coretan setahun yang lalu
Hari ini gue belajar tentang keikhlasan, tentang kerasnya
perasaan, tentang setianya kaki menopang meski batu batu tajam menghajar. Begitu
panjangnya perjalanan, dari seorang koordinator yang gue segani; Barkah
“senang itu akan membosankan jika lu nggak pernah merasakan
bagaimana rasanya bersedih” tambah elly
Untuk teman sekaligus saingan gue yang paling baik, tika, yang sabar ya, semoga almarhumah tenang disinya. Lagi lagi gue
belajar dari dia,kalau sebenarnya hidup itu adalah bagaimana kita bisa
merancangnya suatu keadaan yang baik
baik saja meski hantaman datang silih berganti, air mata memang tak akan ada
habisnya, tapi manusia hanya bisa menahan dengan dada yang sesak , lalu
tersenyum” i am ok, and i am fine”
setelah kejadian ini, hal yang pertama gue pikirkan adalah tentang mak gue, tipah sayang mak, tuhan jangan ambil mak sebelum saya sukses. Mau ngumpulin
duit untuk beli darmawan, biar kulit mak cantik dan kencang lagi
Mak itu grafitasi dalam hidup gue, oasis di padang pasir
yang luas, pelita di dalam pekatnya kegelapan, mak selalu datang dengan cahaya sebatang lilin
tinggal bagaimana caranya membuat sebatang lilin itu menghasilkan ribuan
cahaya.
Gue ingin sekuat barkah, setegar tika, sebaik umar, ya tuhan
sebenarnya gue manusia seperti apa, yang selalu diam dan menangis lalu
mengeluh, mengapa tidak seperti mereka?
Gue ingin mencintai dalam diam, seperti melihat tampa
cahaya, gue ada tapi tak ada satupun yang menyadari. Gue ingin hilang laksana
kabut tetapi jejak gue tetap selalu ada. Tetapi lagi lagi orang itu tak akan
menyadari. Menikmati hidup yang sebentar, dalam alunan suara gesekan batang
bambu di senja hari.
pesan terakhir untuk BARKAH, its really so
hard, but i always believe you will find a goodness
Cinta emang tak selalu indah, tapi sebuah cinta yang tulus
selalu memancarkan keindahan yang tak tertangkap oleh siapa saja. Hanya saja
saat ku tatap matamu itu ada getaran kekuatan yang membuat mata mebaca, mulut
melihat atau hidung mendengar
Kita memang punya beberapa kisah yang tak pernah realistis. Tapi untuk sesuatu
yang fantantis kita harus lewati hal yang membuat orang lain menyerah, karena
bertahan tidak bertahan itu urusan tuhan. Meski kesakitan adalah kawan akrap
yang tak pernah berpisah. Mengurut dada lalu menangislah dalam diam sampai sinar
mentari memecahkan kesunyian. Ayo sama sama tersenyum seperti bulan sabit yang
menggoreskan langit hari ini. Kita bisa!
Komentar
Posting Komentar