CEKAMAN
2.1.
Cekaman
Cekaman adalah segala kondisi perubahan
lingkungan yang mungkin akan menurunkan atau merugikan pertumbuhan atau perkembangan tumbuhan. Sebagai bagian
dari ekofisiologi, bidang ini dinamakan fisiologi cekaman. Levis (1980) mengemukakan
bahwa cekaman biologis ialah segala perubahan kondisi lingkungan yang mungkin
akan menurunkan atau merugikan pertumbuhan atau perkembangan tumbuhan ( fungsi
normalnya ). Levit (1980) membedakan antara penghindaran dan toleransi
(ketahanan terhadap faktor pencengkaman tertentu).
2.2.
Cekaman Air
2.2.1
Pengertian
Faktor air dalam
fisiologi tanaman merupakan faktor utama yang sangat penting. Tanaman tidak
akan dapat hidup tanpa air, karena air adalah matrik dari kehidupan, bahkan
makhluk lain akan punah tanpa air. Kramer menjelaskan tentang betapa pentingnya
air bagi tumbuh-tumbuhan; yakni air merupakan bagian dari protoplasma (85-90%
dari berat keseluruhan bahagian hijau tumbuh-tumbuhan (jaringan yang sedang
tumbuh) adalah air. Selanjutnya dikatakan bahwa air merupakan reagen yang
penting dalam proses-proses fotosintesa dan dalam proses-proses hidrolik.
Disamping itu juga merupakan pelarut dari garam-garam, gas-gas dan
material-material yang bergerak kedalam tumbuh tumbuhan, melalui dinding sel
dan jaringan esensial untuk menjamin adanya turgiditas, pertumbuhan sel,
stabilitas bentuk daun, proses membuka dan menutupnya stomata, kelangsungan
gerak struktur tumbuh-tumbuhan. Kemampuan tanaman untuk menyerap air tersedia
tergantung pada jenis tanaman dan profil tanah yang dapat dijangkau oleh akar.
Kisaran air tanah tersedia bagi tanaman merupakan air yang terikat antara
kapasitas lapang (pF 2,54) dan titik layu permanen (pF 4,2) yang besarnya
bervariasi tergantung pada tekstur tanah, yaitu semakin halus tekstur tanah
semakin besar kisarannya (Hakim et. al. 1986).
2.2.2.
Pengaruh Cekaman Air
Pengaruh cekaman
air terhadap pertumbuhan tanaman tergantung pada tingkat cekaman yang dialami
dan jenis atau kultivar yang ditanam. Pengaruh awal dari tanaman yang mendapat
cekaman air adalah terjadinya hambatan terhadap pembukaan stomata daun yang
kemudian berpengaruh besar terhadap proses fisiologis dan metabolisme dalam
tanaman (Penny- Packer, et al., 1990).
Cekaman air
berpengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap tanaman. Gardner et al. (1985)
menyatakan bahwa cekaman air mempengaruhi semua aspek pertumbuhan tanaman,
termasuk proses fisiologis dan biokimia tanaman serta menyebabkan terjadinya
modifikasi anatomi dan morfologi tanaman.
Pengaruh dari cekaman
air terhadap tanaman adalah sebagai berikut:
1. Pengaruh
Cekaman Kelebihan Air
Dampak genangan air adalah menurunkan pertukaran gas antara tanah dan
udara yang mengakibatkan menurunnya ketersediaan O2 bagi akar, menghambat pasokan O2 bagi akar dan mikroorganisme
(mendorong udara keluar dari pori tanah maupun menghambat laju difusi).
Genangan berpengaruh terhadap proses fisiologis dan biokimiawi antara lain
respirasi, permeabilitas akar, penyerapan air dan hara, penyematan N. Genangan
menyebabkan kematian akar di kedalaman tertentu dan hal ini akan memacu
pembentukan akar adventif pada bagian di dekat permukaan tanah pada tanaman
yang tahan genangan. Kematian akar menjadi penyebab kekahatan N dan cekaman
kekeringan fisiologis (Staff Lab Ilmu Tanaman, 2008).
2.
Pengaruh Terhadap Cekaman Kekurangan Air
Secara umum tanaman
akan menunjukkan respon tertentu bila mengalami cekaman kekeringan. Staff Lab
Ilmu Tanaman (2008) mengemukakan bahwa cekaman
kekeringan dapat dibagi ke dalam tiga kelompok yaitu:
a.
Cekaman
ringan :jika potensial air daun menurun 0.1 Mpa atau kandungan air nisbi
menurun 8 – 10 %
b.
Cekaman
sedang: jika potensial air daun menurun 1.2 s/d 1.5 Mpa atau kandungan air
nisbi menurun 10 – 20 %
c.
Cekaman
berat: jika potensial air daun menurun >1.5 Mpa atau kandungan air nisbi
menurun > 20%
Dampak dari cekaman kekurangan air
a. Menurunya Pembelahan Sel
Ritche (1980)
menyatakan bahwa proses yang sensitif terdapat kekurangan air adalah pembelahan
sel. Hal ini dapat diartikan bahwa pertumbuhan tanaman sangat peka terhadap
defisit (cekaman) air karena berhubungan dengan turgor dan hilangnya turgiditas
dapat menghentikan pembelahan dan pembesaran sel yang mengakibatkan tanaman
lebih kecil. Sebelumnya Whigham dan Minor (1978), telah melaporkan bahwa pengaruh
cekaman air pada pertumbuhan tanaman dicerminkan oleh daun-daun yang lebih
kecil.
b. Menurunya Proses Fotosintesis
Menurunnya
aktivitas fotosintesis akibat menutupnya stomata daun dan berkurangnya jumlah
CO2 yang berdifusi ke dalam daun juga telah dilaporkan oleh Sutoro, et al., (1989)
pada tanaman jagung cekaman air yang lebih tinggi (KATT rendah) berkaitan
dengan menurunnya aktivitas fotosintesis. Tanaman yang mengalami cekaman air
stomata daunnya menutup sebagai akibat menurunnya turgor sel daun sehingga
mengurangi jumlah CO2 yang berdifusi ke dalam daun. Kecuali itu dengan
menutupnya stomata, laju transpirasi menurun sehingga mengurangi suplai unsur
hara dari tanah ke tanaman, karena traspirasi pada dasarnya memfasilitasi laju
aliran air dari tanah ke tanaman, sedangkan sebagian besar unsur hara masuk ke
dalam tanaman bersama-sama dengan aliran air (Kramer, 1972). Menurunya proses
fotosintesis dapat berakibat pada menurunya pertumbuhan pada tanaman.
c. Kandungan Prolin Bebas
Kandungan prolin
bebas pada tanaman kedelai kultivar Willis dan Tidar meningkat dengan
meningkatnya tingkat cekaman air (kadar air tanah tersedia rendah). Pada
kultivar Willis kandungan prolin bebas mulai meningkat pada tingkat cekaman air
60% KATT. Demikian juga dengan kultivar Tidar, bahkan sampai pada tingkat
cekaman air yang paling ekstrim (40% KATT) kandungan prolinnya nyata lebih
tinggi dari kandungan prolin kultivar Willis (penelitian Mepegau, 2006)
Meningkatnya
kandungan prolin bebas pada tingkat cekaman air tinggi (% KATT rendah)
disebabkan oleh meningkatnya akumulasi prolin bebas pada daun sebagai sumber
energi pada proses oksidasi tanaman jika karbohidratnya rendah. Fungsi prolin
bebas adalah sebagai penyimpan karbon dan nitrogen selama cekaman air, karena
pada saat itu sintesis
karbohidrat terhambat (Hanson, et al., 1977).
Laju sintesis prolin yang terjadi melalui lintasan glutamat bisa
meningkat sepuluh kali lipat pada kultur sel tomat yang adaptif
terhadap cekaman kekeringan (Rhodes, et al., 1986). Selanjutnya
Aspinal dan Paleg (1981) mengemukakan bahwa akumulasi prolin
diduga berhubungan dengan kemampuan prolin bertindak sebagai
osmoregulator, sebagai agen pelindung bagi enzim-enzim membran.
d. Hasil
Biji Kering
Menurut Pramono et
al. (1993) pengaruh kekurangan air yang terjadi pada fase generatif lebih
menekan hasil dibandingkan bila kekurangan air yang terjadi pada fase
vegetatif. Selanjutnya Zen et. al. (1993) menambahkan bahwa kekurangan
air pada fase pembungaan kedelai akan menyebabkan gagalnya pembentukan polong.
Hasil biji kering
per tanaman menurun dengan meningkatnya tingkat cekaman air. Pada kultivar
Willis penurunan hasil biji kering mulai terjadi pada tingkat cekaman 60% KATT,
sedangkan pada kultivar Tidar penurunan hasil tersebut baru terjadi pada
tingkat cekaman air 40% KATT (Mepegau, 2006). Menurut Slatyer (1971) hasil
tanaman serealia (biji-bijian) ditentukan oleh fotosintesis yang terjadi
setelah pembungaan. Hal ini berarti bahwa hasil biji kering tanaman termasuk
kedelai bergantung pada fotosintat yang tersedia dan distribusinya, khususnya
selama fase pengisian biji. Dengan demikian lebih lanjut dapat diartikan bahwa
menurunnya hasil biji kering tanaman kedelai pada tingkat cekaman air yang
lebih tinggi (KATT rendah) terjadi karena jumlah fotosintat yang tersedia dan
distribusinya ke dalam biji berkurang. Sejalan dengan hal ini Harnowo (1993)
mengemukakan bahwa cekaman air menghambat fotosintesis dan distribusi asimilat
ke dalam organ reproduktif. Sebelumnya Ritche (1980) menemukan bahwa proses
pengisian biji dan translokasi fotosintat sangat sensitif terhadap cekaman air.
Karena itu dapat mengurangi bobot biji kering.
d.
Kematian Pada Tanaman
Defisiensi air yang
terus menerus akan menyebabkan perubahan irreversibel (tidak dapat balik) dan
pada gilirannya tanaman akan mati (Haryati, 2008).
2.2.3. Cara mengatasi cekaman pada tumbuhan
a.
Respon
stomata
Tumbuhan merespon
kekurangan air dengan mengurangi laju transpirasi dengan cara menutup stomata.
Kekurangan air juga merangsang peningkatan sintesis dan pembebasan asam absisat
dari sel-sel mesofil daun. Hormon ini membantu mempertahankan stomata tetap
tertutup dengan cara bekerja pada membrane sel penjaga. Daun juga berespon
terhadap kekurangan air dengan cara lain. Karena pembesaran sel adalah suatu
proses yang tergantung pada turgor, maka kekurangan air akan menghambat
pertumbuhan daun muda. Respon ini meminimumkan kehilangan air melalui
transpirasi dengan cara memperlambat peningkatan luas permukaan daun. Ketika
daun dari kebanyakan rumput dan kebanyakan tumbuhan lain layu akibat kekurangan
air, mereka akan menggulung menjadi suatu bentuk yang dapat mengurangi
transpirasi dengan cara memaparkan sedikit saja permukaan daun ke matahari
(Campbell, 2003).
b.
Perakaran
Kedalaman
perakaran sangat berpengaruh terhadap jumlah air yang diserap. Pada umumnya
tanaman dengan pengairan yang baik mempunyai sistem perakaran yang lebih
panjang daripada tanaman yang tumbuh pada tempat yang kering. Rendahnya kadar
air tanah akan menurunkan perpanjangan akar, kedalaman penetrasi dan diameter
akar (Haryati, 2006). Hasil penelitian Nour dan Weibel tahun 1978 menunjukkan
bahwa kultivarkultivar sorghum yang lebih tahan terhadap kekeringan, mempunyai
perkaran yang lebih banyak, volume akar lebih besar dan nisbah akar tajuk lebih
tinggi daripada lini-lini yang rentan kekeringan (Goldsworthy dan Fisher, dalam
Haryati, 2006).
c.
Mengeluarkan Zat Metabolit
Senyawa biokimia yang dihasilkan
tanaman sebagai respon terhadap kekeringan dan berperan dalam penyesuaian osmotik
bervariasi, antara lain gula-gula, asam amino, dan senyawa terlarut yang
kompatibel. Senyawa osmotik yang banyak dipelajari pada toleransi tanaman
terhadap kekeringan antara lain prolin, asam absisik, protein dehidrin, total
gula, pati, sorbitol, vitamin C, asam organik, aspargin, glisin-betain, serta
superoksida dismutase dan K+ yang bertujuan untuk menurunkan potensial osmotik
sel tanpa membatasi fungsi enzim (Sinaga, 2008).
2. 3 Cekaman Suhu
Cekaman terhadap suhu terbagi 2 yaitu:
A. Cekaman Terhadap Suhu Tinggi
Pengaruh cekaman terhadap suhu tinggi terhadap tumbuhan adalah sebagai
berikut:
Levitt
(1972) dan Wahid et al. (2007) menyebutkan bahwa cekaman suhu tinggi
pada tanaman secara umum berpengaruh terhadap proses fisiologis, seperti
fotosintesis, respirasi, kandungan air, dan stabilitas membran. Dampak dari
cekaman suhu tinggi:
1.
Membran
sel
Membran sel adalah bagian terluar sel yang membatasi isi sel dengan
bagian luar. Membran sel disusun oleh senyawa-senyawa lemak dan
protein. Membran sel berperan dalam transport berbagai molekul secara
aktif dan pasif. Fluiditas membran ditentukan oleh kandungan asam lemak
jenuh. Menurut Yul-Sung, et al. (2003), membran sel adalah target dari perubahan
suhu yang ekstrim. Sel-sel yang mengandung asam lemak tidak
lebih sedikit lebih toleran suhu terhadap suhu tinggi. Iba (2006)
melaporkan bahwa peningkatan kadar asam lemak trienoik dalam membrane
dapat meningkatkan toleransi tanaman terhadap cekaman suhu tinggi.
Cekaman suhu tinggi merusak membran sel dengan cara mengubah komposisi
dan struktur kimia membran. Identifikasi dan skrining toleransi tanaman
terhadap berbagai cekaman abiotik, termasuk suhu tinggi, berdasarkan stabilitas
membran sel dengan indikator kebocoran elektrolit (electrolyte leakage
bioassay) telah dilakukan pada berbagai komoditas (Alsadon et al. 2006,
Arvin & Donnelly 2008, Collado et al. 2010, Syarifi et al. 2012).
Menurut Rana et
al. (2011), intensitas kerusakan membran sel < 40% dikategorikan ke
dalam sifat toleran. Penyusun utama membran sel ialah fosfolipid dan protein,
yang berfungsi tidak hanya melindungi sel dan organela-organela dalam sel,
tetapi juga mendukung fungsi sel. Suhu tinggi menyebabkan penurunan kekentalan
membran lipid dan peningkatan denaturasi protein (Wahid et al. 2007).
Akibatnya, permeabilitas membran sel meningkat dan fungsi seluler terganggu.
Adapun genotip yang pada kondisi cekaman suhu tinggi memiliki persentase
kerusakan yang rendah, berarti membran selnya relatif stabil, dan dapat
melindungi fungsi seluler di dalamnya.
2.
Penurunan
proses fotosintesis
Salah satu proses fisiologis yang sangat
sensitif terhadap suhu tinggi ialah fotosintesis. Cekaman suhu tinggi
menyebabkan penurunan kandungan total klorofil daun pada mentimun, gandum, dan creeping
bentgrass akibat penurunan biosintesis klorofil (Tewari & Tripathy
1998, Liu & Huang 2000, Balouchi 2010). Penurunan kandungan klorofil daun
menyebabkan penurunan laju fotosintesis pada tanaman kentang dan gandum (Aien et
al. 2011, Almeselmani et al. 2012), sedangkan laju fotosintesis
optimum tanaman kentang terjadi pada suhu 24°C (Timmlin et al. 2006).
3.
Kematian
pada tumbuhan
Tabel Suhu
panas mematikan pada beberapa tumbuhan
b. Cekaman Suhu Rendah
Suhu yang mendinginkan
adalah suhu yang terlalu rendah untuk pertumbuhan normal tetapi tidak cukup
rendah bagi es untuk terbentuk. Secara tipikal, jenis tropis dan subtropis
rentan terhadap cedera dingin. Diantara tanaman budidaya, jagung, kacang Phaseolus, padi, tomat, mentimun, ubi
jalar, dan kapas adalah sensitif terhadap pendinginan. Passiflora, Coleus, dan Gloxinia
adalah contoh tanaman ornamental yang rentan.
Ketika tumbuhan tumbuh pada suhu yang relatih hangat (25 – 350C)
adalah dingin pada suhu 10 – 150C, cedera pendinginan terjadi;
pertumbuhan melambat, perubahan warna atau bercak kerusakan terlihat pada daun,
dan tajuk kelihatan rebah lembek basah seperti kalau direndam dalam air untuk
waktu yang lama. Kalau akar juga kedinginan, tumbuhan mungkin layu.
Jenis yang umumnya sensitif terhadap pendinginan dapat memperlihatkan variasi
yang cukup besar dalam responnya terhadap suhu yang mendinginkan. Adaptasi
genetik pada suhu yang lebih dingin terkait dengan elevasi tinggi memperbaiki
resistensi terhadap pendinginan. Disamping itu resistensi sering bertambah
apabila tumbuhan itu dikeraskan dulu ( diaklimasi) dengan memaparkan pada suhu
dingin, tetapi tidak mencederai. Kerusakan karena pendinginan dengan demikian
dapat diminimumkan apabila pemaparannya lambat dan gradual. Pemaparan yang tiba-tiba
pada suhu dekat 00C, disebut kejutan dingin, menaikkan peluang
cedera besar sekali.Cedera beku, sebaliknya terjadi
pada suhu dibawah titik beku air. Induksi penuh agar toleran terhadap pembekuan,
seperti terhadap dingin, memerlukan periode aklimasi pada suhu dingin.
Assalamualaikum, salam sejahtera sebelumnya.
BalasHapusUntuk sitasi tulisan tentang cekaman air, apakah ada daftar pustakanya? Terimakasih