JIKA AKU MENJADI AHLI LINGKUNGAN
Desa Sadawarna adalah sebuah desa yang
terletak di kecamatan Cibogo , Subang
Jawa Barat. Desa ini dibatasi langsung oleh garis alam berupa sungai Cipunegara
dan memiliki 9 RW dan 19 Rt yang
tersebar di 3 dusun. Ketiga dusun tersebut bernama dusun Dukuh, Cikareo dan Sadawarna. Penduduk di desa ini umumnya bermata
pencarian sebagai petani, pedagang, peternak, dan buruh tetap maupun tidak
tetap.
Selama berada di desa Sadawarna ini, saya
terinspirasi untuk menjadi ahli lingkungan yang dapat mengubah paradigma
masyarakat terhadap sampah. Dengan sampah, saya berharap dapat mewujudkan visi
dan misi dari desa ini yaitu menjadi
sentra pertanian dan industri di kabupaten Subang. Jenis sampah yang saya pilih
adalah sampah organik dan anorganik. Kedua jenis sampah ini sebenarnya akrab
dalam kehidupan masyarakat, tetapi fungsinya banyak dikaburkan oleh bau busuk
dan keberadaanya yang tidak indah dipandang mata. Ide tersebut tercetus karena
selama saya di desa Sadawarna jarang sekali menemukan warga yang memamfaatkan
sampah. Mereka biasanya membuang sampah di tempat pembuangan akhir atau
membakarmya disekitar rumah mereka
Dalam program ini, hal pertama yang akan saya
lakukan adalah mensosialisasikan kepada masyarakat pentingnya memisahkan antara
sampah organik dan anorganik. Tindakan tersebut dilatar belakangi karena kedua sampah ini dtujukan untuk dua hal yang
berbeda. Pengetahuan semacam ini membutuhkan sumber daya manusia penunjang
seperti aparat desa, kader kesehatan, tokoh tokoh masyarakat sampai anak usia
sekolah agar informasi lebih cepat menyebar.
Hal kedua yang dilakukan adalah pelatihan
cara pengolaan sampah tersebut dari
perwakilan masing masing dusun yang bersangkutan. Dan terakhir baru cara
menggunakan dan memasarkan produk hasil dari pengolahan sampah.
Apa yang bisa warga dapatkan dari sampah
organik? Sampah organik biasanya berupa bahan basah seperti sisa makanan dan
sisa kulit buah ataupun berupa sampah kering seperti jerami, kayu dan ranting
pohon. Jika di telusuri lebih lanjut sampah ini pasti dimiliki oleh setiap
rumah tangga, hanya saja yang jadi masalah adalah bagaimana menumbuhkan
kesadaran warganya mengubahnya menjadi kompos. Memang agak susah jika
berekpektasi jika desa ini setiap warganya mandiri dalam kompos, atau dengan kata lain setiap warga mengolah
komposnya sendiri. Persepsi itu timbul
karena banyak warga yang latar belakang pekerjaanya diluar petani. Oleh karena itu perlu dibuat sebuah “Bank
Sampah” pada setiap dusun yang mana setiap pagi dan sore sampah-sampah organik
yang telah dipisahkan oleh setiap rumah tangga diangkut lalu dikumpulkan.
Sampah- sampah ini lalu diolah sampai menjadi kompos dan terakhir baru didistribusikan
pada warga maupun di jual jika stok dalam desa berlebih. Mengenai
ketenagakerjaan bisa di rekrut dari anggota karang taruna, petani dan sukarelawan
yang sistem gaji mereka berdasarkan bagi hasil dengan Pendekatan revenue sharing (bagi
pendapatan).
Sampah anorganik akan berharga dengan adanya
kreatifitas. Sampah anorganik berupa plastik, kaleng, dan kaca bisa di daur ulang menjadi pernak
pernik, hiasan dinding, berbagai perlengkapan rumah tangga dan lain lain . Sistem
pengolahan sampah anorganik sama dengan pengolahan sampah organik yang dimulai
dari “Bank Sampah”. Hanya saja dalam
pengolahanya, saya menargetkan jasa
ibu-ibu rumah tangga untuk berkreasi dengan sampah tersebut. Di dusun dukuh
saja misalnya, ibu-ibu rumah tangga biasanya tergabung dalam kelompok pengajian
dan PKK untuk mengisi kekosogan waktu mereka apabila telah menyelesaikan
pekerjaan rumah tangga. Saya harapkan dengan adanya program pemamfaatan sampah
ini, ibu-ibu tersebut juga dapat menambah penghasilan keluarga dengan
bermodalan kreativitas. Untuk beberapa tahun kedepan, dengan sampah sampah ini terciptalah
industri skala rumah tangga yang mandiri dan dapat bersaing dengan produk
produk skala besar buatan pabrik.
Hal yang kedua yang ingin saya lakukan adalah membuat konsep
pasar dengan nama “green market” mengingat pembuatan pasar di Sadawarna lagi
proses pengajuan di kantor wilayah. Mangapa harus “green market”? Seperti yang
saya ketahui, pasar merupakan ruang sosial yang dapat mencerminkan budaya
masyarakat sekitarnya. Pasar bersih dan tertata rapi merupakan gambaran
masyarakatnya yang sehat. Oleh karena itu diusungkan konsep “green market” yang
dilengkapi dengan penyediaan tempat pemilahan sampah, pengolahan sampah,
penghijauan, serta drainase yang baik. Diharapkan pasar ini dapat menjadi media
bagi warga desa untuk menjual hasil pertanian dan peternakan mereka.
Selanjutnya, hal yang saya
ingin lakukan adalah memamfaatkan air sungai Cipunegara menjadi sumber air
bersih untuk warga dusun Sadawarna yang kesulitan air. Konsep yang diajukan
sama dengan pengolahan air yang dilakukan oleh PDAM yang terdiri dari Bangunan Intake, Water Treatment Plant, dan
Reservoir (tempat penampungan terakhir). Dengan tersedianya sumber air bersih tersebut
diharapkan dapat meningkatkan kualitas kesehatan dari warganya.
ini harapan gue sekaligus menjadi salah satu komponen penilaian waktu gue kuliah kerja nyata di desa sadawarna. enjoy to read sobat...
Komentar
Posting Komentar