li(f)e

ini part 1 dari li(f)e
disini belum ada majun dan belum ada thomas
karena mereka akan bergentayangan di part 2
sok dibaca dulu prolognya


PROLOG
Matahari itu akan selalu tampak menyakitkan, senja di hari minggu akan sama saja, di balik sinar mentari jingga hanya menyisakan hirupan seperti tarikan nafas orang yang pasrah dicekik realita. Di depan mata kenapa sebuah kebahagiaan malah dipandang pada sebuah cerita yang menyesakan dada,  tentang aku ini siapa? Masih pantaskah aku bisa menerima semuanya, larut dalam romansa masa yang telah diperujung remaja. Aku ini seorang dewasa muda, tapi tetap saja masih berfikir layaknya anak anak teka yang belajar tentang warna. Pada krayon krayon kecil mereka menggoreskan sedikit demi sedikit diatas kertas hingga membentuk gambar padahal mereka juga tidak tahu apa yang sedang mereka gambarkan. Hanya berkutat dengan garis garis hijau , biru kuning ungu hitam putih dan warna lainya. Sebuah metafora singkat untuk menggambarkan siapa aku sebenarnya
yani anjani, ini nama yang selama hampir 21 tahun disandangkan padaku meski kata ayahku nama itu tak punya sejarah panjang dalam penemuanya. Ini bukan masalah ide kreatif tetapi hanya sebuah kebetulan karena nama itu tidak diperkirakan sebelum sebelumnya.  nama asli ku itu adalah riyan adrian, ayah selalu menyebutkanya saat mengusap ngusap perut buncit ibuku.  Ayah memang menginginkan seorang anak laki laki yang bisa menemaninya  mengurus ayam ayam di petenakannya, setelahkecewa sama anak perempuan yang lahir 4 tahun lebh awal dari aku divonis phobia terhadap ayam. Kelahiran anak laki laki adalah yang paling di harapkanya saat itu. mulutnya hampir bergetar terus menerus mengingat setiap kalimat adzan yang hendak dia lepaskan dari mulutnya, sambil menyemangati ibuku yang terengah engah kesakitan merasakan siksaan hamil 9 bulan 8 hari. Tak lama aku lahir, kata ibuku sih aku sangat meniru roman muka ayah. Tapi sayang, adzan berganti dengan iqamat. Bayi itu telah lahir dengan selamat, tapi ayah menarik nafas sedikit kecewa tapi masih ada harapan harapan karena semuanya belum tamat.
                4 tahun, 5 tahun, sampai sekarang 21 tahun. Tak ada tanda tanda kemunculan seorang anak  laki laki di keluarga kami, boro boro anak laki laki seorang adik perempuan aku saja tidak ada.  Kayaknya memang rejeki tuhan hanya segini untuk melengkapi keluarga kecil kami yang hidup sebenarnya dalam kondisi keuangan yang tidak terlalu stabil. Ayah hanya seorang lulusan sarjana perternakan yang memiliki usaha peternakan ayam yang dirintis mulai dari kecil kecilan, walaupun tak jarang saat usaha mulai mulai membeasar sering kali malah jatuh terpuruk karena berbagai macam sebab seperti flu burung, penipuan ataupun kesalahan saat jual beli. Bagiku dengan usaha ayah sampai sejauh ini, dia tipe orang tua yang berhasil meski terkadang tak jarang kami juga tak luput dari kesulitan bayar spp sekolah, pengiritan besar besaran sampai ayah pernah berhutang pada rentenir saat usahanya bangkrut total. Satu hal yang aku salutkan, ayah pecinta ayam sejati benar benar tak pernah beralih ke usaha lain, meskipun aku dan kakakku tidak menyukai ayam ayam itu sama sekali. Di tengah keterbatasan. ayah tetap saja orang tua yang selalu mendengungkan kalimat kalimat kebaikan di kepala kami, yang mencontohkan apa yang sebenarnya yang paling dibutuhkan di dunia ini kecuali materi, ayah selalu memaksa kami melihat semuanya dari hati, meski terkadang buat aku dan kakaku itu kalimat membosankan. Hanya saja sampai sekarang saat kami memilih jalan hidup masing masing, ayah selalu jadi yang dirindukan
                Bagaimana dengan ibu? Bagiku ibu itu seperti.... hua nggak perlu membicarakan itu sekarang. Aku tak tahu apa yang sedang ibu inginkan terhadap aku mungkin karena ibu terlalu cerewet dengan ceramah ceramahanya tiap kali membangunkanku, memukulku atau menyuruhku ini itu. kalau menanyakan tentang ibu mungkin kakakku lah yang paling paham tentang seluk beluk ibuku. Bukanya aku termasuk anak yang durhaka terhadap ibu hanya saja ibu mungkin tak terlalu akrap dengan kebiasaan anaknya yang satu ini. kalau ibu senang memasak maka anaknya yang satu ini sangat senang memaksa, kalau ibunya senang dengan rajut merajut maka anaknya yang satu ini snagat senang panjat memanjat, kalau kata ibunya jangan maka anak nya yang satu ini akan bilang nggak usah dilarang. Masa kecil yang seperti itu, dengan gaya khas anak laki laki mencetakku jadi manusia yang seperti ini tapi kayaknya si gembel kecil itu sekarang sudah dewasa. Sekarang dia menyadari jika masa kecil itu telah lenyap saat dunianya berubah dengan seketika. Sebenarnya anak itu juga lagi bertanya dimana masa masa masanya yang ceria seperti waktu dulu. Sekarang mengukung diri jadi pribadi yang tertutup mungkin penuh dengan tanda tanya         

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sistem Saraf Pada Ikan

Filosofi barang antik