilah Jepang akan cepat bangkit kembali.
Hebat
kan? Makanya jangan remehkan orang yang mengajar. Tanpa mereka mungkin banyak
orang orang hebat di dunia ini nggak bakal jadi apa apa. tapi bukan berarti
juga gue menjudge dosen sebagai satu satunya media buat belajar sehingga kalian
jadi ketergantungan pada dosen. Di zaman canggihnya kemajuan teknologi saat
sekarang ini banyak media online yang menyuguhkan metode pembelajaran online,
selain itu juga banyaknya media cetak baru yang mengusung pendidikan, ditambah
lagi seseorang yang hidupnya suka berpetualang coba sana coba sini pasti
nggak asing dengan pengalaman.
Gue
mempunyai mimpi agar ilmu yang gue punya nanti dapat mengispirasi banyak orang.
Ini
quotesnya...
Ilmu itu lebih baik daripada harta. Ilmu menjaga engkau dan
engkau menjaga harta. Ilmu itu penghukum (hakim) dan harta terhukum. Harta itu
kurang apabila dibelanjakan tapi ilmu bertambah bila dibelanjakan.
-Khalifah Ali bin Abi Talib-
-Khalifah Ali bin Abi Talib-
Sampaikanlah kebenaran itu walau hanya satu ayat.
-rasulullah-
jika
kau beri dia segopok uang dia akan mencoba berjalan dan jika kau beri dia
serunut pelajaran dia akan mencoba untuk terbang.
-versi
gue-
Sekian
Komentar
Posting Komentar