Catatan kecil jumat malam pukul 23 lewat 28 menit ,11 april 2014


Aku ingin menuliskan ini seperti seseorang yang sedang jatuh cinta, karena aku sadar aku telah lupa bagaimana rasanya. Aku tak mengerti lagi, tapi tetap saja bayanganmu masih tersisa kang, di relung batin, saat aku ingin membuang semuanya. Tapi aku tahu yang sedang aku buang itu tak akan ada habisnya. Dia hidup di hati dan tak akan pernah mati.

Setiap pagi aku ingin mengucapkan selamat pagi pada sesosok mentari yang tersembunyi. Ya dia adalah seberkas sinar yang selalu tampak malu malu di ufuk perasaan ku yang akan eksis ketika hujan, senja atau malam hari yang sepi . Kamu pasti masih ingat bagaimana aku, sifatku, keluh kesahku, hatiku, bahkan janji janjiku itu dulu. Saat kita masih bersatu, saat semuanya masih memulai, aku hanya tahu jika perasaan itu indah sebelum semuanya itu adalah kenangan.
Setiap siang aku ingin sekali menatap wajahmu meski hanya lewat dunia maya. Dunia maya yang membesarkan kita, menggadang gadangkan cinta meski kita nggak pernah kenal persis satu sama lain. Siapa keluarga kamu, masa lalu kamu, sahabat sahabatmu , cita citamu,aku tak pernah tahu. Begitu juga kamu , tak pernah mengenal aku dengan sempurna, tapi kita dulu masih punya kata saling percaya yang membuatku seringkali membatin, apakah ini nyata, jika bermimpi tolong bangunkan aku, ya, aku ingin bangun disaat senja

Sebentar ini senja, dan aku terbangun dengan kondisi terluka. Aku benci setiap kerinduan yang ada. Aku akan menggenggam kemarau pada musim ini, sama seperti saat kau mengeluhkan padaku jika musim panas di jepang itu panas sekali.  Jikalau dimusim kemarau ini hujan aku ingin hanyut bersama butiran air seperti yang elly sering ibaratkan. Aku selalu merindukanmu, walau aku tahu jika itu akan menjadi sia sia. Aku sudah tidak bisa lagi mencari jalan bagaimana semuanya kembali, aku jatuh dalam sekali

Sekarang udah malam, tidurlah, konbanwa, bergelutlah dengan apa yang ingin kau dapatkan, semoga di kabulkan. Aku mendoakanmu, semoga bahagia.

Untuk aku, kayaknya aku harus belajar bagaimana mengucapkan kesakitan itu, menuangkan air mata itu, merelakan dia pergi untuk seseorang yang lebih baik dari aku. Keiklasan itu manis meski kadang seperti pisau yang menancap hulu hati. Kesakitan itu tak akan abadi, karena cinta telah mengaburkannya menjadi pecahan kaca yang diterpa cahaya. Terang dan menyilaukan


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sistem Saraf Pada Ikan

Filosofi barang antik