Kadang besarnya sebuah perasaan akan berbanding lurus dengan rasa sakit


Akang apa kabar? Ogenki desuka?
Akang lagi dimana? Sehat?
Bagaimana langit pagi ini kang? Cerahkah? Atau malah mendung dan hujan?

Pagi menuju siang ini
Aku masih di telapak fatamorgana, bergelayut dengan rintik rindu yang tak akan pernah usai.
Bagaimana dengan mu kang?
Terdiam sesaat, karena sebentar ini angin mengabarkan kalau antara kita tak akan ada apa apa lagi
Baiklah, kenangan itu memang untuk dilupakan
Sudah usai dan selesai
Jika tuhan saat itu tidak menciptakan waktu antara kita, ketika kita saling merindu dan mencintai
Pastilah semua ini tak akan pernah usai
Karena perahu tak akan pernah berlabuh
Tapi masih terombang ambing di hantam gelombang
Dan tak akan mungkin begini, aku tak akan tersesat pada saat akan berlabuh
Atau ragu ragu melihat dermaga yang terpampang di depan mata
Lihatlah aku, ada puncak keraguan yang membuatku berani berseteru dengan awang awang
Manatap langit pagi dengan mati
Hitam dan hujan
Menumpahkan semua kesakitan
Menangis sendiri
Bukankah kau tak akan pernah begitu sakitnya
Karena sadarku perasaan ini terlalu besar
Sekarang langkah mu dimana?
Bagian bumi mana yang lagi kau pijak
Adakah tempat ternyamanmu sekarang?
Kebahagiamu yang tak terkira?                 
Sudahlah, aku seharusnya tak usah berbasa basi
Adakah penggantiku?
Siapa dia?
Semoga lebih baik dari aku, ya pasti lebih baik dari aku
               
               

yang gue pengen gue lupa dia, kecuali kata kata motivasi dia yang sukses menjadi  mantra buat gue, kata kata ini "saya yakin sama kamu kok ya" atau "sukses ya yan". Berkat akang, saya udah keluar negeri loh, walaupun bukan ke Jepang. Tapi tenang saya pasti akan menginjakan kaki di tempat jejakmu tak lagi bersisa. 



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sistem Saraf Pada Ikan

Filosofi barang antik