LEMBAH
HARAU
1. Gambaran
Umum
1.1.Lokasi
Secara administasi pemerintahan, Cagar Alam Lembah
Harau (termasuk didalamnya taman wisatanya),
terletak di Kecamatan Harau, Kabupaten 50 Kota, dan secara
geografis terletak pada 100o 39’ 10” - 100o 41’ 58” Timur dan 00o 04’ 39” - 00o
11’ 46” Selatan. Dalam administrasi pemerintahan kawasan ini
berada di dua desa, yaitu Desa Harau dan
Desa Tarantang Lubuk Limpato. Lembah
Harau memiliki batas-batas berikut:
a.
bagian utara berbatasan dengan Areal Penggunaan Lain (APL) dan Desa Harau;
b.
bagian timur berbatasan dengan kawasan Hutan Lindung Mahat I;
c.
bagian selatan berbatasan dengan Desa Tarantang Lubuk Limpato; 25
d.
bagian barat berbatasan dengan Dusun Padang Beringin, Desa Tarantang
Lubuk
Limpato.
1.2.Aksesbilitas
Berjarak ± 138 Km dari Padang ±, 47 Km dari
Bukittinggi, sekitar ± 18 Km dari Kota Payakumbuh, dan ±2 Km dari Pusat
Pemerintahan Kabupaten Lima Puluh Kota. Dapat ditempuh dengan kendaraan
pribadi atau umum dengan konsisi beraspal rata dan bagus. Hanya saat mendekati
tiga air terjun disisi kanan pintu masuk, jalan sekitar 200 m belumdiaspal.
Jika menggunakan kendaraan umum dari kota Bukittinggi
di awali dari terminal Aur Kuning. Naik bis jurusan Payakumbuh,
kemudian diteruskan dengan naik bus ke Sari Lama atau Lamaksari. Dari Sari Lama
perjalanan dilanjutkan dengan berjalan kaki sejauh 4 km (sekitar satu jam)
menuju ke pintu masuk cagar alam. perjalanan dapat dilanjutkan dengan kendaraan
umum yang khusus ke Lembah Harau, atau dapat naik angkutan umum ke Pangkalan
atau ke Pakan Baru dan turun di Sari Lamak yang merupakan Ibu Kota Kabupaten
Lima Puluh Kota
1.3. Status
Menurut
prasasti yang terdapat di lokasi air terjun Serasah Bunta, kawasan Lembah Harau dibuka pertama kali pada tanggal
14 Agustus 1926 oleh Asisten Residen 50
Kota yang bernama BO. Weirkein bersama dengan Tk. Laras Dt. Kuning Nan Hitam dan Asisten Damang Dt.
Kondoh Nan Hitam. Kawasan ini dibangun
berdasarkan Besluits Van Der Gouverneur General Van Netherlanch Indie No. 15 Stbl 24 tahun 1933 tanggal 10
Januari 1933 dengan status Nature
Reserve (cagar alam) seluas 298 ha. Kemudian berdasarkan Surat
Keputusan Menteri Pertanian
No.478/Kpts/Um/8/1979 tanggal 02 Agustus 1979 sebagian kawasan Cagar Alam (CA) Lembah Harau
dialihkan fungsinya menjadi Taman Wisata
Alam (TWA) Lembah Harau. Luas CA Lembah Harau adalah 270,5 ha, sedangkan luas
TWA Lembah Harau adalah 27,5 ha (10,2%).
TWA Lembah Harau berada dalam kawasan CA
Lembah Harau.
Dalam
Rencana Pengelolaan CA Lembah Harau tahun 2000 oleh BKSDA, kawasan Lembah Harau
dibagi menjadi dua blok, yaitu blok inti dan blok rimba. Blok inti adalah
kawasan yang kondisinya masih utuh dan asli dan blok rimba adalah kawasaan yang
dapat mengakomodasi kegiatan pengelolaan dan pemanfaatan. Kedua blok ini belum
teridentivikasi secara keseluruhan. Daerah yang telah diidenfikasi oleh BKSDA
adalah sebagai berikut:
1 blok inti, yaitu bagian utara di sekitar Bukit
Simalokama hingga bagian selatan di sekitar Batang Sarasah Aka Barayun dan
bagian barat di daerah Bukit Jambu;
2
blok rimba, yaitu TWA Lembah Harau dan daerah jalan perlintasan masyarakat.
1.4.Topografi
Lembah Harau diapit dua bukit cadas terjal
dengan ketinggian mencapai 150 meter. Lembah Harau .dilingkungi batu pasir yang
terjal berwarna-warni, dengan ketinggian 100 sampai 500 meter. Topografi Cagar
Alam Harau adalah berbukit-bukit dan bergelombang. Tinggi dari permukaan laut
adalah 500 sampai 850 meter, bukit tersebut antara lain adalah Bukit Air Putih,
Bukit Jambu, Bukit Singkarak dan Bukit Tarantang. Tebing-tebing granit yang
menjulang tinggi dengan bentuknya yang unik mengelilingi lembah. Tebing-tebing
granit yang terjal ini mempunyai ketinggian 80 m hingga 300 m.
Lembah
Harau di Kecamatan Harau, Kabupaten Lima Puluh Kota, Provinsi Sumatera
Barat.(sumber: http://travel.kompas.com/)
1.5.Fasilitas
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lima Puluh Kota telah membangun, gerbang masuk, pondok wisata,
kolam renang, taman bermain anak, sepeda
air, gazebo, kios makanan/souvenir, toilet/kamarganti, mushola, dan
parkir.Pengelola dengan bantuan pihak swasta dari kawasan lembah harau sendiri
telah menyediakan berbagai fasilitas untuk penginapan. Tersedia pondok kecil dan Rumah Gadang di dasar
lembah untuk tempat menginap. Harga sewa kamar semalam bervariasi, mulai dari
Rp 50.000,- hingga Rp 2 juta per malamnya. Bagi para peminat olah raga panjat
tebing, disediakan pemandu yang akan membimbing untuk melakukan olah raga
tersebut.
Juga
tedapar warung-warung kecil yang menjual makanan dan minuman.
Di sini, tersedia fasilitas rekreasi seperti kolam pemandian, tempat berkemah, dan jalan setapak untuk hiking keliling kawasan. Harga tanda masuk relatif murah. Di loket penjualan karcis, akan mendapatkan peta kawasan cagar alam dan suaka margasatwa Lembah Harau. Bila membutuhkan penunjuk jalan, kita juga bisa menggunakan jasa tenaga guide yang yang dibayar harian.
Di sini, tersedia fasilitas rekreasi seperti kolam pemandian, tempat berkemah, dan jalan setapak untuk hiking keliling kawasan. Harga tanda masuk relatif murah. Di loket penjualan karcis, akan mendapatkan peta kawasan cagar alam dan suaka margasatwa Lembah Harau. Bila membutuhkan penunjuk jalan, kita juga bisa menggunakan jasa tenaga guide yang yang dibayar harian.
1.g.Kawasan
objek wisata (Taman Wisata Alam)
Cagar alam Lembah harau sendiri mempunyai tempat taman wisata alam (TWA)
yang terbagi atas 3 wilayah yaitu:
a.
Kawasan Aka Barayu
b.
Sarasah Bunta,
c.
Rimbo Piobang.
Berikut ini penjelasan dari masing masing
kawasan tersebut
. Kawasan
aka barayu
Di kawasan Aka
Barayun terdapat 1 air terjun yang dilengkapi kolam renang. Tinggi air terjunya
sekitar 80 meter. Kawasan ini berpotensi untuk pengembangan olah raga panjat
tebing karena memiliki bukit batu yang terjal dan juga mempunyai lokasi yang bisa
memantulkan suara (echo). Disini juga terdapat fasiltas penginapan berupa
homestay yang bisa dimanfaatkan wisatawan yang ingin menginap lengkap dengan
fasilitasnya. Selain itu disini juga terdapat kebun binatang dan tempat
penangkaran kupu kupu. Konon Sarasah Aka Barayun dari legenda dalam masyarakat
yang berada di sekitarnya Cagar Alam Lembah Harau dulunya adalah Laut.
Air terjun di kawasan aka
barayun(sumber: http://www.driau.com/)
.
Kawasan Sarasah Bunta
Untuk
kawasan Sarasah Bunta yang terletak disebelah timur Aka Barayun, memiliki empat
air terjun (sarasah) Aie Luluih, Bunta, Murai dan Aie Angek.
Sarasah Aie Luluih, air yang mengalir melewati dinding batu dan
dibawahnya mempunyai kolam tempat mandi alami yang asri, dari cerita dari orang
tua-tua dulu, ada kepercayaan mandi atau membasuh muka di sarasah aie luluih
dapat mengobati jerawat dan muka akan terlihat cantik dan awet muda (kearifan
lokal). Sarasah Bunta dimana sarasah ini mempunyai air terjunnya yang
berunta-unta indah seperti bidadari yang sedang mandi apabila terpancar sinar
matahari siang sehingga dinamakan “Sarasah Bunta” . Sarasah Murai , pada
sarasah ini sering pada siangnya burung murai mandi sambil memadu kasih
sehingga masyarakat menamakan “Sarasah Murai”.
Tiap-tiap air terjun tersebut memiliki keistimewaan tersendiri.Misalnya Air
Terjun Sarasah Aie Luluih mengalir di sisi dinding batuan, dengan kolam yang masih
sangat alami di bagian dasarnya. Sedangkan saat menjelang siang, Air Terjun
Sarasah Bunta akan terlihat sangat cantik ketika diterpa sinar matahari. Di Air
Terjun Sarasah Murai kita bisa menikmati keindahan Burung Murai di sela-sela
rerimbunan pohon, beserta merdu kicauannya. Di Air Terjun Sarasah Aie Angek
ini, kita bisa menikmati keindahan sekaligus kehangatan airnya. Karena air
terjun ini memiliki satu keunikan, yaitu suhu air yang cukup hangat.
. Rimbo Piobang
Sedangkan pada kawasan Rimbo Piobang sampai akhir
tahun 2008 belum berkembang karena direncanakan untuk Taman Safari.
2.
Potensi Ekowisata
2.1.Ekowisata
Untuk Para Wisatawan Minat Khusus
Wisata
minat khusus (Special Interest Tourism) merupakan bentuk kegiatan
dengan wisatawan individu, kelompok atau rombongan kecil yang bertujuan untuk
belejar dan berupaya mendapatkan pengalaman tentang suatu hal di daerah yang
dikunjungi (Fandeli, 2002:107). Sedangkan Ekowisata menurut Weaver (2001) adalah suatu bentuk wisata yang membantu
perkembangan belajar berupa pengalaman
dan penghargaan terhadap lingkungan ataupun sebagian komponennya di
dalam konteks budaya yang berhubungan.
Melalui pembelajaran, pengunjung akan lebih
mengenal alam sehingga meningkatnya kepedulian terhadap lingkungan di
sekitar.
Ekowisata untuk minat khusus menurut Fandeli (1992:107) dapat
terfokus pada :
- Aspek budaya, misalnya tarian/musik/seni
tradisional, kerajinan, arsitektur, pola tradisi masyarakat, aktivitas
ekonomi yang spesifik, arkeologi dan sejarah.
- Aspek alam, berupa kekayaan flora fauna, gejala
geologi, keeksotikan taman nasional, hutan, suangai, air terjun, pantai,
laut dan perilaku ekosistem tertentu
Berikut ini penjelasan kedua
aspek tersebut:
1. Aspek budaya
Hal yang bisa
dinikmati para wisatawan minat khusus dalam bidang budaya di kawasan harau
adalah sebagai berikut
a.
kegiatan Pacu
Jawi alias balap kerbau.
Kalau
di tempat lain di Indonesia, joki kerbau biasanya menunggangi kerbau atau
memiliki semacam tempat berpijak pada saat berlomba, di daerah harau dan
sekitarnya joki kerbau ikut berlari dengan bantuan tali yang ditambatkan
pada kerbau
b. kesenian tradisional
Suguhan atraksi budaya berupa pagelaran tari dan lagu
serta atraksi seni lainnya seperti randai, saluang, rabab, selawat dulang,
‘talempong konvensional’, talempong
botuang dan sebagainya.
c. Makanan tradisional
Salah
satu contohnya adalah Galamai. Bagi pencinta panganan tradisional, di Payakumbuh khususnya di kawasan
lembah harau ini bisa ditemukan cemilan
tersebut. Masyarakat setempat menyebutnya dengan ‘galamai’, panganan sejenis
dodol yang terasa legit saat digigit. Selain itu juga ada batiah. Batiah
sendiri merupakan makanan semacam rengginang
2. Aspek
Alam
Pada kawasan harau
terdapat berbagai objek yang mendukung untuk para wisatawan minat khusus.
Contohnya adalah:
a. Pengamatan satwa
Bagi
wisatawan minat khusus yang ingin mengamati satwa, di kawasan aka berayun telah
disediakan kebun binatang mini. Selain
itu bagi wisatawan minat khusus yang ingin berpetualang sambil melakukan mammals watching langsung dari alamnya,hal tersebut juga
tersedia disini. Berdasarkan data dari tim unit konservasi alam, lembah harau
memiliki beragam spesies mamalia yang sebagianya merupakan spesies endemik.
Spesies mamalia yang dapat ditemukan di lembah harau adalah sebagai berikut:
Selain itu, terdapat
beberapa jenis burung yang dapat menjadi objek bagi mereka yang bertujuan
pengamatan burung. Khususnya pada sarasah murai pengunjung bisa melihat murai
yang sedang bermain air. Fasilitas yang disediakan pengelola adalah menara
pengamatan untuk birdwaching di dekat Sarasah Murai. Beberapa Jenis burung pada kawasan ini adalah sebagai
berikut:
Sumber
gita dkk, 2012
Lembah
harau memiliki berbagai macam- macam spesies kupu kupu. Bagi pecinta kupu kupu
dan para wisatawan minat khusus yang datang ke harau, di kawasan aka barayun terdapat tempat penangkaran kupu-kupu. Berikut ini beberapa spesies kupu kupu yang ditemukan di
kawasan cagar alam harau
b. Olahraga
Panjat tebing
Kombinasi batuan kapur dan granit dengan jalur
pemanjatan tegak lurus membuat pecinta olahraga panjat tebing nasional maupun
internasional beramai-ramai mengunjungi Lembah Harau untuk alasan tersebut(http://www.climbing.com/www.rockclimbing.com). Bahkan beberapa pemanjat tebing dunia menyamakan
tebing-tebing Lembah Harau dengan tebing-tebing Yosemite National Park milik
Amerika. Tebing-tebing Harau kabarnya banyak melahirkan atilt-atlit panjat
tebing dari Provinsi Sumatera Barat.
Untuk
panjat tebing sendiri, harau telah menyediakan jasa pemanjat tebing profesional
untuk memandu pemula yang ingin memanjat tebing. Beberapa nama-nama jalur
pemanjatan yang cukup popular diberi nama antara lain; Jalur Liang Limbek,
Jalur Cukia, Jalur Biadab (terbagi beberapa jalur), Jalur Suduik manih
dan sebagainya. Tempat ini memang rumahnya para pemanjat.
Kegiatan panjat
tebing
c. Hiking dan camping
Dikawasan harau di sediakan jalan setapak
untuk pecinta hiking dan fasilitas berkemah oleh pengelola
2.1.
Masalah Dan Solusi Dari Penulis Untuk Lembah Harau
Berbagai masalah
timbul di kawasan lembah harau ini
seperti:
a.
TWA Lembah Harau memiliki potensi pasar tetapi kurang dalam pengelolaan
karena kurangnya partisipasi masyarakat;
b. kelestarian lingkungan mulai
terganggu karena kurangnya pengelolaan, konservasi, dan kesadaran lingkungan
masyarakat maupun Pemda (Dinas Kebudayaan dan Pariwisata);
c. pengelolaan yang buruk akibat tidak
adanya partisipasi masyarakat di dalam kawasan.
Solusi yang penulis tawarkan adalah:
a.
Kurangnya
pengelolaan dari masyarakat dapat ditumbuhkan jika mereka benar benar terlibat
di dalamnya tampa harus meninggalkan pekerjaan mereka sebelumnya. misalnya
kawasan harau memiliki potensi lain seperti daerah persawahan yang luas. para
petani tersebut bisa saja ikut serta berpartisipasi dalam menarik wisatawan misalnya
dengan memasukan kegiatan mereka sebagai agenda kegiatan berwisata. Wisatawan
bisa beramai ramai memperhatikan dan mencoba bagaimana proses bertani. Pada
musim panen wisatawan juga bisa terlibat didalamnya.
b.
Kelestarian
lingkungan yang mulai terganggu karena kurangnya kesadaran dari berbagai pihak
tentang besarnya potensi kawasan ini. banyaknya kasus penebangan hutan tidak
terlepas dari kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya mengelola kawasan
wisata. Seharusnya pemerintah lebih aktif menyadarkan warganya jika tempat
wisata tersebut bukan saja untuk meraup keuntungan dari satu pihak tetapi juga
menjaga agar ekosisten sekitarnya seimbang
c.
Pengelolaam
yang buruk karena kurangnya partisipasi masyarakat, mungkin disebabkan
kurangnya sosialisasi. Pengelolaan yang baik bisa dilakukan dengan melibatkan
anggota masyarakat untuk menjadi tour guide dan pedagang sehingga timbul
kesadaran dari masyarakat sekitar (pelaku langsung) untuk menjaga dan merawat
sumber mata pencarian mereka
d.
Masyarakat
seharusnya dapat lebih bersosialisasi lagi dnegan wisatawan sehingga tercipta
hubungan baik. Masyarakat bisa menyediakan rumah mereka sebagai tempat
penginapan bagi wisatawan. Selain itu mereka harus lebih gencar dalam
mempromosikan usaha usaha kerajinan atau industri makanan mereka sebagai tempat
berkunjungnya para turis yang penasaran terhadap proses pengolahanya.
DAFTAR PUSTAKA
Ismet. Yogi. 2011. Konsep Pengembangan Lanskap Berbasis
Ekowisata Di Kawasan Taman Wisata Alam Lembah Harau, Sumatera Barat. Departemen Arsitektur Lanskap Fakultas
Pertanian Institut Pertanian Bogor
Sari Gita Herliza, Dahelmidan
Novarino, Wilson . 2012. Jenis-Jenis
Burung di Kawasan Cagar Alam Lembah Harau Sumatera Barat. Jurnal Biologi Universitas Andalas (J. Bio.
UA.)
Komentar
Posting Komentar